Brilio.net - Tanah Abang belakangan ini menjadi salah satu kawasan yang paling banyak diperbincangkan. Kebijakan gubernur baru DKI Jakarta, Anies Baswedan tentang penataan kawasan Tanah Abang untuk para pedagang kaki lima menuai pro dan kontra.
Bahkan baru-baru ini muncul sebuah petisi yang isinya menuntut pemerintah kota untuk mengembalikan fungsi jalan dan trotoar di Tanah Abang. Hingga Kamis (28/12) sore, sudah ada 20 ribuanwarganet yang menandatangani petisi tersebut.
BACA JUGA :
Ada pasar khusus barang bekas mantan, 5 benda ini paling banyak dijual
Kawasan Tanah Abang dari dulu memang sudah menjadi salah satu pusat ekonomi di Jakarta. Penasaran seperti apa transformasi wajah Tanah Abang? Berikut foto-fotonya seperti dirangkum brilio.net dari berbagai sumber.
1. Sketsa yang menggambarkan Tanah Abang sekitar tahun 1770. Asal usul nama Tanah Abang sendiri ada beberapa versi. Salah satunya 'Pasar The Nabang', sebutan yang diberikan oleh orang Belanda, yang kemudian disebut 'Pasar Tenabang' oleh penduduk setempat.
BACA JUGA :
Bayar pakai uang bambu, ini 10 potret jual beli di pasar Temanggung
foto: javapost.nl
2. Begini nih suasana kawasan Tanah Abang sekitar tahun 1890-an. Tampak rimbun dan banyak pepohonan.
foto: javapost.nl
3. Tanah Abang semakin berkembang dan ramai di tahun 1930-an. Saat itu Pasar Tanah Abang dibuka dua kali seminggu, yakni pada Rabu dan Sabtu.
foto: Facebook/@tanahabangtempodulu
4. Suasana Tanah Abang di era kemerdekaan, atau tepatnya 1946-1947. Beberapa tentara Belanda terlihat berpatroli di persimpangan Tanah Abang barat.
foto: Facebook/@tanahabangtempodulu
5. Kawasan Tanah Abang menjadi semakin ramai ketika masuk era 70-an, atau sekitar tahun 1977. Kawasan ini pun menjadi salah satu pusat ekonomi.
foto: dok. istimewa
6. Tanah Abang semakin menjadi ramai di era milenial. Tampak perbandingan Tanah Abang sebelum vs sesudah penertiban tahun 2013, di masa kepemimpinan Gubernur Joko Widodo.
foto: merdeka.com
7. Dan inilah potret Tanah Abang sekarang. Pemerintah Kota Jakarta sendiri sedang berupaya keras menata kawasan yang memang sudah ramai sejak era kolonial Belanda. Banyak yang berharap pemerintah dapat memberikan solusi yang adil bagi semua warga tanpa pandang bulu.
foto: dok. istimewa