1. Home
  2. »
  3. Serius
2 Januari 2020 22:00

7 Musibah banjir Jakarta terbesar sepanjang 1918-2020

Banjir sudah melanda Jakarta sejak kota itu masih bernama Batavia. Fariz Faizul

Brilio.net - Bencana banjir di sejumlah daerah di Tanah Air seolah peristiwa rutin setiap penghujan.

Seperti halnya Ibu Kota Jakarta yang kerap kali tenggelam dalam genangan air bah setelah hujan deras melanda. Seperti baru-baru ini, Jakarta dirundung banjir pada Rabu (1/1) yang bertepatan dengan Tahun Baru 2020.

BACA JUGA :
Banjir surut, ini 6 potret Yuni Shara bersih-bersih rumah


Dilansir brilio.net dari liputan6.com, Kamis (2/1), beberapa wilayah di Ibu Kota dan sekitarnya masih dilanda banjir. Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terdapat tujuh kelurahan di Jakarta yang terendam banjir.

Selain di Jakarta, banjir juga melanda sejumlah kawasan di Bekasi, Tangerang, Tangerang Selatan, dan juga Lebak.

Banjir di Jakarta ini memang bukan peristiwa baru. Ada beberapa catatan banjir besar pernah melanda Ibu Kota ini, misalnya banjir pada 2007 silam, yang menelan korban jiwa hingga 80 orang. Banjir waktu itu juga melumpuhkan ibukota Jakarta.

BACA JUGA :
5 Kota di dunia diprediksi paling cepat tenggelam, ada Jakarta

Jauh sebelum itu, pada 1918 yang kala itu masih bernama Batavia, telah terjadi banjir.

Berikut ini beberapa banjir besar yang pernah terjadi di Ibu Kota Jakarta, dikutip dari berbagai sumber, Kamis (2/1).

1. Banjir pada zaman Belanda.

foto: Merdeka.com

Banjir pada 1918 di Jakarta ini juga melumpuhkan Batavia. Gubernur Jenderal Batavia Jan Pieterszoon Coen, sampai menunjuk arsitek khusus untuk menangani banjir ini.

Banjir waktu itu merendam permukiman warga karena limpahan air dari Sungai Ciliwung, Cisadane, Angke, dan Bekasi.

Akibat banjir, sarana transportasi, termasuk lintasan trem listrik terendam air. Dua lokomotif cadangan dikerahkan untuk membantu trem-trem yang mogok dalam perjalanan. Banjir pada tahun itu merupakan yang terparah dalam dua dekade terakhir.

2. Banjir bandang pada 1979.

foto: Merdeka.com

Banjir besar juga pernah melanda DKI Jakarta pada era Gubernur Tjokropranolo. Banjir pada 1979 di Jakarta menggenangi wilayah permukiman dengan luas mencapai 1.100 hektare.

Sebelum tahun itu, banjir sebenarnya juga terjadi. Misalnya pada 1876 dan 1918, banjir pernah sampai merendam rumah penduduk, termasuk bekas benteng VOC di Pasar Ikan. Tapi banjir pada 1979, jauh lebih besar dengan jangkauan lebih luas.

3. Banjir Jakarta pada 1996.

foto: Merdeka.com

Pada 6-9 Januari 1996, Jakarta terendam setelah hujan dua hari. Sebulan kemudian, 9-13 Februari 1996, tiga hari hujan lebat dengan curah lima kali lipat di atas normal, merendam Jakarta setinggi 7 meter.

Akibat banjir, 529 rumah hanyut, 398 rusak. Korban mencapai 20 jiwa, 30.000 pengungsi. Nilai kerusakan mencapai USD 435 juta.

4. Banjir hebat pada 2007.

foto: Merdeka.com

Banjir Jakarta 2007, terjadi pada era Gubernur Sutiyoso. Bencana banjir waktu itu menjadi salah satu yang terburuk. Bayangkan, 60 persen wilayah DKI terendam air dengan kedalaman mencapai 5 meter lebih di beberapa titik.

Selain sistem drainase yang buruk, banjir berawal dari hujan lebat yang berlangsung sejak sore hari tanggal 1 Februari hingga keesokan harinya tanggal 2 Februari, ditambah banyaknya volume air 13 sungai yang melintasi Jakarta yang tak tertampung.

Banjir 2007 ini lebih luas dan lebih banyak memakan korban manusia dibandingkan bencana serupa yang melanda pada tahun 2002 dan 1996. Sedikitnya 80 orang dinyatakan tewas selama 10 hari karena terseret arus, tersengat listrik, atau sakit.

Kerugian material akibat matinya perputaran bisnis diperkirakan Rp 4,3 triliun. Warga yang mengungsi mencapai 320.000 orang hingga 7 Februari 2007.

5. Banjir menelan korban meninggal pada 2013.

foto: Merdeka.com

Banjir besar di Jakarta yang menelan banyak korban jiwa terjadi pada Januari hingga Februari 2013 lalu. Bencana itu menyebabkan 20 korban meninggal dan 33.500 orang mengungsi. Banjir ini terjadi pada era Gubernur DKI Joko Widodo.

Waktu itu, banjir sampai melumpuhkan pusat kota. Air menggenangi kawasan Sudirman, termasuk Bundaran Hotel Indonesia (HI) akibat tanggul Kali Cipinang, di dekat HI jebol.

Diperkirakan banjir menyebabkan kerugian hingga Rp 20 triliun.

6. Banjir tak diduga 2015.

foto: liputan6.com

Selepas banjir pada 2013, air bah datang lagi pada dua tahun setelahnya, pada 2015. Curah hujan tinggi menimpa Jakarta pada 8 Februari 2015 sore. Keesokan harinya, Ibu Kota dikepung air.

Dikutip dari dispusip.jakarta.go.id, Kamis (2/1), tercatat sedikitnya 52 titik banjir tersebar seantero Jakarta. Beberapa kawasan terparah yang sempat tergenang air berada di Kelapa Gading, Mangga Dua, dan Grogol. Genangan air juga terdapat di kawasan Medan Merdeka yang melingkupi kompleks Istana Negara di Jalan Merdeka Utara dan Balai Kota DKI Jakarta di Jalan Merdeka Selatan.

7. Banjir awal tahun 2020.

foto: liputan6.com

Hujan dengan intensitas tinggi mengguyur Jabodetabek sejak malam tahun baru hingga siang kemarin, membuat kawasan Jakarta dan sekitarnya dilanda banjir. Menurut data Kementerian Sosial hingga pagi tadi, ada 21 orang meninggal di Jabodetabek akibat bencana banjir tersebut.

Listrik dimatikan di sejumlah titik yang tergenang air di Jakarta, selain itu, beberapa jalur kereta api dan salah satu bandara kota juga ditutup. Seorang anak berusia 16 tahun dikabarkan tersengat kabel listrik, sementara tiga orang lagi meninggal karena hipotermia, kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Jakarta, Subejo, seperti dikutip dari liputan6.com, Kamis (2/1).

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags