Brilio.net - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Monardo bersama Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian meninjau kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau, pada Minggu (15/9).
Menggunakan helikopter TNI AU, rombongan mendarat di lapangan bola desa Kerumutan, Pelalawan, Riau untuk meninjau karhutla di dekat pompa minyak Pertamina di Blok Eka Kuning.
BACA JUGA :
9 Penampakan terkini Riau yang diselimuti kabut asap kebakaran hutan
Dilansir brilio.net dari liputan6, Senin (16/9) Sepanjang perjalanan, kendaraan rombongan melintasi jalan terjal berupa tanah di antara belantara perkebunan kelapa sawit.
Update #Infografis penanganan bencana #Karhutla 16 September 2019, pk. 09.00 WIB pic.twitter.com/zxqWrlFg2C
BNPB Indonesia (@BNPB_Indonesia) September 16, 2019
BACA JUGA :
4 Dampak kebakaran Hutan Amazon, polusi udara mengganggu kesehatan
Setelah tiba di lokasi, Panglima TNI kemudian menggerakkan pasukan dan melakukan analisa dan evaluasi (anev) kendala dan kebutuhan pemadaman yang dilakukan melalui darat. Panglima TNI mendapat laporan bahwa perlu adanya alat berat untuk membuka dan memperluas parit. Selain itu pompa air berikut selangnya juga harus ditambah sehingga dapat menjangkau titik api.
"Kita akan kirim eskavator untuk memperlebar parit. Kemudian juga pompa air beserta selangnya," kata Panglima Hadi seperti dikutip dari siaran pers BNPB, Senin (16/9).
Kemudian sebagai alat pantau siaga karhutla, TNI juga akan mengirimkan drone yang akan terbang selama 24 jam. Hal itu penting karena menurut Hadi terdapat perbedaan data pada saat dan sesudah matahari terbenam.
"Drone ini akan diterbangkan 24 jam penuh untuk memantau. Api ini harus terus diamati karena siang dan malam beda. Kadang api padam saat siang, lalu malamnya menyala lagi," kata Hadi.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengaku heran setelah melihat sendiri kebakaran hutan yang ada di Provinsi Riau dari helikopter. Pasalnya dari sekian ribu hektar luas lahan yang terbakar tidak satupun yang mencakup lahan perkebunan sawit dan tanaman industri lainnya.
Tito menganggap bahwa hal itu sekaligus menunjukkan masalah kebakaran hutan ini murni karena ulah manusia dan pelakunya adalah oknum yang sama.
"Apa yang sudah kami lihat dari helikopter bersama panglima TNI dan Kepala BNPB, lahan yang sudah jadi perkebunan, baik sawit maupun tanaman industri lainnya, kok tidak ada yang terbakar. Misal pun ada paling hanya sedikit dan di pinggir. Ini menunjukkan adanya praktek 'land clearing' dengan mudah dan murah memanfaatkan musim kemarau," ungkap Tito.
Fokus dalam upaya pemberantasan karhutla, Tito akan memberi 'reward and punishment' bagi anggotanya. Tito meminta agar pasukan satgas karhutla dapat lebih kompak dan menjaga solidaritas sehingga permasalahan ini bisa diselesaikan dengan baik.
"Polda beserta jajarannya akan kami berikan 'reward and punishment'," kata Tito.