1. Home
  2. »
  3. Serius
29 Oktober 2024 16:30

Analisa BRIN: Ini 3 masalah utama yang bikin kualitas pendidikan di Indonesia tak merata

Jika tak diselesaikan, permasalahan ini bisa bikin perubahan kebijakan pendidikan jadi sia-sia. Muhamad Ikhlas Alfaridzi

Brilio.net - Pendidikan di Indonesia terus mengalami perubahan dan penyesuaian, terutama dalam aspek kebijakan. Banyak kebijakan telah diterapkan dengan tujuan meningkatkan kualitas pendidikan, namun sayangnya masih banyak tantangan yang dihadapi. Baru-baru ini, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan analisis mendalam mengenai problematika pendidikan di Indonesia.

Dalam acara bertajuk "Sarasehan Nasional Pendidikan", di Pusat Riset Pendidikan (Pusdisdik) BRIN, Rabu (23/10), BRIN menyoroti berbagai permasalahan yang seharusnya menjadi perhatian bersama, agar setiap perubahan kebijakan pendidikan benar-benar dapat memberikan dampak positif.

BACA JUGA :
Kisah pilu 3 siswa SD kakak beradik dipulangkan paksa dari sekolah gegara nunggak SPP Rp42 juta


Berbagai problematika ini tidak lepas dari upaya untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih inklusif dan merata. Namun, ternyata ada beberapa hal yang masih menjadi kendala utama, dari ketimpangan akses hingga kualitas pendidikan yang masih jauh dari harapan. Hasil analisis BRIN ini menjadi penting sebagai bahan evaluasi, agar ke depan, langkah kebijakan dapat lebih fokus dalam menangani isu-isu mendasar di dunia pendidikan.

Dirangkum brilio.net dari laman resmi brin.go.id, Selasa (29/10), berikut ini adalah tiga problematika utama dalam pendidikan di Indonesia yang diidentifikasi oleh BRIN. Poin-poin ini merangkum permasalahan yang dihadapi di berbagai tingkat pendidikan dan menunjukkan betapa kompleksnya tantangan yang perlu diatasi oleh para pemangku kebijakan.

BACA JUGA :
Guru besar Unair sesalkan pembekuan BEM karena bikin baliho satire, begini kronologinya

foto: X/@wandystjk2

1. Ketimpangan akses pendidikan di daerah tertinggal

Salah satu isu utama yang disorot BRIN adalah ketimpangan akses pendidikan, terutama di wilayah-wilayah tertinggal. Masih banyak daerah di Indonesia yang belum memiliki akses yang memadai ke fasilitas pendidikan, terutama di wilayah pedesaan dan daerah terluar. Hal ini berdampak pada rendahnya tingkat partisipasi sekolah di daerah-daerah tersebut, sehingga anak-anak yang seharusnya mendapatkan hak pendidikan harus menghadapi kendala jarak dan fasilitas.

BRIN menyebutkan bahwa kesenjangan akses ini sangat mempengaruhi kualitas pendidikan, yang secara tidak langsung juga memperbesar kesenjangan sosial dan ekonomi antar wilayah di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah perlu mencari solusi yang lebih efektif untuk memperluas akses pendidikan hingga ke daerah-daerah terpencil.

2. Kualitas guru yang belum merata

Selain akses pendidikan, BRIN juga menyoroti persoalan kualitas tenaga pengajar yang belum merata di seluruh Indonesia. Banyak guru yang kurang mendapat pelatihan atau pengembangan kompetensi yang cukup, terutama mereka yang bertugas di daerah-daerah terpencil. Hal ini mengakibatkan perbedaan kualitas pendidikan antara sekolah-sekolah di kota besar dengan sekolah-sekolah di wilayah lainnya.

foto: freepik.com

BRIN menekankan pentingnya pengembangan kompetensi guru secara berkesinambungan agar mereka dapat mengikuti perkembangan kurikulum serta teknologi pendidikan yang semakin maju. Tanpa adanya peningkatan kualitas guru, kebijakan pendidikan yang diterapkan tidak akan berjalan optimal dan hasil pembelajaran pun akan tetap terbatas.

3. Kurangnya literasi digital dalam pendidikan

Isu lain yang diangkat oleh BRIN adalah rendahnya literasi digital di kalangan siswa maupun tenaga pendidik. Di era yang semakin digital ini, kemampuan literasi digital sangat penting untuk mendukung proses pembelajaran dan mempersiapkan siswa menghadapi tantangan global.

foto: freepik.com

Sayangnya, tidak semua sekolah di Indonesia memiliki fasilitas atau akses terhadap teknologi yang memadai, sehingga proses pembelajaran digital masih menjadi kendala besar di banyak daerah. BRIN menilai bahwa perlu adanya kebijakan yang lebih tegas untuk memperkuat literasi digital, baik untuk siswa maupun guru, agar proses pendidikan dapat lebih relevan dengan kebutuhan zaman sekarang. Hal ini juga akan mempermudah siswa dalam memahami materi dan mengembangkan keterampilan digital yang akan berguna di masa depan.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags