Brilio.net - Kesehatan merupakan salah satu hal penting yang perlu dijaga dan dirawat sebaik mungkin. Tidak terkecuali saat sedang berwisata ke suatu tempat. Nggak mau dong, pulang dari liburan malah terbaring lemas karena sakit?
Untuk itu, Pemkab Banyuwangi dan DPD Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) setempat baru-baru ini telah melakukan kolaborasi demi meningkatkan kualitas pengelolaan kesehatan di lingkungan pariwisata di daerah tersebut. Bentuk kolaborasi di bidang kesehatan ini nantinya diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan dan kenyamanan wisatawan kepada Banyuwangi.
BACA JUGA :
Rute Balikpapan-Banyuwangi dibuka, pergi ke ibu kota baru makin mudah
Dalam kolaborasi ini, nantinya para perawat bersiaga membantu meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan pariwisata sekaligus mengantisipasi jika ada hal-hal yang tak diinginkan terjadi menimpa wisatawan.
"Terima kasih PPNI. Kolaborasi ini merupakan katalog baru dunia pariwisata Indonesia. Apresiasi untuk perawat, para tenaga kesehatan, yang menggagas ini demi peningkatan daya saing pariwisata daerah," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas beberapa waktu lalu seperti dikutip Brilio.net dari Merdeka, Senin (16/9).
BACA JUGA :
Tanjakan Ijen, level tertinggi dan tersulit di Tour de Indonesia
foto: merdeka.com
Sasaran utama dalam peningkatan kualitas kesehatan di lingkungan pariwisata ini adalah usaha-usaha wisata milik warga desa, seperti homestay dan kedai makanan lokal. Para perawat dan tenaga kesehatan akan terlibat langsung untuk membantu warga desa mengelola usaha wisatanya secara sehat dan bersih.
"Contoh sederhananya, bagaimana warga desa dibantu wujudkan homestay sehat. Bagaimana sirkulasi udaranya, bagaimana agar tak ada nyamuk penyebab DB, bagaimana menyajikan makanan higienis, mengatur sanitasi. Kalau hotel berbintang tidak perlu didampingi, karena mereka punya duit untuk bayar ahli. Makanya kolaborasi fokusnya membantu usaha wisata milik warga desa, seperti homestay yang kini tumbuh subur," jelas Anas.
Adapun untuk program di destinasi wisata, para tenaga kesehatan akan bersiaga membantu memantau kesehatan para wisatawan. Pilot project program ini akan berfokus di lima destinasi, yaitu Kawah Ijen, Pantai Pulau Merah, Grand Watudodol, Pantai Boom, dan Hutan De Jawatan.
Sementara itu, Sismulyanto, selaku ketua PPNI Banyuwangi, mengatakan, para perawat melakukan pemantauan kepada wisatawan dan melakukan tindakan penanganan pertama pada gawat darurat (PPGD) di destinasi.
"Saat wisatawan ke Banyuwangi, apa kita tahu mereka sehat? Padahal ia memiliki riwayat sakit, sehingga tugas kita memberikan pertolongan. Tugas kami adalah menekan angka kematian dan kecacatan di destinasi. Kami ingin menciptakan kondisi bahwa wisatawan yang ke Banyuwangi kesehatannya lebih terjamin karena kerja-kerja para perawat ini," kata Sismulyanto.
foto: merdeka.com
"Program ini sudah diuji cobakan beberapa bulan. Perawat bertugas bergantian sesuai rasio wisatawan, ada shift pagi dan siang, terkecuali Kawah Ijen sore sampai pagi," imbuhnya.
Sismulyanto juga menjelaskan, selain sudah melakukan uji coba, PPNI pun sudah menyiapkan dua ambulans khusus untuk membantu para wisatawan.
"Armada itu akan giliran standby di lima destinasi wisata. Kita harus memastikan, misalnya ada turis jatuh sakit, maka itu harus ditangani dengan baik," jelas Sismulyanto.
Terkait pentingnya menjaga kesehatan di lingkungan pariwisata, Bupati Anas mengatakan, isu kesehatan penting karena merupakan salah satu indikator penentu daya saing pariwisata. Menurut data dari World Economic Forum (WEF), daya saing pariwisata Indonesia untuk indikator kesehatan dan kebersihan 2019 sebesar 4,5 pada skala 1-7. Peningkatan kinerja Indonesia untuk indikator tersebut disebut WEF sangat baik.
"Melalui kolaborasi bareng perawat, Banyuwangi ingin sedikit berkontribusi menaikkan daya saing indikator kesehatan dan kebersihan dalam daya saing pariwisata kita. Ini sekaligus untuk membantu warga desa membangun ekosistem pariwisata yang lebih baik," pungkasnya.