Brilio.net - Black box atau kotak hitam pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan Karawang Senin (29/10) akhirnya berhasil ditemukan. Kotak hitam tersebut ditemukan oleh penyelam dari anggota TNI Angkatan Laut (TNI AL) Sertu Marinir Hendra pada kedalaman 30 meter. Saat ini, kotak berwarna oranye tersebut di bawa oleh kapal riset Baruna Jaya milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Sebelumnya, kapal riset Baruna Jaya, menangkap indikasi sinyal yang diduga berasal dari black box atau kotak hitam pesawat Lion Air JT 610 pada koordinat 05 derajat 46 menit 15 detik South - 107 derajat 07 menit 16 detik East dengan kedalaman 32 meter, tidak jauh dari posisi terakhir pesawat sebelum hilang kontak Rabu (31/10).
BACA JUGA :
Detik-detik ditemukannya Black Box Lion Air JT 610 di Tanjung Karawang
foto: liputan6.com
Black box yang diduga milik pesawat Lion Air PK-LQP ditemukan dalam keadaan fisik yang utuh. Kendati demikian, black box tersebut baru satu bagian saja yang berhasil ditemukan. Bagian tersebut adalah bagian Flight Data Recorder (FDR). Hal ini dikonfirmasi oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. Kamis (1/11).
BACA JUGA :
Black box Lion Air PK-LQP ditemukan utuh, tidak dalam badan pesawat
"Black box ada dua, FDR (flight data recorder) sama CVR (cockpit voice recorder), satu merekam pembicaraan, satu merekam perjalanan dari pesawat. Satu sudah ditemukan, sehingga diharapkan satu lagi ditemukan," jelas Menhub Budi Karya Sumadi.
Sementara itu, black box diketahui memiliki dua bagian terpisah yakni Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (CVR). FDR dalam black box memuat data penerbangan, mulai dari kecepatan udara, ketinggian pesawat, posisi kemudi, posisi roda, tekanan udara dan lain sebagainya.
Sementara itu CVR dalam black box rupanya hanya mampu merekam 2 jam percakapan pilot dan co-pilot di kokpit serta percakapan dengan Air Traffic Control (ATC).
Kapasitas ini sudah lebih baik daripada awal black box diciptakan. Pada saat itu, perekam hanya mampu menampung 30 menit percakapan. Kendati demikian, FDR mampu merekam hingga 25 jam data penerbangan.
Teknologi dalam black box dilengkapi dengan ping locator yang mampu memancarkan sinyal untuk memudahkan pencarian black box di bawah air. Sinyal ini dipancarkan setiap detik selama 30 hari sebelum baterai habis. Jika baterai black box habis, maka sinyal berhenti terpancar. Hal ini akan menyulitkan tim pencari untuk menemukan black box.
Black box yang dibawa kapal Baruna Jaya kemudian akan diserahkan kepada Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk dilakukan investigasi. Menhub Budi Karya Sumadi juga menjelaskan bahwa data dalam black box tersebut bersifat rahasia.