Sebagai masjid kampus, ada banyak kegiatan yang harus dilaksanakan. Dan untuk menjalankan kegiatan itu, ada banyak hal yang diperlukan, misalnya saja desain dan publikasi. Seperti yang sudah diungkapkan, Ahmad adalah seorang mahasiswa KPI, yang sedikit banyak bakal belajar desain sepanjang perkuliahan.
Hanya saja, di semester 2, Ahmad belum banyak belajar desain. Niat itu pun diurungkan. Dan pandemi datang. Ahmad pulang ke Nganjuk hingga duduk di semester 5, lantas kembali ke Jogja. Saat itu, masjid kampus kembali menggelar rekrutmen. Ahmad pun merasa sudah cukup siap ketimbang dulu. Ia lantas mendaftarkan diri dan lulus.
BACA JUGA :
Bingung cari kerja, mahasiswa ini ubah kecintaannya pada kucing jadi untung jutaan rupiah
Setahun setelahnya, Muzadi datang mendaftarkan diri. Saat itu, mahasiswa teknik industri itu baru saja keluar dari pesantren lamanya yang terletak di Nologaten, tak jauh dari kampus. Ia pindah karena pesantren tersebut memaksa dirinya merogoh kocek dalam-dalam. Selama setahun, Muzadi harus mengeluarkan uang sebesar Rp 5 juta.
Maka dari itu, ia pun juga memilih mendaftarkan diri di UIN. Berebeda dengan Ahmad, Muzadi tidak datang dari tradisi yang religius. Ia tak pernah nyantri seperti Ahmad. Maka dari itu, saat pendaftaran, Muzadi sempat belajar terlebih dahulu agar lolos tes menjadi takmir. Pasalnya, untuk menjadi takmir UIN, ada beragam tes yang harus dilalui. Mulai dari tes suara hingga pengetahuan keagamaan.
Saya dulu sampai nyari-nyari materi seputar keagamaan, browsing-browsing. Sisanya pakai pengetahuan yang ada aja, katanya saat diwawancarai di Kantor Pengurus Masjid UIN Sunan Kalijaga, berbarengan dengan Ahmad.
BACA JUGA :
Mengintip kisah juang para mahasiswa "burung hantu", minim tidur demi cuan
Kegiatan di masjid kampus bisa berlangsung seharian.
foto: Dokumentasi pribadi/Ahmad Bisyri
Sebagai masjid kampus, Masjid UIN Sunan Kalijaga memang terbilang cukup administratif. Untuk menjadi takmir, ada beragam tes yang perlu dilalui. Pun, kebutuhannya saat mengadakan kegiatan juga banyak. Salah satunya publikasi dan desain seperti yang sudah disebut sebelumnya.
Maka dari itu, takmir masjid UIN berbentuk seperti kepengurusan organisasi, memiliki pengurus harian dan divisi. Pengurus hariannya sama seperti organisasi lainnya, diisi oleh jabatan sekretaris dan bendahara. Kepengurusan mereka bahkan ditetapkan oleh Surat Keputusan (SK) yang diterbitkan oleh kampus. Di SK itulah nama Muzadi tercatat sebagai sekretaris.
Selain pengurus harian, ada pula empat divisi lain, yakni divisi ibadah, kerjasama dan usaha, media dan publikasi, serta sarana dan prasarana. Adapun, Ahmad bertugas di divisi media dan publikasi. Semua divisi dan jabatan itu diisi oleh 7 orang, termasuk Muzadi dan Ahmad.
Bertujuh, mereka mengelola berbagai aktivitas dan kegiatan masjid mulai dari salat jamaah, pengajian, perayaan hari besar Islam, dan lain sebagainya. Karena itu, kegiatan mereka terbilang padat. Maka dari itu juga takmir Masjid UIN Sunan Kalijaga dibantu oleh relawan bernama Sahabat Masjid (SM), yang juga berisi mahasiswa.
foto: Dokumentasi pribadi/Ahmad Bisyri
Dan di antara kegiatan yang cukup padat itu, ada satu waktu di mana mereka mesti beraktivitas hampir seharian penuh. Waktu itu adalah bulan puasa. Sepanjang bulan puasa, mereka beraktivitas sejak jam 3 dinihari hingga hampir pukul 12 malam.