1. Home
  2. ยป
  3. Serius
6 Desember 2024 15:15

Dianggap tidak wajar, sebenarnya gaya dakwah macam apa yang dilakukan Gus Miftah?

Metode ini bertujuan untuk menjangkau kelompok-kelompok marjinal yang jarang tersentuh dakwah konvensional. Brilio.net

Brilio.net - Miftah Maulanamenjadi sorotan publik setelah ia mengundurkan diri sebagai Utusan Khusus Presiden bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan. Keputusan ini diambil setelah kontroversi yang melibatkan dirinya mengolok-olok seorang pedagang es teh dalam sebuah acara dakwah di Magelang, Jawa Tengah.

Keputusan itu disampaikan Miftah di kawasan Pondok Pesantren Ora Aji, Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (6/12) siang.

BACA JUGA :
Imbas hina pedagang es teh, Gus Miftah umumkan mundur dari jabatannya sebagai Utusan Khusus Presiden


"Saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari tugas saya sebagai Utusan Khusus Presiden Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan," ujar Miftah dalam konferensi pers.

Miftah mengakui keputusan itu diambil bukan karena permintaan siapapun melainkan bentuk rasa tanggung jawab kepada Presiden Prabowo Subianto dan masyarakat Indonesia. Lebih lanjut, Miftah mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan.

"Sekali lagi saya mohon maaf dari hati yang paling dalam karena saya yakin kebenaran hanya milik Allah SWT," ungkap Miftah.

BACA JUGA :
Guyonannya dianggap kelewatan, 7 sikap Gus Miftah saat ngisi kajian ini tuai kritikan

Insiden tersebut menuai kritik tajam, terutama karena posisinya sebagai seorang tokoh agama sekaligus pejabat negara. Namun, insiden ini hanyalah salah satu dari serangkaian kontroversi yang kerap menyertai gaya dakwah Gus Miftah.

foto: Instagram/@gusmiftah

Brilio.net mengutip dari Journal of Broadcasting and Islamic Communication Studies, Gus Miftah dikenal karena metode dakwahnya yang berbeda. Salah satu ciri khasnya adalah berdakwah di tempat-tempat yang dianggap "tidak lazim," seperti klub malam, lokalisasi, dan bahkan gereja.

Metode ini bertujuan untuk menjangkau kelompok-kelompok marjinal yang jarang tersentuh dakwah konvensional. Bagi Gus Miftah, dakwah adalah tentang merangkul semua kalangan tanpa menghakimi, meskipun pendekatannya sering menimbulkan perdebatan di masyarakat.

Dalam salah satu wawancara, Gus Miftah menjelaskan bahwa ia memilih metode "home visit", yaitu mendatangi langsung tempat-tempat di mana orang-orang membutuhkan pencerahan agama. Ia percaya bahwa orang-orang di lokasi seperti klub malam masih memiliki potensi untuk berubah menjadi lebih baik jika didekati dengan pendekatan yang penuh kasih dan tanpa prasangka.

Meskipun niat dakwahnya dianggap mulia, Gus Miftah sering kali menghadapi kritik. Contohnya, saat ia berdakwah di sebuah gereja pada 2021, tindakannya memicu tudingan bahwa ia melanggar batas toleransi agama. Selain itu, ia pernah membandingkan penggunaan pengeras suara masjid dengan acara dangdutan, yang memicu kemarahan publik. Insiden terbaru, yakni mengolok-olok pedagang es teh, dianggap tidak pantas, terutama karena ucapan tersebut diungkapkan dalam konteks dakwah.

Setelah insiden olok-olok tersebut, tekanan publik memuncak. Banyak yang meminta Gus Miftah untuk mundur dari jabatannya sebagai utusan khusus presiden. Menanggapi hal ini, Gus Miftah menyatakan bahwa keputusannya untuk mundur bukan karena tekanan, melainkan rasa cinta terhadap masyarakat dan Presiden Prabowo Subianto.

Namun, insiden ini juga memunculkan pertanyaan mendalam tentang batasan dalam dakwah. Apakah metode inklusif seperti yang dilakukan Gus Miftah dapat diterima sepenuhnya, ataukah publik masih mengharapkan pendakwah untuk mengikuti norma dan tradisi yang lebih konservatif?

Kasus ini mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh pendakwah dalam era modern, terutama di tengah masyarakat yang terhubung dengan media sosial. Gaya dakwah Gus Miftah mungkin relevan bagi generasi milenial yang mencari pendekatan agama yang lebih fleksibel. Namun, insiden seperti ini juga menunjukkan bahwa pendakwah harus lebih berhati-hati dalam menyampaikan pesan, terutama ketika mereka juga memegang jabatan publik.

Pada akhirnya, gaya dakwah yang berbeda seperti Gus Miftah menawarkan alternatif yang segar, tetapi tetap membutuhkan kehati-hatian dalam eksekusinya. Hal ini penting untuk menjaga esensi dakwah sebagai ajakan menuju kebaikan tanpa melukai atau merendahkan pihak lain.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags