Brilio.net - Seorang dokter di Negeri Jiran Malaysia turut buka suara terkait penyebaran virus corona di Indonesia. Ia pun menjadi viral di media sosial karena secara blak-blakan membahas kemampuan negara dalam menangani virus corona. Pada wawancara di televisi, Dr. Musa Mohd Nordin meminta pemerintah Malaysia menunjukan teladan dan tegas dalam bertindak.
Rekomendasi pertama yang ia berikan adalah agar pemerintah memberikan teladan terkait jaga jarak. Lalu, ia meminta ada lockdown total untuk lokasi hotspot virus corona Covid-19 supaya tak ada oknum yang keluar wilayah.
BACA JUGA :
Menteri Kesehatan setujui DKI Jakarta terapkan PSBB
"Hotspots ini mesti kita lockdown 100 persen dengan Perintah Kawalan Pergerakan yang lebih kuat," ujar Dr. Musa dalam wawancara bersama Astro Aswani, dikutip Liputan6.com.
"Kalau tidak, dia keluar," lanjutnya.
Selain itu, Dr. Musa mengaku resah dengan situasi di Indonesia. Ia bahkan menyebut Indonesia merupakan bom waktu klaster penyebaran virus corona jenis baru. Ia pun meminta pemerintah Malaysia memperketat perbatasan negara.
BACA JUGA :
Cegah corona, Kemenag tiadakan salat Idul Fitri
"Saya risau (dengan) Indonesia. Indonesia adalah sebuah bom waktu," ucapnya. "Kita harus kendalikan perbatasan kita. Jika tidak, itu akan menjadi klaster besar COVID-19. Wallahu a'lam (Dan Allah lebih tahu)," kata Dr. Musa.
Pekan lalu, Kementerian Kesehatan Malaysia mengungkap data bahwa persentase kematian akibat virus corona di Indonesia adalah yang tertinggi di Asia, bahkan nomor dua di dunia setelah Italia.
10 countries with the highest fatality rates. pic.twitter.com/3V9MbRfQCC
KKMPutrajaya (@KKMPutrajaya) April 2, 2020
Dr. Musa turut meminta ada karantina total bagi pendatang dari luar negeri. Mereka yang baru tiba diminta masuk ke fasilitas khusus dan jangan dibiarkan langsung kembali ke keluarga karena berpotensi membahayakan anggota keluarga lain jika terkena Virus corona.
"Yang balik dari London, Italia, Iran, kamu harus memastikan mereka ditempatkan di lokasi terpisah, pusat isolasi, rumah sakit sementara, tak boleh balik kepada keluarga mereka. Isolasi dengan keluarga adalah kegagalan besar," ujarnya.
foto: YouTube/ Astro Awani
Dilaporkan juga, fatality rate atau tingkat kematian akibat virus corona Covid-19 di Indonesia tercatat menjadi ranking 1 se-Asia. Secara keseluruhan, Indonesia berada di ranking 2 dunia dengan persentase tingkat kematian 9,36 persen.
Informasi ini tidak berasal dari Kementerian Kesehatan Indonesia, melainkan disebarkan Kementerian Kesehatan Malaysia. Pemerintah Malaysia mengumpulkan data dari WHO dan pusat kesehatan nasional. Data virus corona disebarkan Kemenkes Malaysia di Twitter pada Kamis 3 April malam dan menjadi viral.
Secara jumlah, tingkat kematian Indonesia sudah mencapai 170 orang. Dengan ini, kasus kematian virus corona di Indonesia sudah melewati Korea Selatan, Jepang, dan Singapura.
Italia memiliki tingkat kematian 11,90 persen dan jumlah pasien meninggal hampir 14 ribu orang, menjadikannya nomor 1 di dunia. Sementara, Amerika Serikat memiliki jumlah pasien tertinggi yakni 244 ribu. Akan tetapi, tingkat kematian di Negeri Paman Sam tidak masuk 10 besar.
China juga tidak masuk 10 besar, namun Bloomberg melaporkan intelijen Amerika Serikat tak percaya dengan data China yang dinilai tidak jujur. Pemerintah Indonesia memutuskan tidak melaksanakan lockdown, baik secara total atau parsial, karena khawatir pada dampak ekonomi.
Ada negara seperti China yang menerapkan lockdown ketat, namun ada juga negara seperti Inggris yang memilih lockdown namun membolehkan warga keluar rumah untuk menjalankan aktivitas seperti pekerjaan tertentu atau belanja kebutuhan pokok.
Berbeda dengan Presiden Jokowi, ia menyebut lockdown virus corona belum tentu cocok dengan Indonesia. Ia menyatakan bahwa masih ingin menjalankan aktivitas ekonomi.
"Kita tetap aktivitas ekonomi ada tapi masyarakat kita semua harus jaga jarak aman, social distancing, physical distancing itu yang paling penting," ucap Jokowi.