Brilio.net - Jogjakarta dikenal sebagai Kota Pelajar di Indonesia. Di Jogja dan sekitarnya, dalam wilayah Provinsi DIY, terdapat lebih dari 100 perguruan tinggi, negeri maupun swasta. Ada puluhan ribu mahasiswa yang mengenyam pendidikan di sini.
Selain banyaknya kampus ternama, biaya hidup di Jogja juga dikenal murah. Sehingga, menambah alasan orang betah hidup di sini.
BACA JUGA :
Viral, ini cara UI & UGM bikin panduan mahasiswa kirim pesan ke dosen
Berbicara mengenai kehidupan seorang mahasiswa, mungkin akan identik dengan kehidupan yang pas-pasan. Bahkan, kehidupan mahasiswa kos kerap jadi bahan meme lelucon.
Namun bila diperhatikan, tak sedikit pula mahasiswa yang sebenarnya memiliki kehidupan yang berkecukupan dan gaya sosial yang tinggi. Ini ditunjukkan dengan beberapa gaya fashion yang mereka kenakan saat kuliah, maupun barang branded yang harganya tak murah.
Bagi mereka, merantau sebenarnya bukan halangan utama untuk berhemat dalam memikirkan penampilan. Terlebih pakaian sendiri bisa mereka gunakan kapanpun untuk membuat penampilan mereka lebih baik. Selain itu kadang kala mereka juga harus menyisihkan sebagian dari uang jajan tersebut untuk membeli barang dengan harga yang cukup fantastis untuk seorang mahasiswa.
BACA JUGA :
Kegigihan Tio Tegar, mahasiswa tunanetra jago manfaatkan teknologi
Adit (23), mahasiswa asal Manokwari bercerita, selama kurang lebih 6 tahun ngekos tetap dapat merasakan berbelanja barang bermerek untuk menunjang gaya hidupnya. Dengan bermodalkan uang jajan dari kedua orang tuanya, mahasiswa Teknik Sipil di salah satu perguruan tinggi ini sesekali membeli pakaian yang ia rasa cocok dengan dirinya tanpa pikir panjang.
"Nggak ikuti tren fashion sih, sesekali beli kalau merasa cocok. Tapi buat barang bermerek pas ada uang lebih," ungkap Adit kepada brilio.net, Selasa (10/4). Adit mengaku pernah pula membeli jam tangan seharga Rp 2,3 juta. Angka demikian bisa dikatakan cukup mahal untuk seorang mahasiswa perantauan.
Tapi, bukan jam tangan itu barang paling mewah yang dia miliki. "Yang paling mewah ada mobil, ada motor, laptop, dan beberapa gadget mewah," tuturnya. "Sudah ganti gadget lima kali, karena kepengen aja."
Ilustrasi belanja/foto: Shutterstock
Wulan (22), mahasiswa UPN Jogja punya cerita yang senada. Sebagai seorang gadis, dia cukup sering berbelanja dan memikirkan penampilannya. "Sebulan sekali belanja, dan biasanya bermerek," jelasnya.
Selama ngekos di Jogja, setidaknya ia sudah memiliki beberapa barang mewah seperti tas, jam, hingga sepatu yang harganya dibanderol cukup mahal. Wulan juga memiliki barang-barang mahal dalam kosnya. "Selama merantau punya handphone, Ipad, laptop, notebook, dan fasilitas motor," ungkap Wulan.
Ilustrasi mahasiswa/foto: pasca.isi.ac.id
Nongkrong dan traveling
Selain fashion dan gadget, gaya hidup mahasiswa Jogja juga bisa dilihat dari tempatnya nongkrong. Di Kota Jogjakarta sendiri sangat mudah menemukan sebuah restoran junkfood dan kafe. Tiap malam, mata pasti akan melihat banyaknya mahasiswa yang tengah asik berhadapan dengan laptopnya sambil menyeruput secangkir kopi atau cokelat.
Untuk sekali nongkrong di kafe sendiri memang tak cukup membawa uang pas-pasan. "Sering banget nongkrong dan sekali nongkrong ngabisin lebih dari Rp 50.000," tutur Wulan.
Sedangkan bagi Adit, kafe menjadi salah satu tempat pilihan untuk berkencan dengan kekasihnya. "Sering pergi tiap malam minggu, sekali keluar pasti lebih dari Rp 50 ribu," ungkap pria yang sudah menjalin asmara lebih dari 3 tahun dengan kekasihnya tersebut.
Selain pilihan tempat nongkrong, para mahasiswa yang secara ekonomi bernasib baik ini juga biasa meluangkan waktu dan biaya untuk traveling. Melakukan perjalanan juga menjadi agenda rutin bagi sebagian mahasiswa untuk mengisi libur panjangnya setelah ujian semester, atau sekadar menghilangkan penat.
Destinasi yang dipilih pun biasanya di luar Jogja. "Hampir setiap libur semester kayaknya selalu ada agenda liburan ke luar Kota," tambah Adit.