Brilio.net - Program vaksinasi Covid-19 di Indonesia sudah berjalan sejak 13 Januari lalu. Secara bertahap masyarakat Indonesia sudah bisa mendapatkan vaksin. Ada tiga jenis vaksin yang saat ini digunakan di Indonesia yaitu Sinovac, AstraZeneca, dan Sinopharm.
Pada Kamis (10/6) lalu, Indonesia kembali menerima tambahan vaksin AstraZeneca melalui jalur multilateral dari COVAX Facility sebanyak 1.504.800 dosis. Sebelumnya, pada 5 Juni 2021 Indonesia juga telah menerima 313,100 vaksin AstraZeneca dari COVAX Facility.
BACA JUGA :
Ahli Virologi dan Molekuler Biologi pastikan semua vaksin Covid aman
"Dengan dua kedatangan baru ini, yakni 5 Juni dan 10 Juni 2021, maka jumlah total vaksin AstraZeneca dari COVAX Facility yang diperoleh secara gratis adalah 8.228.400 dosis vaksin jadi," ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, seperti dikutip brilio.net dari rilis yang diterima pada Minggu (13/6).
foto: Kemkominfo
BACA JUGA :
10 Cerita Mona Ratuliu & suami terkena Covid-19, pisah dari anak
Jika ditambahkan secara keseluruhan, lanjut Menlu Retno, maka jumlah total vaksin yang diterima sampai saat ini adalah 93.728.400 dosis. Dengan perincian, Sinovac sebanyak 84,5 juta, AstraZenecca sebanyak 8,2 juta dosis, Sinopharm sebanyak 1 juta dosis.
Selain itu, pada Jumat (11/6), 1 juta dosis vaksin Sinopharm tiba di tanah air. Vaksin Sinopharm ini akan digunakan dalam program vaksin Gotong Royong.
Menlu Retno mengatakan, tiga jenis vaksin yang saat ini digunakan di Indonesia telah memperoleh Emergency Use Listing atau EUL dari WHO. Ia menambahkan, hal ini menunjukkan vaksin yang dipakai di Indonesia telah memenuhi persyaratan internasional dalam hal kualitas, keamanan dan efektivitasnya untuk digunakan pada masa darurat kesehatan. Untuk diketahui, hingga hari ini WHO telah memberikan EUL kepada 6 jenis vaksin yaitu Pfizer, Johnson & Johnson, Moderna, AstraZeneca, Sinopharm, dan Sinovac.
foto: Kemkominfo
Menlu Retno memastikan bahwa pemerintah terus berikhtiar dan bekerja keras mengamankan pasokan vaksin untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Wanita 58 tahun itu mengakui, ikhtiar ini bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Apalagi di masa pandemi, jumlah pasokan vaksin yang masih terbatas belum bisa memenuhi besarnya kebutuhan dunia akan vaksin.
"Sekali lagi upaya memastikan pasokan vaksin, baik dari jalur bilateral maupun multilateral akan terus dilakukan oleh Pemerintah," tegas Menlu Retno.
Menurutnya, beberapa negara yang telah melakukan vaksinasi secara luas berhasil menurunkan angka penyebaran virus secara signifikan.
Di Eropa, Inggris misalnya, vaksinasi mampu menurunkan kasus harian hingga di angka 5.000-an dari sebelumnya, 60 ribu kasus per hari. Penurunan ini terjadi setelah dosis vaksin yang diberikan mencapai 101,51% populasi. Amerika Serikat juga mampu menurunkan kasus baru per harinya dari sekitar 300 ribu menjadi 12 ribu per hari setelah dosis vaksin yang diberikan mencapai 91,57% populasi.
"Kita semua memahami bahwa vaksin adalah salah satu ikhtiar penting dan krusial dalam upaya menekan laju penularan virus Covid-19," ujarnya.
Namun, Menlu Retno mengingatkan, sebelum mencapai angka persentase vaksinasi yang besar, upaya menekan laju penyebaran virus harus dibarengi dengan pelaksanaan protokol kesehatan secara ketat.
foto: Kemkominfo
Sementara itu, lanjut Menlu Retno, saat ini kesenjangan distribusi dan vaksinasi di dunia masih sangat besar. Dari sekitar 2,2 miliar dosis vaksin yang telah disuntikkan. Sekitar 75% berada hanya di 10 negara maju dan hanya 0,4% yang berada di negara-negara berpenghasilan rendah.
Dari perhitungan persentase vaksinasi terhadap populasi kawasan Amerika Utara telah memvaksinasi 64,33% dari total populasi dan kawasan Eropa telah memvaksinasi 52,85%. Sementara persentase terendah dimiliki kawasan Afrika (2,86%) dan diikuti ASEAN (8,91%).
"Angka ini masih jauh dari target WHO yang mengharapkan setidaknya 10% penduduk di setiap negara telah divaksin pada September dan 30% pada akhir Desember tahun ini," jelas Menlu Retno.
Untuk mengurangi tingkat kesenjangan ini, COVAX Facility terus mendorong mekanisme dose-sharing atau berbagi vaksin. Beberapa negara seperti AS, Jepang, Denmark, Belgia, dan Spanyol akan menyalurkan ekstra vaksin yang dimiliki melalui skema COVAX Facility.
Dengan mekanisme ini, negara-negara tersebut menyumbangkan vaksin yang dimiliki kemudian dikelola COVAX facility untuk dibagikan kepada negara lain yang memerlukan.
Sebagai salah satu co-chairs COVAX AMC Engagement Group, Menlu Retno mengatakan, Indonesia memiliki tanggung jawab moral yang besar untuk terus memperjuangkan akses setara terhadap vaksin bagi semua negara.
Selain menjadi co-chairs COVAX AMC Engagement Group, upaya yang dilakukan Indonesia adalah melalui keaktifan Indonesia menjadi salah satu co-sponsor proposal TRIPS waiver (penghapusan hak kekayaan intelektual) untuk produk dan teknologi yang digunakan dalam penanganan pandemi Covid-19.
Rencananya, pembahasan awal terhadap teks proposal ini di World Trade Organization (WTO) kemungkinan akan dimulai pada 17 Juni 2021.
"Kita semua berharap agar negosiasi terhadap proposal ini dapat diselesaikan dalam waktu cepat, untuk membantu meningkatkan produksi dan distribusi vaksin secara signifikan," ujarnya.
foto: Kemkominfo
Menlu Retno juga kembali mengingatkan, pandemi Covid-19 masih jauh dari selesai. Hingga saat ini hampir 175 juta orang di seluruh dunia terinfeksi Covid-19 dan lebih dari 3,7 juta telah kehilangan nyawa.
Pemerintah akan terus bekerja keras untuk mengatasi pandemi, termasuk melalui vaksinasi dan pelaksanaan protokol kesehatan. Dukungan penuh masyarakat akan menjadi elemen penting berhasilnya upaya ini.
"Upaya ini akan berhasil dengan baik jika mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat. Setiap dari kita dan kita semua dapat menjadi bagian dari solusi. Mari kita sukseskan vaksinasi Covid-19 dan tetap terapkan protokol kesehatan," pungkas Menlu Retno.