Brilio.net - Mungkin kamu sering mendengar tentang Energi Baru Terbarukan (EBT). Energi ini digadang-gadang bakal menjadi sumber daya masa depan. Di beberapa negara di dunia, EBT sudah digunakan dalam skala besar untuk menggantikan energi berbahan dasar fosil.
Lantas bagaimana dengan Indonesia? Penggunaan energi bersih di Tanah Air sebenarnya juga sudah dimanfaatkan. Hanya saja masih dalam skala kecil. Karena itu perkembangan energi ini terus dikejar untuk mencapai target yang diharapkan.
BACA JUGA :
6 Alasan mengapa anak muda sekarang perlu memikirkan energi terbarukan
Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM, Chrisnawan Anditya mengatakan, pemerintah terus melakukan evaluasi pada 2012 sampai 2019. Hasilnya terdapat pertumbuhan EBT. Namun, percepatan EBT masih kurang meyakinkan.
Antara realisasi dengan target belum bisa matching. Perkembangan energi terbarukan lebih kecil dibanding pembangkit tenaga batu bara, jelasnya saat webinar Katadata yang bertajuk Opportunities and Challenging,belum lama ini.
BACA JUGA :
3 Program studi ini bakal menjadi primadona di masa depan, apa saja ya
Chrisnawan mengatakan pengembangan EBT pada 2025 akan mencapai 23 persen. Sampai akhir 2020 target yang didapat berada di angka 11,20 persen. Menurutnya, angka tersebut masih jauh untuk mencapai target 2025.
Namun 5 sampai 6 tahun ke depan sudah ada peningkatan. Artinya kita sudah menerapkan EBT bersih seperti yang diharapkan ke depannya, jadi masih bisa lebih berkembang, jelasnya.
Tantangan yang dihadapi dalam perkembangan EBT terletak pada masalah investasi. Jika energi terbarukan ini ingin berkembang pesat di Indonesia maka diperlukan incumbent utility atau utilitas milik investor.
Ini dilakukan untuk memperkuat sistem jaringan transmisi dan distribusi. Dana yang dibutuhkan untuk kemajuan energi terbarukan memakan biaya sebesar USD167 miliar atau setara Rp2.409 triliun (dengan kurs Rp14 430 per USD).
Ini tugas semua stakeholder. Tanpaintegrasi harmonisasi di sektor energi, industri transportasi, dan lain-lain serta satu perencanaan yang terintegrasi, tidak bisa mempercepat pelaksanaan akselerasi pemanfaatan energi baru terbarukan, katanya lagi.
Padahal Indonesia memiliki potensi energi surya yang sangat besar. Namun utilities atau daya guna yang masih kecil yaitu 2,5 persen tetapi penelitian masih terus berjalan untuk potensi yang bisa dikembangkan ke depan. Saat ini transisi Indonesia dalam penggunaan energi berbasis EBT masih didorong dengan memenuhi demand, fokusnya di PLTS, ucapnya.
Ya semoga saja perkembangan EBT di Indonesia bisa berkembang sesuai harapan demi masa depan yang lebih bersih.