Brilio.net - Vaksin Covid-19 sudah resmi dipergunakan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan prosesi penyuntikan vaksin tersebut kepada Presiden Joko Widodo pada Rabu (13/1).
Vaksin Sinovac adalah jenis yang disuntikkan pada Presiden. Jokowi menegaskan bahwa adanya vaksinasi Covid-19 ini bisa membantu mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
BACA JUGA :
Cerita dokter Abdul Mutalib suntik vaksin ke Presiden Jokowi, gemetar
Vaksin Sinovac kini menjadi pusat perhatian masyarakat. Pro, kontra, dan beberapa pendapat pun beredar di masyarakat. Namun dilansir brilio.net dari channel YouTube Sekretariat Presiden pada Jumat (15/1), Jokowi menjelaskan bahwa vaksin buatan Sinovac mendapat Emergency Use Authorization atau izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Selain itu, vaksin Sinovac juga mengantongi fatwa halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Meski begitu, sejumlah pertanyaan mengenai vaksin Covid-19 masih kerap muncul, termasuk juga mengenai efek samping yang ditimbulkan.
Tak hanya Sinovac, beberapa jenis vaksin lainnya pun juga akan menimbulkan dampak ringan sampai dengan sedang. Seperti apa saja?
BACA JUGA :
9 Cerita Risa Saraswati suntik vaksin Covid-19, tak ada efek samping
Simak selengkapnya dalam ulasan brilio.net dikutip dari berbagai sumber pada Jumat (15/1).
1. Efek samping vaksin Pfizer-BioNTech.
foto: freepik.com
Berbeda dengan Indonesia, sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Arab Saudi menggunakan vaksin Covid-19 buatan Pfizer-BioNTech. Badan kesehatan dunia, World Health Organization (WHO) pun mengeluarkan izin penggunaan darurat untuk vaksin Covid-19 buatan Pfizer-BioNTech pada akhir tahun 2020 kemarin.
Dikutip brilio.net dari laman resmi Centers for Disease Control and Prevention (CDC), dijelaskan dalam uji klinis, kebanyakan efek samping vaksin ini bersifat ringan hingga sedang. Di antaranya demam, menggigil, kelelahan, dan sakit kepala.
Selain itu, berdasarkan uji klinis, vaksin Pfizer-BioNTech dinyatakan 95 persen efektif mencegah penyakit Covid-19. Meski vaksin Covid-19 Pfizer dinyatakan aman digunakan oleh CDC, namun pemilik riwayat alergi harus lebih waspada terhadap vaksin ini.
Melalui laporannya, CDC menyebutkan bahwa ada temuan reaksi alergi parah dari vaksin ini. Namun, angkanya sangat jarang, yaitu 11 kasus per satu juta dosis yang diberikan.
Sehingga, disarankan orang yang memiliki riwayat alergi terhadap kandungan vaksin untuk tidak mendapatkan dosis kedua apabila mengalami reaksi serius usai suntikan pertama.
2. Efek samping vaksin Sinovac.
foto: freepik.com
Sinovac adalah jenis vaksin yang dipergunakan di Indonesia. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pun menyetujui penggunaan darurat vaksin Covid-19 Sinovac. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara di luar China, yang mengeluarkan Emergency Use Authorization (EUA) untuk vaksin tersebut.
Kepala BPOM Penny K Lukito mengungkapkan, hasil analisis efikasi vaksin CoronaVac berdasarkan uji klinis di Bandung, menunjukkan efikasi vaksin sebesar 65,3 persen. Sementara hasil efikasi di Turki mencapai 91,25 persen dan di Brasil 78 persen.
Dia mengatakan, vaksin Sinovac bisa berkemungkinan menimbulkan beberapa efek samping pada tubuh. "Efek samping lokal berupa nyeri, iritasi, pembengkakan, serta efek samping sistemik berupa nyeri otot, fatigue, dan demam," kata Penny dilansir brili.net dari Liputan6.com.
Sedangkan efek samping yang lebih berat seperti sakit kepala, gangguan di kulit, atau diare dapat terjadi, namun hanya dilaporkan 0,1-1 persen. Penny mengatakan efek samping tersebut tidak berbahaya dan dapat pulih kembali.
3. Efek samping vaksin Moderna.
foto: freepik.com
Sementara itu, untuk vaksin Moderna dinyatakan 94,1 persen efektif mencegah penyakit Covid-19 berdasarkan hasil uji klinis. Berdasarkan laman resmi CDC, dijelaskan beberapa efek samping ringan hingga sedang seperti rasa nyeri, bengkak, atau kemerahan di tempat penyuntikkan, kelelahan, menggigil, atau sakit kepala.
"Gejala ini mungkin terasa seperti gejala flu dan bahkan mempengaruhi kemampuan Anda untuk melakukan aktivitas sehari-hari, tetapi gejala tersebut akan hilang dalam beberapa hari," jelas CDC.
Sama halnya dengan vaksin Pfizer, CDC pun merekomendasikan agar orang yang memiliki riwayat alergi terhadap kandungan vaksin, tidak mendapatkan dosis kedua apabila mengalami reaksi serius pada suntikan pertama. CDC sempat melaporkan adanya sejumlah kecil penerima di AS yang mengalami reaksi alergi serius dari pemberian vaksin tersebut.
Namun, belum ada laporan lebih lanjut serta hasil investigasi rinci soal temuan tersebut. Untuk vaksin Moderna, sudah mendapatkan izin pakai darurat dari European Medicines Agency (EMA) untuk digunakan di Uni Eropa, serta FDA untuk pemakaian di AS.
4. Efek samping vaksin AstraZeneca-Oxford.
foto: freepik.com
Selanjutnya adalah vaksin AstraZeneca-Oxford. India, Meksiko, dan Inggris, jadi beberapa negara yang menyetujui penggunaan vaksin ini.
Berdasarkan pengujian klinis tahap akhir, efikasi vaksin AstraZeneca-Oxford sampai dengan 70 persen. Dikutip dari laman gov.uk, pemerintah Inggris menjelaskan bahwa dalam uji klinis, efek samping dari vaksin ini mengarah pada efek ringan sampai dengan sedang. Namun gejala ini akan sembuh dalam beberapa hari hingga sepekan setelah vaksinasi.
Gejala yang timbul sebagai efek vaksin ini di antaranya nyeri, gatal, bengkak, perasaan hangat di tempat penyuntikkan, kelelahan, menggigil, sakit kepala, mual, dan nyeri otot. Selain itu, pusing, nafsu makan menurun, sakit perut, kelenjar getah bening membesar, gatal-gatal, dan keringat berlebih juga ditemukan namun masih sangat jarang.
"Dalam uji klinis, ada laporan kejadian yang sangat jarang terkait dengan peradangan sistem saraf, yang dapat menyebabkan mati rasa, kesemutan, dan/atau kehilangan perasa. Namun, belum bisa dipastikan apakah kejadian ini disebabkan oleh vaksin," tulis UK Department of Health and Social Care and the Medicines and Healthcare products Regulatory Agency.