Brilio.net - Air merupakan sumber daya alam (SDA) yang sangat penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Sayangnya, saat ini pasokan air bersih di Indonesia semakin berkurang. Banyak faktor yang menyebabkan hal itu terjadi.
Meningkatnya pertumbuhan penduduk hingga banyaknya lahan yang harusnya dijadikan sebagai daerah resapan menjadi berkurang. Sehingga daerah aliran sungai (DAS) di beberapa tempat di Indonesia memikul beban berat, DAS yang semakin menurun, meningkatnya kejadian tanah longsor, erosi dan sedimentasi, banjir, dan kekeringan.
BACA JUGA :
Jakarta & 10 kota ini disebut alami kesulitan air minum, krisis?
Bahkan dalam buku panduan pengelolaan sumber daya air yang dikeluarkan USAID (United States Agency for International Development), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta Bappenas) disebutkan, laju pertambahan penduduk dan percepatan pembangunan di berbagai kawasan di Indonesia, tidak berbanding lurus dengan ketersediaan sumber daya air, terutama air bersih. Hal itu tidak hanya menyebabkan persoalan berkurangnya pasokan, namun juga distribusi sumber daya air yang tidak merata terhadap persebaran dan jumlah penduduk.
Di sisi lain, berbagai aktivitas manusia dan alam turut mencemari dan memperburuk kualitas sumber daya air, sehingga manusia tidak dapat langsung memanfaatkannya sebagai air bersih. Selain itu, kawasan resapan juga beralih peran dengan pembangunan infrastruktur dan pemukiman sehingga tak lagi menahan dan meresapkan sumberdaya air. Akibatnya jumlah potensi air tanah menyusut, dan mengurangi aliran mata air yang akan mengalir ke sungai saat musim kemarau.
Padahal DAS sendiri memiliki fungsi yang sangat strategis dalam menunjang sistem kehidupan, baik masyarakat di bagian hulu maupun hilir. Karenanya, pengelolaan DAS terpadu harus dilakukan secara menyeluruh mulai keterpaduan kebijakan, penentuan sasaran dan tujuan, rencana kegiatan, implementasi program yang telah direncanakan, serta monitoring dan evaluasi hasil kegiatan secara terpadu.
BACA JUGA :
Kemenkes larang klaim Kangen Water bisa untuk pengobatan
Ahli Hidrologi Universitas Merdeka Malang Gunawan Wibisono, mengatakan persoalan DAS erat kaitannya dengan pengelolaan sumber daya air demi ketersediaan sumber air bersih di masa yang akan datang. "Pengelolaan sumber daya air perlu dilakukan dengan melibatkan semua pihak. Karena itu, pemerintah selaku regulator harus dapat menyediakan payung hukum yang menjamin pengelolaan sumber daya air secara terpadu sehingga dapat memberikan ruang gerak bagi masyarakat, LSM, BUMD dan juga swasta dalam pengelolaan SDA," jelas Gunawan.
Salah satu gerakan pengelolaan DAS terpadu adalah RejosoKita yang terdapat di DAS Rejoso, Jawa Timur. Dengan pendekatan skema ko-investasi jasa lingkungan, Gerakan #RejosoKita telah berhasil melibatkan 13 kelompok tani di tujuh desa di Pasuruan.
Geraka ko-investasi di RejosoKita ini mendapat dukungan pihak swasta, yakni Danone-AQUA. "Kita selalu berkomitmen mengelolaan SDA yang terpadu dan berkelanjutan. Melalui Gerakan Rejoso Kita seluruh pihak dapat berpartisipasi demi keberlangsungan sumber daya air," kata
Director Sustainable Development Danone AQUA Karyanto Wibowo.
RejosoKita adalah Kolaborasi strategis antara pemangku kepentingan untuk pengelolaan DAS Rejoso secara berkelanjutan yang dipelopori oleh Yayasan Social Investment Indonesia (SII), The World Agroforestry Centre (ICRAF), Collaborative Knowledge Network (CK-Net), The Nature Conservancy (TNC) dan pemangku kepentingan terkait lainnya.