Brilio.net - Tes polymerase chain reaction (PCR) menjadi syarat wajib bagi penumpang transportasi pesawat agar bisa terbang ke destinasi yang dituju. Namun kebijakan tersebut mendapat kritikan dari sejumlah masyarakat karena dirasa harga tes PCR terlalu mahal.
Merespons masukan dari publik tersebut, akhirnya Presiden Jokowi melalui Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi sekaligus Koordinator PPKM Jawa-Bali, Luhut Binsar Pandjaitan, menyampaikan bahwa Jokowi memerintahkan harga tes PCR turun jadi Rp 300 ribu dengan masa berlaku 3x24 jam.
BACA JUGA :
Umrah kembali dibuka, pemerintah upayakan penuhi syarat Arab Saudi
foto: Instagram/@luhut.pandjaitan
"Arahan Presiden agar harga PCR dapat diturunkan menjadi Rp 300 ribu dan berlaku selama 3x24 jam untuk perjalanan pesawat," katanya dikutip dari jumpa pers daring di kanal Sekretariat Presiden, Selasa (26/10).
BACA JUGA :
Mayoritas UMKM terdampak pandemi, pemerintah bantu pemulihan ekonomi
Luhut lebih lanjut menjelaskan bahwa kewajiban penggunaan PCR untuk moda transportasi pesawat bertujuan untuk menyimbangkan relaksasi yang dilakukan pada aktivitas masyarakat, terutama pada sektor pariwisata. Kendati saat ini kasus nasional sudah rendah, namun Indonesia harus memperkuat protokol kesehatan dengan menjalankan 3T dan 3M agar kasus tak meningkat.
Ia berharap tes PCR ini nantinya bisa diterapkan bagi moda transportasi lain untuk mengantisipasi dalam menghadapi periode libur Natal dan tahun baru.
foto: Liputan6.com/Huyogo Simbolon
"Secara bertahap penggunaan tes PCR akan juga diterapkan pada transportasi lainnya selama dalam mengantisipasi periode Natal dan Tahun Baru," tambahnya.
Mobilitas penduduk yang semakin pesat beberapa minggu terakhir, menurut Luhut, menjadi pertimbangan untuk menerapkan kebijakan tes PCR. Merujuk dari banyak negara yang melakukan relaksasi aktivitas masyarakat dan protokol kesehatan, kenaikan kasus ternyata tetap meningkat walaupun tingkat vaksin mereka jauh lebih tinggi dari Indonesia.
"Anda bisa Google apa yang terjadi di rumah sakit di Glasgow, berapa persen kenaikan di Roma, kenaikan di Belanda. Ini kita belajar, jadi saya mohon jangan kita lihat enaknya karena kalau lihat enaknya kita rileks berlebihan," tutur Luhut.
Seperti biasa, Luhut mengakhiri pertemuan daring tersebut dengan mengingatkan pada masyarakat agar waspada dan tidak euforia berlebihan serta menjalani protokol kesehatan yang berlaku.