Brilio.net - Kehilangan seseorang yang dicintai memang bukan perkara mudah. Bagi sebagian orang, luka kehilangan tersebut masih bisa tersimpan selama bertahun-tahun. Tak sedikit yang kemudian merasa trauma dengan kehilangan tersebut.
Hal tersebut juga dirasakan oleh seorang ibu bernama Yuki Tsukamoto yang tinggal di Jepang. Ia harus kehilangan putri sulungnya bernama Kana yang saat itu masih SD pada 19 tahun lalu. Kehilangan sang putri, menyisakan kesedihan yang amat dalam bagi Yuki.
BACA JUGA :
60 Kata-kata bijak perjuangan cinta, romantis dan menyentuh hati
Selama 19 tahun lamanya, ia tak berani masuk ke dalam kamar Kana. Selama itu pula lah, kamar yang berada di lantai dua rumahnya di Takarazuka, Prefektur Hyogo dibiarkan kosong. Namun ketakutan tersebut akhirnya sirna di tengah masa pandemi.
Diakui Yuki, selama masa pandemi ini membuatnya banyak menghabiskan waktu untuk membersihkan rumah. Setelah bertahun-tahun hanya berdiri menatap pintu kamar sang putri, Yuki akhirnya memberanikan diri untuk masuk ke kamar sang putri setelah belasan tahun berlalu.
Dilansir brilio.net dari The Asahi Shimbun pada Senin (29/6), Yuki Tsukamoto mengatakan bahwa ia sudah lama berpikir untuk membersihkan kamar Kana. Namun ia selalu mengurungkan niatnya karena tak bisa melupakan rasa kehilangan putrinya.
BACA JUGA :
Ilustrasi 13 putri Disney jadi karakter superhero, keren abis
Munculnya fenomena Covid-19 yang membuatnya tak bisa beraktivitas bebas di luar membuat segalanya berbeda bagi Yuki. Ia mulai berani melakukan hal yang selama ini terasa menakutkan. Covid-19 juga membuka pikirannya tentang ketakutannya selama ini.
"Jika saya meninggal karena Covid-19, siapa yang akan mengurus barang-barang Kana," kata Yuki dikutip dari The Asahi Shimbun.
foto: The Asahi Shimbun
Tak bisa dipungkiri Yuki, kenangan tentang Kana muncul dalam kesedihan ketika ia masuk ke kamar putri kesayangannya tersebut. Untuk mengurangi rasa sedihnya, Yuki memutuskan untuk membuang sebagian barang milik Kana.
Dalam kamar Kana terdapat buku-buku, aksesoris, pakaian, foto dan mainan yang mulai usang serta masih tersimpan rapi. Yuki juga tak ingin barang-barang Kana disentuh orang lain.
Ia hanya menyisakan piyama yang dikenakan Kana sebelum meninggal. Meja belajar dan kursi milik Kana juga disimpan oleh Yuki dan kini dipakai anak laki-lakinya. Kana sendiri meninggal dunia saat berusia tujuh tahun. Ia menjadi satu dari delapan korban pembunuhan yang terjadi di SD Ikeda pada 19 tahun lalu.
foto: The Asahi Shimbun
Kejadian tersebut terjadi pada 8 Juni 2001, di mana seorang pria memasuki SD tempat Kana belajar dengan membawa pisau. Pria tersebut menebas dan menikam siapa saja yang ada di depannya tanpa ampun. Tujuh anak perempuan dan satu anak laki-laki terbunuh. Sedangkan 15 siswa dan guru terluka.
Kejadian nahas tersebut menjadi salah satu kasus pembunuhan keji yang terjadi di Jepang. pada 2004 lalu, pelaku pembunuhan tersebut dihukum mati.