Brilio.net - Di masa kenormalan baru, beberapa aktivitas harus dilakukan secara daring, termasuk pendidikan. Di era digital seperti sekarang, hal itu tak terlalu bermasalah. Tapi yang menjadi pertanyaan, seberapa besar literasi digital yang dimiliki para anak muda yang menjadi peserta didik?
Boleh jadi, tingkat literasi digital masih sangat rendah. Merujuk data Global World Digital Competitiveness Index, Indonesia berada di peringkat 56 dari 63 negara. Padahal, Indonesia merupakan pengguna internet dengan jumlah yang cukuip besar yakni 171 juta jiwa. Disamping itu, negara ini juga menjadi pasar smartphone yang cukup besar. Tapi mengapa literasi digitalnya masih tertinggal?
BACA JUGA :
Karyawan & direksi Telkomsel patungan bantu korban terdampak Covid-19
Hal ini salah satunya disebabkan pemanfaatan teknologi digital di kalangan anak muda masih didominasi untuk keperluan hiburan semata. Sementara untuk pemanfaatan pengetahuan dan kecakapan menggunakan media digital, termasuk kecakapan kognitif dan teknikalnya masih sangat minim.
Fakta inilah yang membuat Telkomsel sebagai leading digital telco company berkomitmen mendukung upaya pemerintah dalam menyelenggarakan proses pembelajaran di berbagai tingkat pendidikan secara digital sebagai bentuk adaptasi terhadap kenormalan baru.
Komitmen tersebut diwujudkan perusahaan telekomunikasi pelat merah ini melalui Telkomsel Enterprise yang berkolaborasi dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Ditjen Dikti Kemendikbud RI). Kolaborasi ini menghadirkan program Bantuan Kuota Terjangkau bagi perguruan tinggi yang ditandai dengan penandatanganan nota kesepakatan secara virtual melalui CloudX pada Jumat, 17 Juli 2020.
BACA JUGA :
Begini respons tegas Telkomsel terkait illegal access data pelanggan
Kami menyambut baik kolaborasi Ditjen Dikti Kemendikbud. Sebelumnya, Telkomsel telah menjalankan program Bantuan Kuota Terjangkau untuk berbagai tingkatan institusi pendidikan islam di seluruh Indonesia dengan berkolaborasi bersama Kementerian Agama. Perluasan inisiatif ini diharapkan mampu membantu sektor pendidikan di Indonesia dan seluruh insan di dalamnya untuk beradaptasi dan melewati masa-masa sulit seperti sekarang ini dengan membangun literasi digital melalui pembelajaran virtual secara menyeluruh dan berkelanjutan, ujar SVP Enterprise Telkomsel Dharma Simorangkir di Jakarta.
Pihak Ditjen Dikti Kemendikbud pun menyambut baik kolaborasi ini. Selama ini biaya paket internet merupakan salah satu faktor yang menjadi tantangan dalam pelaksanaan pembelajaran daring. Masalah ini terutama dirasakan mahasiswa tidak mampu dan perguruan tinggi yang memiliki alokasi dana terbatas.
Penyediaan paket kuota internet dan pulsa yang hemat dan terjangkau bagi seluruh civitas akademika di perguruan tinggi, seperti mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan agar mendukung penyelenggaraan pembelajaran secara daring di masa pandemi Covid-19 menjadi salah satu program prioritas Ditjen Dikti.
Kami sangat menyambut baik penandatanganan MoU antara Ditjen Dikti dengan Telkomsel terkait Penyediaan Paket Internet Terjangkau bagi perguruan tinggi, imbuh Direktur Jenderal Dikti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Nizam.
Dalam program ini Telkomsel menghadirkan paket khusus yaitu paket kuota internet dan kuota CloudX bagi dosen, tenaga pendidik, dan karyawan serta para mahasiswa. Paket data tersebut berisi besaran kuota hingga 50 GB dengan harga mulai dari Rp40.000 yang dapat diaktifkan melalui aplikasi MyTelkomsel atau dengan menghubungi menu akses (UMB) *168#.
Program Bantuan Kuota Terjangkau untuk perguruan tinggi ini akan berlangsung sejak 17 Juli 2020 hingga 31 Agustus 2021 dan ditargetkan untuk dapat menjangkau sekitar 4.760 perguruan tinggi di berbagai daerah di Tanah Air. Bagi pengurus perguruan tinggi yang ingin mendapatkan manfaat dari program Bantuan Kuota Terjangkau ini untuk para mahasiswa, dosen, tenaga pendidik, dan karyawan yang berada di lingkungannya, dapat mengakses informasi lebih lanjut dan mengajukan pendaftarandi sini.