Brilio.net - Gempa 6,5 SR yang mengguncang Aceh pada, Rabu (9/12), menyebabkan sejumlah bangunan termasuk tempat ibadah roboh. Hal ini membuat sejumlah warga Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, terpaksa menjalankan ibadah salat Jumat di antara reruntuhan bangunan masjid dengan menggunakan terpal dan tikar seadanya.
Dilansir brilio.net dari Antara, Pengurus Masjid Jami Quba Kecamatan Trenggadeng, Pidie Jaya, Tengku Azmi, mengatakan pihaknya terpaksa menggelar salat Jumat di halaman masjid karena masjid tersebut tidak lagi dapat dipergunakan akibat sudah rata dengan tanah.
BACA JUGA :
BNPB pakai life detector untuk cari korban gempa di Aceh
"Kita terpaksa menggelar salat Jumat di halaman karena masjidnya sudah ambruk. Kita salat di antara puing-puing reruntuhan," katanya.
Ia mengatakan, halaman masjid yang juga dijadikan sebagai posko darurat menampung ratusan warga korban gempa itu sejak tadi malam sudah mulai dibersihkan.
Puing-puing reruntuhan sebagian sudah dibersihkan, terpal dari plastik berwarna biru dan tikar sudah dipasang untuk pelaksanaan salat Jumat.
BACA JUGA :
Ini penyebab gempa di Aceh telan puluhan korban jiwa
"Walau salat di halaman, tidak mengurangi kekhusyukan jamaah," katanya usai pelaksanaan salat Jumat.
Ia mengatakan, khatib dalam khutbahnya juga materinya tentang bersabar menghadapi cobaan, karena bencana gempa bumi itu adalah cobaan bagi umatnya.
"Tadi khatibnya lebih banyak berbicara tentang sabar menghadapi cobaan," katanya.
Hingga kini, jumlah korban yang sudah berhasil dievakuasi, meninggal 103 orang dan luka berat serta ringan sekitar 8.000-an. Para korban gempa tersebar di enam kecamatan meliputi, Pante Raja, Bandar Dua, Tringgadeng, Meureudu, Bandar Baru dan Alee Glee.