Brilio.net - Literasi berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan literasi memudahkan seseorang dalam berbagai hal, mulai dari komunikasi, memahami informasi hingga proses menulis dan membaca. Dilansir dari Indonesian National Assesment Programme tahun 2016, 46,83% siswa Sekolah Dasar di Indonesia memiliki kemampuan literasi yang kurang.
Senada dengan hasil Programme for International Student Assessment (PISA), dimana 27% siswa Indonesia memiliki tingkat membaca selevel 1b, sebuah tingkatan dimana siswa hanya dapat menyelesaikan soal pemahaman teks termudah.
Hal tersebut menjadi latar belakang terlaksananya program Community Development oleh Himpunan Mahasiswa Psikologi (HIMAPSI), Universitas Brawijaya. Community Development yang diikuti sekitar 40 mahasiswa tersebut dilaksanakan di Desa Taji, Jabung, Kabupaten Malang pada 9-10 September 2023, dan diisi dengan sosialisasi pentingnya literasi kepada siswa di SDN 1 Taji dan orang tua siswa.
BACA JUGA :
Contoh literasi digital di sekolah dasar, lengkap dengan pengertian dan manfaatnya
foto:HIMAPSI UB
Desa Taji terletak di lereng Gunung Bromo dengan ketinggian kurang lebih 1200 Mdpl. Desa Taji dapat dicapai sekitar 2 jam dari Kota Malang dengan melalui jalur ekstrem, berkelok-kelok dan naik turun. Terletak di dataran tinggi dan memiliki panorama alam yang indah membuat desa tersebut memiliki sebutan desa Kaki Langit.
Berbagai kegiatan menarik untuk siswa dilakukan dalam rangkaian Community Development tersebut, seperti revitalisasi pojok baca dengan berbagai buku pengetahuan dan buku cerita seperti serial Franklin dan Komik Next G. Selain berfokus pada minat baca, dalam agenda ini siswa jugadiperkenalkan denganisu emosi dan perbedaan, sehingga buku bacaan yang diberikan berhubungan dengan regulasi emosi dan relasi sosial, misalnya seperti judul Franklin Berbohong dan Franklin Mau Menang Sendiri.
BACA JUGA :
Begini cara UGM dan WhatsApp berdayakan perempuan perangi hoaks
foto:HIMAPSI UB
Sosialisasi juga dilakukan dengan pendekatan melalui berbagai jenis permainan, seperti permainan Pojok Emosi, Pojok Bermain hingga Pojok Role Play. Permainan tersebut bertujuan untuk membantu siswa dalam mengenali dan menyadari emosi, melatih kerjasama, dan berkompetisi secara sehat hingga belajar toleransi melalui mini drama.
Selain kegiatan yang menyasar para siswa, kegiatan literasi juga melibatkan orang tua siswa mengingat pendidikan literasi juga harus dimulai dari rumah. Yuli Rahmawati (31), dosen Psikologi Universitas Brawijaya turut ambil bagian dengan memberikan pengenalan literasi secara langsung kepada orang tua siswa.
foto:HIMAPSI UB
Yuli yang juga berprofesi sebagai Psikolog tersebut turut serta mengajarkan teknik stimulasi literasi dengan menggunakan environmental print, yakni menggunakan bahan, tanda, serta bacaan yang ada di lingkungan sekitar. Menurut dosen asal Malang tersebut, teknik environmental print sendiri dinilai sebagai teknik yang mudah, murah, serta efektif sebagai stimulasi awal literasi untuk anak-anak. Harapannya, dengan lebih sering menyadari dan memahami simbol dan huruf yang ada di lingkungan, anak-anak dapat lebih familiar dan tertarik untuk membaca.