Brilio.net - Saat ini, penyebaran virus corona semakin meluas dan hampir menjangkit di seluruh negara di dunia. Peneliti dari Jerman dan Inggris telah berhasil memetakan penyebaran asli virus corona pada manusia dan telah menemukan perkembangan varian virus corona.
Dilansir dari laman Metro, para peneliti telah merekonstruksi jalur evolusi awal Covid-19 saat infeksi telah menyebar dari Wuhan, China, Eropa dan Amerika Utara.
BACA JUGA :
CDC curiga data kasus corona Indonesia tak semuanya dilaporkan
Dengan menganalisis 160 genom virus lengkap pertama yang diurutkan dari pasien manusia, para ilmuwan telah memetakan penyebaran awal virus SARS-CoV-2 melalui mutasinya dan menemukan garis keturunan yang berbeda.
"Terlalu banyak mutasi yang cepat untuk melacak pohon keluarga Covid-19 dengan rapi. Kami menggunakan algoritma jaringan matematika untuk memvisualisasikan semua pohon yang masuk akal secara bersamaan," ujar Ahli Genetika dan Penulis Utama dari University of Cambridge, Dr Peter Forster.
Data sampel tersebut diambil dari seluruh dunia pada jarak waktu antar 24 Desember 2019 hingga 4 Maret 2020. Hasilnya telah ditemukan tiga varian Covid-19 yang berbeda, tetapi berkaitan erat yang disebut dengan varian A, B, dan C.
BACA JUGA :
Olahan makanan 8 seleb selama di rumah saja ini bikin ngiler
"Teknik-teknik ini sebagian besar dikenal untuk memetakan pergerakan populasi manusia prasejarah melalui DNA. Kami pikir ini adalah salah satu pertama kalinya mereka digunakan untuk melacak rute infeksi virus Corona seperti Covid-19," ucap Peter.
Pertama, Covid-19 tipe A adalah jenis virus SARS-CoV-2 yang memiliki kesamaan dengan virus Corona yang lazim ditemukan pada kelelawar maupun trenggiling di Wuhan. Meski begitu, virus tipe A ini tidak mendominasi sebagian besar kasus Covid-19 warga kota Wuhan.
"Versi mutasi A malah ditemukan pada warga Amerika Serikat (AS) yang dilaporkan telah tinggal di Wuhan dan sejumlah besar virus tipe A di AS dan Australia dengan tercatat lebih dari 400 ribu kasus," papar Peter.
Sedangkan untuk kasus di Kota Wuhan sendiri, jenis virus utamanya merupakan varian virus Corona tipe B dan lazim pada pasien dari seluruh Asia Timur.
Pada virus varian B ini lebih terkonsentrasi pada satu wilayah dan tidak berpindah ke kawasan yang lainnya.
"Sementara, varian C merupakan turunan dari varian B yang banyak ditemukan pada pasien awal dari Prancis, Italia, Swedia dan Inggris, menjadi dominasi di kawasan Eropa. Termasuk, kasus virus Corona varian C juga ditemukan di beberapa wilayah Asia seperti Singapura, Hong Kong, dan Korea Selatan," terang Peter.
Namun, yang terpenting adalah teknik jaringan yang mereka gunakan secara akurat telah melacak pergerakan infeksi yang sudah terjadi. Salah satunya adalah rute penyebaran virus corona yang terjadi di Italia.
Faktanya, kasus pertama virus corona di Italia ternyata berasal dari Jerman yang terdokumentasi pada 27 Januari 2020. Kasus awal Covid-19 Italia ini juga punya ketertarikan dengan cluster Singapura.
Dengan demikian, para peneliti telah yakin bahwa analisis jaringan filogenetik dapat membantu mengidentifikasi sumber infeksi yang tidak terdata, dan juga bisa membantu memprediksi pusat persebaran virus secara global jika terjadi wabah di masa yang akan datang.
Untuk mengenali tipe virus corona di Indonesia, terkait dengan perkembangan pemetaan jaringan genetik virus corona yang berkembang menjadi tiga varian yaitu A, B dan C. Ikatan Dokter Indonesia atau IDI masih belum dapat memastikan virus corona varian apa yang ada di Indonesia.
"Memang sesuai hasil penelitian ada tiga varian, tapi untuk di Indonesia sendiri belum tahu apakah seperti yang di Singapura varian C atau bukan," ungkap Wakil Ketua Umum IDI M Adib Khumaidi dikutip Merdeka.
Selanjutnya, dia menjelaskan bahwa berkembangnya varian virus corona merupakan suatu hal yang wajar sebagai makhluk hidup yang melakukan adaptasi pada setiap lingkungannya.
Kendati demikian, pihaknya sampai saat ini masih tetap mempelajari apakah terdapat perbedaan efek penyakit yang ditimbulkan ataupun tidak.
"Jadi itu proses mutasi, itu kan bisa terjadi mulai dari SARS-Cov menjadi SARS-Cov-2. Karena mereka tetap melakukan adaptasi, dilakukan oleh virus itu sendiri menyesuaikan kondisi," kata Adib.
Dengan adanya penjelasan tersebut, Adib ingin menegaskan kepada masyarakat untuk tidak panik pada perkembangan varian virus corona saat ini.
Dia menjelaskan bahwa dalam penanganan dan pengobatan kesehatan pasien pengidap virus corona masih tetap sama, kemungkinan berbeda hanya pada waktu inkubasinya.
Untuk itu, cara terbaik yang bisa dilakukan oleh masyarakat dengan tetap melakukan pola hidup sehat dan cuci tangan secara rutin merupakan cara yang paling efektif dalam memutus penyebaran virus corona.