Brilio.net - Situs-situs di Kecamatan Trowulan, Kota Mojokerto, Jawa Timur menyimpan kisah kejayaan masa silam Kerajaan Majapahit. Salah satu situs yang penuh dengan kisah misteri adalah sebuah sumur tua yang dikenal dengan nama Sumur Upas.
Sumur misterius itu berada di pedalaman desa, tersembunyi di antara rumah-rumah warga yang di desain seperti rumah Majapahit. Namun perkampungan warga itu sudah direnovasi sedemikian rupa untuk mengesankan kampung zaman dulu. Di perkampungan itulah ada sebuah bangunan baru menyerupai gedung olahraga. Di dalam gedung itulah sumur upas berada.
BACA JUGA :
Melihat kampung Majapahit di Trowulan, jelajahi permukiman abad ke-14
Bangunan besar ini didirikan di lokasi situs dengan alasan untuk melindungi situs itu sendiri. Di sumur itu tak banyak yang berkunjung, kecuali paranormal, orang yang hendak menabur bunga sesajen atau petugas yang hendak membersihkan lokasi.
Monggo mas (Silakan mas)," ucap seseorang saat brilio.net datang. Laki-laki itu bernama Sudarsono atau akrab dipanggil Darsono. Dia adalah orang yang sehari-hari menjadi juru kunci Sumur Upas.
Dari Darsono brilio.net mendapat banyak cerita tentang sumur yang misterius tersebut. Ia menjelaskan, dari namanya sendiri "upas" dalam bahasa jawa berarti bisa ular. Namun bisa ular yang dimaksud disini hanya sebagai kata kiasan. Digunakan untuk menyebutkan sumur ini karena konon di dalam Sumur Upas terdapat pusaka-pusaka ampuh milik Kerajaan Majapahit. "Saking ampuhnya makanya oleh masyarakat sekitar disebut upas," ujarnya.
BACA JUGA :
Purbalingga, 'pabrik raksasa' produsen knalpot yang legendaris
Salah satu sudut kompleks Sumur Upas yang sering didatangi pengunjung.
Pada tahun 1941, situs ini pernah diteliti, dan tahun 1996 dilakukan pemugaran. Penelitian berikutnya dilakukan oleh Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Sejarah dan Purbakala dalam rangka penyusunan Rencana Induk Arkeologi Bekas Kota Kerajaan Majapahit pada Agustus 1985. Terakhir dipugar pada tahun 1995 hingga 1996 dan tahun 1999 hingga 2000.
Dari bentuknya, Sumur Upas tidaklah seperti situs candi kebanyakan. Tetapi lebih seperti reruntuhan bangunan berserakan. Berbentuk segi empat dengan bilik-bilik terbuat dari batu bata merah. Ukurannya bervariasi, ada yang sekitar 2 x 2 meter, ada pula yang lebih besar dari itu. Jika diperhatikan, persis seperti bekas bangunan luas dengan banyak ruangan.
Di beberapa tempat juga terdapat batu yang makin menegaskan bahwa di sini memang pernah ada suatu peradaban kuno. Sementara letak dari sumurnya sendiri berada persis di tengah-tengah reruntuhan. Ukuran diameternya 80 sentimeter, sementara kedalamannya belum diketahui hingga sekarang.
Ada cerita, pernah ada warga yang mencoba masuk ke dalam sumur, namun ia tewas di dalam sumur setelah menghirup bau beracun. Kesan angker memang selalu tampak dari sumur tersebut. Di atas lubang sumur diberi cungkup dan dilapisi dengan karpet berwarna merah terang. Di atas karpet itu sering dijumpai kembang dan sesajen lain.
Kompleks situs yang tertata dari tumpukan bata merah kuno
Tak jauh dari lokasi lubang sumur, ada sebuah bangunan yang tersusun dari batu merah dengan bentuk menyerupai pendopo. Ukurannya cukup besar, dengan panjang 12,5 meter, lebar 8,5 meter dan tinggi 1,6 meter. Pada bagian baratnya terdapat bekas tanda masuk selebar 2 meter. Bangunan inilah yang disebut dengan Candi Kedaton.
Diatas Candi Kedaton ini terdapat makam Islam yang menurut cerita rakyat adalah makam Dewi Murni, Dewi Pandansari, Wahito, dan Puyengan. Sedang, sebagian ahli sejarah menyebut itu sebagai makam Srengenge (matahari).
Darsono, pria yang setiap hari menjagai situs ini menuturkan, kompleks Sumur Upas dulunya digunakan sebagai pintu rahasia Kerajaan Majapahit dan rumah tinggal para pejabat. Di mana di dalamnya terdapat banyak ruangan yang fungsinya bermacam-macam. Di bawah tanah dipercaya ada banyak terowongan rahasia yang tembus ke sejumlah tempat. Seperti Gunung Lawu, Pantai Selatan, Tengger, Tuban, Banyuwangi, bahkan hingga ke Pulau Bali.
Ia juga bercerita, dulu Sumur Upas adalah berupa bukit kecil. Di atasnya berdiri beberapa pohon seperti pohon beringin dan pohon tanjung. Namun ketika tahun 1998, sesaat sebelum Soeharto lengser, pohon yang berada di atas Sumur Upas ini mendadak roboh. Tak hanya itu, beberapa pohon beringin yang berada di daerah Trowulan juga mengalami hal yang aneh.
Pohon beringin di dekat Kolam Segaran tetap berdiri kokoh, tetapi mendadak mati. Kemudian pohon beringin yang ada di sekitar Makam Troloyo setiap malam jumat satu persatu juga roboh, tuturnya.
Yang lebih menyeramkan lagi, menurut penuturan Darsono, saat pembantaian G30S PKI tahun 1965, Sumur Upas mendadak mengeluarkan bau anyir seperti bau darah. Namun sekarang sumur tersebut tak lagi menyeramkan seperti dulu. Auranya sekarang sudah hilang. Kalau sekarang sudah jarang ada tanda-tanda peristiwa yang akan terjadi di Indonesia. Terakhir saat Pak Harto itu, ujar pria berkumis ini.
Karena nuansa mistis dari situs ini, banyak warga yang menggunakan tempat ini sebagai tempat ritual, untuk meminta berbagai hal. Bahkan menurut Darsono, ketika musim pemilihan tiba, seperti pilkades, pilkada, atau pemilihan caleg situs ini menjadi ramai dikunjungi.
"Dari dulu memang sudah menjadi tempat keramat bagi orang kampung. Jadi setiap orang kampung punya hajatan masih sering kirim tumpengan," sambungnya.
Salah satu pengunjung di situs Sumur Upas
Namun Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB), Andi Muhammad Said, memiliki pendapat lain. Menurut dia, sampai sekarang baik arkeolog maupun peneliti belum bisa memastikan pada zaman dahulu, berfungsi sebagai apa sebenarnya situs Sumur Upas ini. Prasasti tentangnya belum pernah ditemukan. Sementara terowongan yang banyak disebut orang belum ditemukan.
"Satu peradaban pernah mendiami tempat ini, kemudian peradaban lainnya datang lagi dan menumpuk bangunan yang ada. Begitu seterusnya sampai 10 peradaban. Jadi ini seperti satu tempat yang bolak balik dipakai orang, kata Said.
Hingga kini untuk menguak misteri Sumur Upas masih sulit untuk dilakukan. Pasalnya, luas situs ini sebenarnya hampir seluas dusun tempat situs ini berada. Dimana sekarang bagian-bagian lainnya sudah tertutup oleh jalan dan rumah-rumah warga. Kan nggak mungkin kita menyuruh warga untuk pindah begitu saja. Perlu proses yang panjang dan nggak mudah," katanya.
Ia mengakui, bentuk situs Sumur Upas memang tak lazim, karena sangat luas. Saat arkeolog dan peneliti menggali untuk mendapatkan pondasi, justru mendapatkan bangunan lain dibawahnya.
TONTON JUGA VIDEONYA DI SINI: