Brilio.net - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim meluncurkan program kebijakan pendidikan "Merdeka Belajar". Salah satu isinya adalah menghapus Ujian Nasional (UN) mulai 2021. Pada tahun 2021, UN akan digantikan dengan Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter.
"Penyelenggaraan UN tahun 2021, akan diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter, yang terdiri dari kemampuan bernalar menggunakan bahasa (literasi), kemampuan bernalar menggunakan matematika (numerasi), dan penguatan pendidikan karakter," kata Nadiem dikutip dari Liputan6.com, Rabu (11/12).
BACA JUGA :
Cara guru cegah muridnya konvoi & coret seragam ini unik abis
Menurut Nadiem, Ujian Nasional dianggap kurang ideal untuk mengukur prestasi belajar. Materi UN juga terlalu padat, sehingga cenderung berfokus pada hafalan, bukan kompetensi.
Padahal, kata Nadiem, semangat UN adalah untuk mengasesmen sistem pendidikan. Baik itu sekolahnya, geografinya, maupun sistem pendidikan secara nasional.
"Kedua, ini sudah menjadi beban stres antara guru dan orangtua. Karena sebenarnya ini berubah menjadi indikator keberhasilan siswa sebagai individu," ucap dia.
BACA JUGA :
12 Meme lucu habis Ujian Nasional ini bikin tersenyum kecut
foto: Instagram/@kemdikbud.ri
Ujian tersebut bakal dilakukan siswa yang berada di tengah jenjang sekolah, yakni kelas 4, 8, dan 11. Pemerintah berharap hal ini bisa mendorong guru dan sekolah untuk memperbaiki mutu pembelajaran. Hasil ujian ini tidak digunakan untuk basis seleksi siswa ke jenjang selanjutnya.
"Arah kebijakan ini juga mengacu pada praktik baik pada level internasional seperti PISA dan TIMSS," lanjutnya.
Lebih jauh, kata mantan bos Gojek itu, UN hanya menilai satu aspek, yakni kognitifnya. Bahkan belum menyentuh aspek kognitif, tapi lebih kepada penguasa materi. Menurut Nadiem, konsep ini merupakan penyederhanaan dari ujian nasional yang begitu kompleks.
Program penggantinya
Konsep yang digunakan adalah asesmen yang mengukur kemampuan minimal yang dibutuhkan para siswa. Materi yang dinilai adalah literasi dan numerasi.
"Literasi itu bukan hanya kemampuan membaca. Literasi adalah kemampuan menganalisis suatu bacaan. Kemampuan memahami konsep di balik tulisan tersebut," kata Nadiem.
Sedangkan numerasi, kata Nadiem, ialah kemampuan menganalisis dengan menggunakan angka-angka. "Ini adalah dua hal yang akan menyederhanakan asesmen kompetensi mulai 2021," tuturnya.
Nadiem menegaskan, konsep asesmen kompetensi pengganti ujian nasional itu bukan lagi berdasarkan mata pelajaran maupun berdasarkan penguasaan konten atau materi.
"Ini berdasarkan kompetensi minimum yang dibutuhkan murid-murid untuk bisa belajar apa pun mata pelajarannya," ujar mantan bos Gojek Indonesia itu.
Selain asesmen kompetensi, Mendikbud juga akan memberlakukan konsep survei karakter. Survei karakter ini digunakan untuk mengetahui iklan karakter anak di sekolah.
foto: Instagram/@kemdikbud.ri
"Untuk mengetahui ekosistem di sekolahnya bagaimana implementasi gotong-royong. Apakah level toleransinya sehat, apakah well-being atau kebahagiaan anak itu sudah mapan, apakah ada bullying terjadi?" kata Nadiem.
Survei itu, kata Nadiem, digunakan untuk menjadi tolak ukur supaya sekolah-sekolah memberikan umpan balik bagi kegiatan pembelajarannya. Mas Nadiem, sapaan akrabnya, juga menerangkan bahwa asesmen dan survei tersebut akan dilaksanakan pada pertengahan jenjang satuan pembelajaran.
Sementara ujian nasional selama ini berada di akhir jenjang. Ada dua alasan mengapa hal ini dilakukan di tengah jenjang. Yang pertama, kata Nadiem, adalah untuk memberikan waktu bagi sekolah dan para guru melakukan perbaikan sebelum sang anak lulus.
"Dan yang kedua karena dilakukan di tengah jenjang ini tidak bisa dilakukan sebagai alat seleksi untuk siswa. Tidak lagi menimbulkan stres bagi anak-anak dan orangtua karena formatif asesmennya," ujarnya.