Brilio.net - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan kendala yang dihadapi sistem pendidikan di sekolah menengah kejuruan (SMK) di Indonesia adalah tenaga pengajarnya yang sebagian besar masih diisi oleh guru normatif. Padahal, guru dengan imajinasi tinggi sangat diperlukan untuk membimbing anak didik.
"Problemnya adalah ternyata bahwa SMK kita ini guru-gurunya banyak yang guru normatif. Normatif itu ya guru Kimia, guru Fisika, guru PMP. Padahal yang dibutuhkan di SMK apa, guru-guru yang memiliki keterampilan untuk membimbing anak didiknya seperti merakit mesin, komponen-komponen otomotif, dan lainnya," kata Presiden Jokowi di Jakarta, Kamis (24/11).
BACA JUGA :
Menolak ditawari tempat duduk, sikap Menlu Retno Marsudi bikin kagum
Menurut Jokowi, SMK seharusnya bisa menjadi lembaga pendidikan yang lebih banyak mengajarkan ilmu spesifik kepada siswa, sehingga bisa melahirkan tenaga-tenaga praktisi muda yang cakap dan berdaya saing.
"Itu yang saya lihat di Jerman, di Korea Selatan, di Jepang, mereka bisa maju karena 'vocational training' dan 'vocational school', tidak ada yang lain," ujarnya.
Lanjut dia, tenaga kerja Indonesia harus didorong dengan 'vocational training' tapi yang betul-betul sesuai dengan yang diinginkan oleh industri. Jokowi mengungkapkan bahwa lulusan SMK sebenarnya sudah banyak sekali, hampir 60 persen, tapi keluarannya ini yang harus diatur dengan detail.
BACA JUGA :
Presiden Jokowi ikut teriakkan yel-yel bareng Kopassus, kompak abis