Brilio.net - Wanita yang satu ini bungah hatinya. Di depan pagar, ada kurir yang membawa paket yang sudah dinanti-nantinya. Ia menunggu sambil harap-harap cemas sejak melakukan check-out di salah satu e-commerce ternama. Akhirnya, smartphone flagship yang jadi incarannya sejak lama kini sudah ada di tangan.
Senyum sumringah di wajah wanita ini langsung berubah jadi masam. Alih-alih bikin bahagia saat membukanya, paket itu malah berisi sebuah batu. Akibat tertipu promo murah, ia mengaku mengalami kerugian lebih dari Rp 10 juta.
BACA JUGA :
8 Resep makanan kaki lima enak dan mudah dibuat di rumah
Kisah viral di atas ternyata tidak hanya terjadi sekali atau dua kali. Banyak korban lainnya yang mengalami kejadian sama. Bahkan, dari 2017 hingga 2022, layanan CekRekening.id dari Kemkominfo telah menerima kurang lebih 486.000 laporan dari masyarakat terkait dengan tindak pidana informasi dan transaksi elektronik.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) dalam laporannya mengatakan bahwa pengaduan terkait e-commerce selalu meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan, dalam lima tahun terakhir, pengaduan e-commerce masuk tiga besar, loh.
Dalam laporan YLKI, laporan terkait e-commerce pada 2022 lalu terkait 4 hal. Mulai dari barang tidak sesuai (20%), refund (32%), pembatalan sepihak (8%), dan barang tidak sampai (7%).
BACA JUGA :
7 Resep makan siang sederhana, enak, dan praktis untuk bekal di kantor
Nah, rata-rata dari korban penipuan ini mengaku karena kepincut dengan diskon yang ditawarkan. Biasanya hal tersebut terjadi pada saat tanggal-tanggal kembar seperti 10.10 , 11.11,, dan lainnya. Selain itu juga karena adanya perasaan takut ketinggalan alias Fear of Missing Out atau FOMO.
Apa itu FOMO?
foto: Shutterstock.com
Istilah FOMO mulai populer pada 2004-an menurut World Journal of Clinical Cases. Dalam publikasi tersebut, FOMO adalah persepsi ketinggalan sesuatu yang sedang terjadi. Persepsi ini menimbulkan rasa khawatir, ketakutan, atau cemas yang berlebihan.
Gejala FOMO juga bisa mengganggu kehidupan sehari-hari. Menurut laporan Technological Forecasting and Social Change pada 2021, FOMO bisa membuat seseorang membuka media sosial terlalu sering. Kerap membandingkan diri sendiri dengan orang lain di media sosial. FOMO juga bisa membuat orang sulit berkonsentrasi. Bahkan, Dr. Halley Pontes dari universitas Nottingham Trent, Inggris dalam jurnal Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking mengatakan bahwa FOMO bisa memperparah ketagihan media sosial.
Perasaan FOMO ini sering dimanfaatkan penipu online untuk memperdaya korbannya. Berbagai macam jebakan online disebar di penjuru internet. Saking banyaknya, sekalinya keselip sedikit, kamu bisa jadi korban selanjutnya.
Jebakan Phishing.
Promo tanggal kembar sering dimanfaatkan orang jahat. pada 2019 lalu, Kaspersky Lab merilis laporan bahwa mereka mendeteksi serangan phishing yang melonjak pada tanggal kembar, 11 November 2018. Data menyebutkan bahwa beberapa hari sebelum tanggal kembar tersebut mengatakan bahwa serangan phishing terjadi lebih dari 950 ribu kali.
Jebakan phishing mengincar mereka yang tidak teliti saat berbelanja. Promo dan diskon besar-besaran jadi umpan untuk menjaring korban yang malang. Data penting seperti username, password, PIN akun bank, dan lainnya akan langsung tersedot ketika terpincut harga murah. Ketika user mengeklik link phishing, sudah dipastikan data akan langsung diambil alih penjahat.
Jebakan Viral File PDF.
Kamu yang FOMO hati-hati saat mengunduh file yang tidak diketahui jenisnya dari mana pun. Penjahat bisa menyusupi file tidak bertanggung jawab langsung ke smartphone. Modusnya juga sangat pintar. File jahat ini disamarkan menjadi file PDF yang akan disebarkan melalui aplikasi pesan instan.
File tersebut sekilas mirip dengan format PDF seperti pada umumnya. Tapi ternyata, file tersebut berformat Apk. Format ini umum digunakan untuk meng-install aplikasi di luar Google Play Store. Alhasil, pengguna yang tidak teliti akan menginstall file tersebut ke smartphone.
Tahu-tahu uang di rekening bank akan ludes. Secara singkat, file tersebut mampu menguras data penting seperti nomor rekening, PIN, dan password bank dari aplikasi mobile banking yang ada di smartphone.
foto: istimewa
Selain dua jebakan di atas, masih banyak lagi jebakan pintar yang mengincar pemburu diskon terpandai sekalipun. Sekalinya terkena FOMO, terkadang logika dan nalar tidak berlaku. Tuntutan gaya hidup dan sosial yang semakin berat bikin siapapun jadi lupa diri. Penipuan belanja online akan semakin marak dan tidak terkendali.
Adakah solusinya?
Penanggung Jawab Layanan Aduan Tindak Pidana ITE, Direktorat Pengendalian Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo mengatakan ada beberapa langkah untuk menghindari penipuan online.
Dalam laman resminya, Kominfo membagikan beberapa tipsnya. Pertama, jangan mudah tergiur dengan harga murah. Selalu membaca ulang ulasan atau review dari pembeli lain. Waspada jika menerima kode OTP. Dan tentunya untuk selalu melakukan pengecekan terhadap identitas penjual.
Selain itu, angin segar berhembus untuk pemburu diskon online. Belakangan ini viral ditemukannya sebuah virus yang bisa menekan keinginan FOMO yang tidak terkendali. Virus VOMO ini ditenggarai bisa menekan impulsive buying sehingga dapat melindungi pembeli dari bahaya jebakan online.
Tagar #IngatVOMO mulai bermunculan di berbagai media sosial. Perlahan tapi pasti, Virus VOMO ini membantu pemburu diskon tanggal kembar untuk menghindari jebakan-jebakan online yang semakin meraja-lela.