1. Home
  2. »
  3. Serius
29 Oktober 2024 17:15

Rocky Gerung: Karangan bunga satir BEM FISIP Unair upaya menghidupkan demokrasi

Kritik memiliki daya untuk membangkitkan semangat dan memanggil perlawanan. Farika Maula

Brilio.net - Dekanat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya akhirnya mencabut Surat Keputusan (SK) pembekuan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fisip Unair.

Sebelumnya, BEM FISIP Unair ini dibekukan oleh pihak Dekanat lantaran karangan bunga yang berisi ucapan selamat kepada Presiden dan Wakil Presiden RI dengan tulisan satir.

Berdasarkan berita acara yang dibagikan di Instagram @bemfisipunair, pemasangan karangan bunga itu dipakukan pada Selasa (22/10), pukul 15.00 WIB, sedangkan sekitar pukul 18.45 WIB karangan bunga tersebut ditarik karena hujan.

Namun, karena ditempatkan di lokasi strategis yang banyak dilewati warga kampus, karangan bunga dengan pesan satire itu kemudian viral di platform X dan Tiktok.

Pada Kamis (24/10), Ketua Komisi Etik Fakultas melakukan pemanggilan pada BEM FISIP Unair untuk meminta klarifikasi terkait kepemilikan karangan bunga tersebut.

BACA JUGA :
Rumahnya bak vila di tengah kebun, 9 potret gazebo kamar tidur Rocky Gerung yang menyatu dengan alam


foto: X/@bemfisipunair

Pada Jumat (25/10), pukul 09.03 WIB Presiden BEM FISIP Unair bersama wakil dan menteri kajian politik dan kajian strategis memenuhi panggilan Komisi Etik Fakultas.

BACA JUGA :
Nyaris kena gusur, intip 11 potret rumah Rocky Gerung di tengah hutan rimbun, suasananya bak di vila

Menurut Rocky Gerung, seorang filsuf dan pengamat politik, tindakan BEM ini adalah salah satu cara untuk menghidupkan demokrasi.

"Mahasiswa tidak perlu tahu banyak tentang peristiwa besar masa lalu seperti '98 atau '65, tapi mereka punya naluri bahwa kekuasaan itu harus dikritik,dikutip Brilio.net melalui akun YouTube Rocky Gerung Official.

Ia percaya bahwa dalam benak setiap mahasiswa tertanam sebuah pemahaman dasar bahwa kekuasaan adalah sasaran kritik, seperti ombak yang terus menghantam tebing, menguji ketangguhan batu tanpa henti.

Rocky melanjutkan, "Ini sudah jadi takdir historis kita, bahwa masyarakat sipil akan terus mengawasi dan mengkritik kekuasaan, baik itu lewat tulisan, demonstrasi, hingga satir".

Kritikan satire dari BEM Unair, dalam pandangan Rocky, bukan sekadar aksi iseng atau olok-olok, tetapi upaya mendalam yang menunjukkan bahwa mahasiswa adalah penjaga nilai demokrasi.

Setiap karangan bunga, setiap kalimat satir yang terpampang, sejatinya mengajak kita untuk melihat lebih dalam bahwa demokrasi bukan hanya suara di kotak pemilu, tetapi juga suara-suara kecil yang mungkin terdengar sumbang namun berharga. Demokrasi membutuhkan pengingat, dan itulah yang dicoba dilakukan oleh para mahasiswa.

Namun, tindakan BEM FISIP Unair ini tidak diterima begitu saja. Dekan atau rektor mengambil langkah yang dianggap oleh sebagian orang sebagai cara untuk membungkam kritik. Menurut Rocky Gerung, ini adalah tanda bahwa Indonesia berada di ambang new kind of authoritarianism. Menurutnya, "Ketika kampus mencoba dikendalikan oleh rektor atau dekan yang tunduk pada kekuasaan, itu adalah kemunduran demokrasi".

Upaya pendisiplinan ruang akademik

Sudah lama kampus menjadi ruang untuk berpikir bebas, menyemai kritik yang jujur, serta memberi tempat pada mahasiswa untuk berbicara. Namun, ketika para pimpinan kampus mulai melarang kebebasan ekspresi mahasiswa demi kepentingan pragmatisme atau jabatan, nilai-nilai kebebasan mulai terkikis.

Dalam teori sosiologi, pendisiplinan ini dikenal sebagai disciplinary society, sebuah istilah yang dipopulerkan oleh Michel Foucault. Masyarakat dibentuk sedemikian rupa agar teratur dan patuh pada otoritas. Foucault berpendapat bahwa dalam masyarakat seperti ini, individu tidak lagi menjadi sosok bebas yang mampu mengeluarkan pikirannya, melainkan hanya bagian dari sistem yang diawasi dan dikendalikan.

Di tengah dunia akademis, pendisiplinan ini berdampak besar. Para mahasiswa, yang sejatinya menjadi simbol perlawanan dan idealisme, bisa saja kehilangan semangat kritis mereka karena takut akan dampak atau sanksi dari pihak universitas. Inilah paradoks yang dirasakan Rocky Gerung. Satu sisi, kampus sebagai institusi pendidikan tinggi seharusnya menjadi tempat terbukanya diskusi, tetapi di sisi lain kampus kini seolah menjadi perpanjangan tangan otoritas.

foto: Brilio.net/Farika Maula

Saat menghadiri acara Diskusi Kaum Muda: Seni dan Aktivisme, Rocky Gerung kembali menegaskan terkait fenomena pembekuan BEM FISIP Unair. Ia mengungkapkan pandangannya bahwa kritik memiliki daya untuk membangkitkan semangat dan memanggil perlawanan.

"Dulu, saat era Orde Baru, aktivis memanggil-manggil Soeharto dan timnya agar mereka makin bengis, supaya kita punya alasan untuk berjuang terus. Kini, kebengisan yang serupa ditulis oleh BEM Unair di poster mereka, namun BEM-nya justru dibubarkan," Rocky menjelaskan.

Ada yang menyebut satir sebagai seni yang tajam, yang mampu mengungkap kebenaran lewat tawa dan ejekan. Dalam beberapa kasus, kritik langsung mungkin dianggap berbahaya, tetapi satir memberikan cara untuk menyampaikan kritik tanpa terlalu menantang.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags