Brilio.net - Kisah komedi atau humor punya sejarah panjang. Di Indonesia bahkan humor punya tempat tersendiri di hati masyarakat. Tidak sedikit aksi-aksi jenaka melahirkan legenda pada setiap zamannya.
Di era-1970-an ada kelompok Kwartet Jaya yang beranggotakan Ateng, Iskak, Bing Slamet, dan Eddy Sud. Masih di era yang sama, kelompok Bagio Cs yang digawangi Bagio, Darto Helm, Diran, dan Sol Soleh juga menjadi salah satu pelaku humor yang kerap mengocok perut penonton televisi dan pendengar radio dengan lawakan-lawakan tren kala itu. Bagio Cs juga menjadi salah satu grup yang bertahan hingga era 1980-an.
BACA JUGA :
10 Nama lucu tempat usaha ini bikin pembeli mikir keras
Lalu ada juga kelompok Jayakarta Group yang digawangi Cahyono, Jojon, Prapto, dan Uuk. Dalam group ini, Jojon yang bergaya unik dengan celana kedodoran diangkat sampai perut, rambut poni dengan kumis ala Hitler menjadi sosok sentral.
Sosok budayawan Betawi Benyamin Sueb juga menjadi salah satu tokoh penting dalam perkembangan humor di Indonesia. Bang Ben, begitu Benyamin Sueb biasa disapa mewarnai dunia jenaka Indonesia dengan lawakan-lawakan yang konyol ala orang Betawi yang suka ceplas-ceplos. Istilahnya, ngomong kadang nggak pake mikir. Asal jeplak.
BACA JUGA :
8 Curhatan Sule pada Boy William soal kebahagiaan, happy jadi artis
Sampai saat ini aksi humor ala Betawi masih bisa kita saksikan lewat beberapa pelawak berdarah Betawi seperti Malih Tong Tong, Haji Bolot, Mandra. Masing-masing punya gaya dan karakter yang khas tanpa meninggalkan akar budaya Betawi.
Sementara pada masyarakat Jawa, nama kelompok lawak Srimulat sudah mendarah daging. Banyolan dan kekonyolan para pemain Srimulat hingga kini masih melekat di sebagian besar masyarakat. Hampir semua pemain Srimulat memiliki karakter yang saling mengisi. Lawakan mereka tampaknya tak lekang dimakan usia.
Dunia lawak Indonesia juga tak bisa menihilkan kelompok Warkop DKI yang beranggotakan Dono, Kasino, Indro. Kelompok lawak para mahasiswa yang berawal dari obrolan warung kopi di Radio Prambors ini punya dinamika sendiri.
Kelompok yang awalnya melibatkan Nanu Mulyono atau kerap dikenal Nano yang selalu membawakan karakter Batak ini menjadi grup lawak yang memberi konsep baru humor dengan lawakan-lawakan satir penuh sindiran kepada penguasa ketika itu. Belakangan Warkop DKI kerap tampil di sejumlah film dengan kelucuan-kelucuan yang segar, terkadang vulgar.
Saat ini tidak sedikit anak muda yang mulai menggeluti dunia stand up comedy. One man show komedi ini tak jarang melahirkan talenta-telanta berbakat di dunia humor dengan materi-materi yang jujur dan dekat dengan keseharian masyarakat.
Setidaknya, masih banyak komedian di Indonesia yang di setiap era memiliki penggemar tersendiri dan selalu memberikan banyolan dan kelucuan yang menghibur. Keberadaan mereka pun menjadi bagian dari perjalanan humor di Indonesia.
Majalah Humor
Perkembangan dunia jenaka di Indonesia tak hanya terlihat dari munculnya berbagai grup lawak, tapi juga media yang kerap menyajikan kisah-kisah para pelawak. Bisa dibilang, media humor dalam bentuk cetak mulai berkembang di era 1960-an. Namun masyarakat baru tersentak di era 1990-an ketika terbit majalah Humor.
Malah saat itu ada anggapan, majalah Humor lahir sebagai pelampiasan terhadap tekanan politik pemerintah yang serba tertutup. Lawakan yang mengandung unsur kritikan kepada pemerintah kala itu sudah pasti tak bisa disajikan di atas panggung.
Alhasil, tidak sedikit pelaku humor yang melemparkan uneg-uneg mereka di media tersebut. Karena dianggap sebagai media alternatif untuk menikmati lawakan, serta kegemaraan masyarakat Indonesia dengan komedi, majalah Humor laris manis ketika itu. Isinya bervariasi, mulai dari komedi satir hingga guyonan dengan bahasa nonvulgar. Sayangnya, nafas majalah Humor tak panjang. Pada 1998, ketika Indonesia dilanda krisis, majalah Humor berhenti terbit.
Media humor di era digital
Satu dekade terakhir, pamor media cetak mulai redup. Memasuki era teknologi, media online pun bermunculan. Namun di era digital seperti sekarang, tidak banyak media online yang khusus menyajikan kisah-kisah jenaka. Sekalipun ada cerita kelucuan di media online yang ada sekarang, hal itu hanya menjadi bagian kecil saja dari setumpuk di antara berita-berita politik, selebriti, peristiwa dan lainnya.
Lalu, sekelompok anak muda yang suka dengan kisah-kisah jenaka dan segala jenis kelucuan, berinisitaif membangun situs berita humoria Indonesia (Humoria.id) pada 1 November 2020 di tengah masyarakat gundah akibat pandemi Covid-19.
Portal berita humor yang berbasis di Jakarta ini menargetkan anak muda penikmat humor, termasuk para akademisi sebagai pembacanya. Situs humor yang mengusung tagline Untuk humor Indonesia yang lebih baik ini menyajikan berbagai isu hal yang berbau humor skala nasional, regional hingga internasional, diperkaya referensi berita-berita humor.
Humoria Indonesia hadir untuk mengisi kekosongan media online yang berfokus pada segala hal yang beraroma komedi. Dari profil pelawak zaman dahulu, sampai kekinian. Tujuannya, menyegarkan pikiran, dari isu-isu nasional atau internasional yang ada kalanya penuh bumbu drama dan hoaks, kata Pemimpin Umum Humoria Indonesia Hurry Mulya.
S Bagio (istimewa)
Di mata praktisi humor, Yasser Fikri, kehadiran Humoria.id bisa menjadi dokumentasi jejak digital para komedian di Indonesia. "Humor itu sangat personal. Tinggal diperkaya saja. Teman-teman Humoria bisa menjembatani. Itu bisa jadi jejak digital yang sangat penting. Buat saya, Humoria bisa jadi pusat dokumentasi teman-teman komedian di Indonesia, kata Yasser.
Mengikuti kelaziman zaman, Humoria.id juga meluncurkan channel YouTube Humoria Indonesia, yang berisi wawancara dengan komedian, praktisi komedi, atau tokoh yang memiliki minat besar di dunia humor. Media ini juga tak melupakan media sosial seperti instagram (@idhumoria) dan TikTok (@humoriaid). Salam jenaka!