Brilio.net - Tawuran antar pelajar menjadi momok sendiri bagi dunia pendidikan Indonesia. Kamis (24/11) ramai diperbincangkan aksi tawuran antar anak SD di Semarang yang digagalkan oleh satpam sekolah.
Kejadian yang melibatkan dua SD di Semarang yakni SD Pakunden dan SD Al Khotimah ini membuat geger banyak orang. Pasalnya, polisi menemukan senjata tajam yang diduga dibawa oleh dua anak dari SD Al Khotimah yang tertangkap satpam hendak menyerang SD Pakunden.
BACA JUGA :
Ridwan Kamil tegur anak sekolah bolos dan merokok, viral banget nih
Ketika dihubungi, brilio.net (Jumat, 25/11), Soleh, yang merupakan guru Pendidikan Jasmani dan Olahraga di SD Al Khotimah menolak kepemilikan senjata tajam atas muridnya.
"Sebenarnya anak-anak yang terlibat nggak ada puluhan seperti yang diberitakan berbagai media. Yang saya kumpulkan ada 14 anak dari kelas 4 dan kelas 2," terang Soleh.
Dari keterangan Soleh, kejadian tersebut berawal ketika anak-anak didiknya bermain di Taman Pandanaran, Semarang.
BACA JUGA :
Terungkap kenapa Dasrul, guru SMKN 2 Makassar bisa berdarah-darah
"Jadi mereka lagi main di Taman Pandanaran, mereka biasa main di situ mencari ikan. Dua anak yang diamankan kemarin itu memang rumahnya dekat situ," lanjut Soleh.
Soal kepemilikan senjata, Soleh bercerita pihak sekolah sudah memanggil orangtua dan tak ada yang mengaku memiliki benda tersebut.
"Jadi kan yang ditemukan sabuk sama keris atau parang itu ya. Kalau sabuk memang digunakan anak-anak untuk mencari ikan di taman itu. Soal keris, kami sudah memanggil orangtua dan tak ada yang mengaku memilikinya. Kami masih menunggu rekaman dari CCTV, di lokasi situ kan banyak jadi jangan buru-buru ambil kesimpulan lah. Kan dari pihak Wali Kota juga sudah menjelaskan kalau perkara ini cuma salah paham," lanjutnya.
Soleh sendiri mengenali murid-muridnya tersebut sebagai anak-anak yang ceria.
"Mereka kesehariannya ceria, mereka biasa jujur sama saya. Ya mereka bilang mau cari ikan di taman. Ya entah bagaimana dua anak yang tertangkap itu sampai sana," lanjutnya.
Menurut Soleh, kini pihak sekolah akan lebih fokus pada anak-anak mereka. Pemanggilan psikolog untuk lebih mendekati anak-anak dan menemukan permasalahan mereka juga akan dilakukan. Ia berharap media tak memperkeruh perkara ini dan justru membesarkannya.
"Ini masalah pendidikan kita ya, tolong jangan dibesar-besarkan lah" pungkasnya.
Sementara pihak dari SD Pakunden belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut. Dua anak yang diamankan polisi terkait dugaan penyerangan ke SD Pakunden saat sudah pulang ke rumah mereka setelah dijemput orangtua.