Brilio.net - Seorang mahasiswi program pendidikan dokter spesialis (PPDS) anestesi dengan inisial ARL (30) ditemukan tewas yang diduga karena bunuh diri. Insiden tersebut terjadi di kosnya yang berada di Lempongsari, Gajahmungkur, Semarang. ARL merupakan mahasiswi di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Diponegoro (Undip).
Saat ditemukan, wajah korban sudah dalam keadaan kebiruan. Selain itu posisinya juga miring seperti orang tertidur. Hal ini disampaikan oleh Kapolsek Gajahmungkur, Kompol Agus Hartono.
BACA JUGA :
Diduga karena patah hati, ini 7 fakta meninggalnya Rahul Pinem atlet muda berprestasi One Pride MMA
"Mukanya biru-biru sedikit sama pahanya, seperti orang tidur," kata Kapolsek Gajahmungkur, Kompol Agus Hartono dilansir dari merdeka.com pada Kamis (15/8).
Kejadian ini lantas menghebohkan publik di media sosial dan langsung jadi perhatian. Dari peristiwa yang menyayat hati ini, berikut adalah 7 faktanya yang dihimpun oleh brilio.net dari berbagai sumber pada Kamis (15/8).
BACA JUGA :
Kisah miris 7 aktris Bollywood akhiri hidup dengan bunuh diri
foto: freepik.com
1. Dokter PPDS Anestesi Undip ditemukan meninggal.
Korban ditemukan tewas setelah pacarnya curiga karena tidak dapat menghubunginya sejak pagi. Ketika kamar kos korban didatangi, pintunya terkunci dari dalam. Meski beberapa kali mencoba menelepon, korban tidak menjawab panggilan tersebut.
"Kita minta tolong temannya itu, temannya cek di kos Tembalang kosong," ujar Agus Hartono.
"Kita akhirnya panggil tukang kunci dan ditemukan sudah meninggal," jelasnya.
2. Suntikan obat bius ke tubuh.
Pihak kepolisian lantas memanggil dokter untuk melakukan pemeriksaan. Diketahui korban meninggal karena obat penenang. Obat penenang tersebut disuntikkan sendiri oleh korban ke tubuhnya.
"Obat untuk pelemas otot, saya enggak bisa ngomong yang bisa ngomong dokter tapi obat itu seharusnya lewat infus," ujar Agus.
3. Indikasi tak kuat menahan bullying
foto: freepik.com
Berdasarkan hasil pemeriksaan saksi dan bukti di lokasi, polisi menemukan buku hariannya yang berisi banyak curhatan. Salah satunya ia berniat mundur dari pendidikan karena sering bersinggungan dengan seniornya.
"Kita cek bukti buku harian, bahwa ia merasa berat pelajarannya dan senior-seniornya," ungkapnya Agus.
Selain itu, korban sudah menempati kos tersebut selama setahun belakangan. Ia ternyata juga sempat bercerita kepada ibunya ingin resign. Alasannya karena tidak kuat sering diperintah oleh senior.
"Jadi memang pernah cerita tidak kuat dengan sekolahnya. Ada kemungkinan lain sama seniornya itu kan perintahnya sewaktu-waktu minta ini itu, ini itu, keras," ungkapnya.
4. Pihak universitas diduga berusaha menutupi.
Kasus berawal dari viral lewat utas di X. Akun dengan username @bambangsuling11 mengungkap kronologi meninggalnya dokter FK Undip ini. Dalam cuitannya, pihak PPDS Anestesi Undip berusaha menutupi dengan menyebut bahwa korban menyuntikkan obat tersebut ke tubuh bukan karena ingin bunuh diri, melainkan sakit saraf kejepit.
"Pihak PPDS Anestesi Undip berusaha menutupi dengan menyebut korban sering menyuntikkan obat itu ke tubuhnya karena sakit saraf kejepit," ujar akun tersebut dilansir brilio.net pada Kamis (15/8)
5. Kemenkes berhentikan program anestesi Undip sementara.
foto: X/@bambangsuling11
Menanggapi kasus yang viral, Kementerian kesehatan langsung mengambil tindakan. Melalui surat yang diterbitkan pada 14 Agustus, Kemenkes menuliskan pemberhentian sementara program anestesi Universitas Diponegoro. Hal tersebut berlaku sampai pihak universitas melakukan investigasi dan langkah-langkah yang dapat dipertanggungjawabkan.
"Sehubungan dengan dugaan terjadinya perundungan di Program Studi Anestesi Universitas Diponegoro yang ada di RSUP Dr. Kariadi, yang menyebabkan terjadinya bunuh din pada salah satu peserta didik program studi anestesi Universitas Diponegoro. Maka disampaikan kepada Saudara untuk menghentikan sementara program studi anestesi di RSUP Dr. Kanadi sampai dengan dilakukannya investigasi dan Langkah-langkah yang dapat dipertanggungjawabkan oleh jajaran Direksi Rumah Sakit Kariadi dan FK UNDIP," tertulis di surat.
6. Polisi bantah korban meninggal karena bunuh diri.
Setelah melakukan pemeriksaan, Kompol Agus Hartono membantah bahwa korban meninggal karena bunuh diri. Pihaknya mengatakan bahwa korban menyuntikkan obat bius ke tubuh hanya untuk meringankan bebannya yang berat. Terlebih ia disebut sering bersinggungan dengan seniornya.
7. Teman korban cerita soal beban kerja berlebih.
Salah satu teman seperjuangan korban curhat lewat DM ke akun @bambangsuling11. Dalam sebuah tangkapan layar, teman tersebut mengaku bahwa mereka harus bekerja dari jam 6 pagi dan pulang di jam 12 malam. Tidak jarang juga, ada yang pulang hingga jam 2 atau 3 pagi.