Brilio.net - Wacana penerapan kantong plastik berbayar yang bakal diuji coba di sejumlah kota Indonesia pada 21 Februari hingga Juni mendatang kini mulai jadi pembicaraan. Malah, istilahnya masalah plastik berbayar ini sudah jadi trending topic di kalangan kaum ibu. Sejumlah ibu yang biasa berbelanja di pasar modern, nampaknya tak terlalu mempermasalahkan jika pengenaan harga yang diterapkan sekitar Rp 200 per kantong. Tapi bagi mereka yang biasa berbelanja di pasar tradisional, kebijakan ini dianggap memberatkan.
Saat ini, sekitar 22 kota di Indonesia telah menyatakan komitmennya dalam mendukung penerapan kebijakan kantong plastik berbayar. Ke-22 kota tersebut yaitu Jakarta, Bandung, Bekasi, Depok, Bogor, Tangerang, Solo, Semarang, Surabaya, Denpasar, Palembang, Medan, Balikpapan, Banjarmasin, Makassar, Ambon, Papua, Jayapura, Pekanbaru, Banda Aceh, Kendari, dan Yogyakarta.
Dipilihnya uji coba pada 21 Februari mendatang karena bertepatan dengan dikeluarkannya Surat Edaran (SE) Nomor S.71/Men LHK II/ 2015 oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun lalu sekaligus bertepatan dengan Hari Peduli Sampah Nasional.
Penerapan kebijakan ini bertujuan untuk menekan penggunaan plastik agar tak makin memberatkan dampak lingkungan. Hanya saja, saat ini yang jadi persoalan adalah kesulitan mengubah kebiasaan masyarakat yang selama ini mendapat layanan kantong plastik gratis. Karena itu perlu dilakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat.
Kebijakan ini juga sangat membantu peritel. Maklum, kantong plastik selama ini memakan biaya cukup besar, dan hal itu menjadi beban peritel. Rencananya, apabila kebijakan ini berhasil diterapkan, dana hasil penjualan kantong plastik akan dialokasikan untuk kegiatan CSR bekerja sama dengan pemerintah daerah dalam bidang pengelolaan sampah.
Menurut Koordinator Harian Gerakan Diet Kantong Plastik Indonesia, Rahyang Nusantara, negara maju yang masyarakatnya mempunyai kesadaran tinggi mampu mengurangi sampah plastik hingga 70% saat diberlakukan kantor plastik berbayar.
Namun di Indonesia dia belum bisa memprediksi berapa jumlah pengurangan yang bisa dilakukan. Selama ini, Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil sampah plastik terbesar di dunia.
"Tantangan utama adalah perilaku dan kesadaran masyarakat. Jika semua ritel memberlakukan kantong plastik berbayar dan masyarakatnya tidak banyak komplain, maka pengurangannya bisa besar," kata Rahyang kepada brilio.net beberapa waktu lalu.
Pemberlakuan kantong plastik berbayar diatur kebijakan masing-masing daerah. Sementara pemerintah pusat memberikan petunjuk secara umum. Rahyang mencontohkan, di Bandung sejak 2012 sudah ada peraturan daerah yang mengatur tentang kantong plastik.
"Jika ada ritel modern yang tidak menerapkan hal tersebut akan mendapat sanksi berupa pemberitaan negatif di media massa," ujarnya.
BACA JUGA: 7 Kebiasaan yang tanpa disadari ternyata merusak lingkungan
Saat ini perhatian tentang kantong plastik berbayar memang masih difokuskan pada ritel modern, karena mereka mempunyai perhitungan yang jelas tentang jumlah kantong plastik yang dikeluarkan setiap harinya. Plastik berbayar belum akan menyasar pasar dan warung tradisional karena membutuhkan usaha yang cukup berat dan tidak ada data yang bisa menjadi acuan tentang jumlah plastik yang dikeluarkan.
Edukasi kepada masyarakat yang belanja di pasar dan warung tradisional pun pasti akan berbeda. "Mereka selama ini hidup bersama plastik. Kita tidak bisa berkampanye dengan mengatakan bahwa plastik berbahaya karena tidak akan kena kepada mereka," imbuh Rahyang.
Tapi, memang sebaiknya edukasi dan sosialisasi tetap harus dilakukan agar penggunaan plastik bisa ditekan. Kamu setuju nggak?
BACA JUGA :
Hasil studi terbaru, manusia ternyata bisa beradaptasi dengan polusi