Brilio.net - Stella Christie, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) baru-baru ini berbagi tips masuk perguruan tinggi luar negeri. Lulusan Harvard University ini menceritakan jika keberhasilannya tersebut menjadi bukti bahwa mahasiswa Indonesia memiliki peluang besar untuk menuntut ilmu di universitas-universitas terkemuka di luar negeri.
"Kalian jangan khawatir tentang dana. Kalau kalian diterima di top universitas (luar negeri) itu pasti ada jalannya. Saya jamin. Bukan berarti akan mulus tapi itu kemungkinan besar ada jalannya," ucap Stella melalui kanal Youtube Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi.
BACA JUGA :
Nasib orang nggak ada yang tahu, dulunya tukang bersih-bersih di luar negeri kini jadi wakil menteri
Menurut Stella, saat mempersiapkan pendaftaran ke universitas luar negeri, jangan terlalu fokus dulu pada masalah biaya. Yang paling penting adalah memastikan diri diterima di kampus tujuan.
foto: Instagram/@prof.stellachristie
BACA JUGA :
Dari peneliti hingga jadi Wakil Menteri, intip taksiran sumber kekayaan Stella Christie
"'Saya tidak yakin kuliah di top university di luar', pernyataan ini big problem ini masalah besar. Kalau kalian tidak yakin mendingan jangan habiskan uang untuk aplikasi jangan setengah-setangah arena aplikasi ada biayanya," lanjut Stella.
Ia menekankan bahwa keinginan untuk melanjutkan studi ini harus berasal dari motivasi siswa sendiri, bukan hanya karena dorongan orang tua.
Jebolan Harvard University ini juga mengingatkan bahwa proses pendaftaran kuliah di luar negeri memerlukan persiapan yang matang, baik dari segi biaya, waktu, maupun energi. Oleh karena itu, sangat penting untuk benar-benar mempertimbangkan dan memantapkan keputusan sebelum mengambil langkah besar ini.
"Kalau kalian tidak mau kuliah ke luar negeri itu bukan masalah juga. Kalau kalian maunya kuliah di sini Indonesia kita juga punya universitas-universitas yang bagus itu tidak masalah," pesannya.
Namun, sharing session dari Stella Christie ini menimbulkan sebuah pertanyaan. Apakah ini berarti kampus dalam negeri benar-benar tidak memadai?
Salah satu akademisi, sosiolog dan sastrawan Okky Madasari mengomentari pernyataan tersebut. Dalam salah satu unggahannya di platform X, ia menuliskan pandangannya.
"Mohon maaf saya cukup terganggu dengan ini. Seorang WAMEN DIKTI, 'sharing session' tentang cara masuk perguruan tinggi luar negeri???" tulis Okky.
Okky menegaskan bahwa sebagai Wamendikti, Stella seharusnya lebih fokus pada permasalahan pendidikan tinggi di dalam negeri.
"Sebagai WAMEN DIKTI yang Anda harusnya pikirkan adalah: Kenapa orang Indonesia masih merasa perlu sekolah S1 di luar negeri. Apa yang salah? Apa yang perlu diperbaiki dengan pendidikan tinggi di Indonesia? Anda itu Wamen, bukan influencer kuliah di luar negeri. Itu ada banyak!" lanjut Okky.
Sebelum berkomentar mengenai pernyataan Stella, Okky juga pernah memberikan pandangannya terkait alokasi dana Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Dalam gagasannya, Okky meminta pemerinta utuk kembali mempertimbangkan LPDP. Mengingat selama ini LPDP menjadi jalan pilihan bagi muda-mudi Indonesia yang ingin studi di luar negeri.
"Sampai kapan kita harus bergantung kepada pengiriman generasi-generasi Indonesia, generasi-generasi muda, anak-anak bangsa ke kampus-kampus luar negeri hanya untuk mendapat pendidikan?" ujar Okky.
Pertanyaan yang dilontarkan Okky ini mencerminkan perlunya evaluasi terhadap sistem pendidikan dalam negeri yang belum mampu memenuhi kebutuhan akan pendidikan berkualitas.
"Kemudian kita ada di posisi bahwa sampai kapan kampus-kampus di Indonesia tidak cukup bagus untuk memberikan pendidikan?" tegas Okky.
Kondisi ini menuntut perhatian serius dan langkah nyata agar perguruan tinggi Indonesia dapat bersaing secara global. Okky Madasari juga menawarkan solusi konkret dan memungkinkan untuk diwujudkan.
foto: YouTube/Okky Madasari
"Mekanismenya sangat konkret dan sangat bisa diwujudkan. Pertama, kita undang professor-prefessor kampus-kampus dunia itu. Kedua, kita adopsi sistem-sistem dari kampus besar itu. Ada kerjasama resmi antara kampus-kampus kita dan kampus-kampus terbaik di dunia. Sebagai tahapan awal kita bisa pilih ada 10 kampus sebagai pilot project. 10 Kampus Indonesia bukan hanya Jawa," tutur Okky.
Menurut Okky, hanya dengan langkah-langkah tersebut, kita bisa mulai membangun sistem pendidikan nasional yang mandiri dan mampu bersaing secara global.
"Hanya dengan demikian kita bisa membangun sistem pendidikan kita sendiri," ujar Okky.