Brilio.net - Membaca merupakan hal yang sangat penting. Bukan hanya untuk pendidikan tapi juga dalam berbagai bidang. Sayangnya, minat baca bagi masyarakat Indonesia bisa dibilang sangat rendah.
Ada beberapa alasan yang membuat minat baca anak-anak sangat rendah. Seperti, kehadiran teknologi mengalihkan perhatian anak-anak dari kegiatan membaca, mulai gadget berupa smartphone, suguhan acara televisi sampai media sosial.
Selain itu, anak-anak kerap dicekoki oleh bacaan-bacaan yang tak mereka senangi, tetapi mesti mereka baca. Cara pengemasan pesan yang membosankan atau topik yang tidak menarik dalam buku kian menjauhkan anak-anak dari kebiasaan membaca.
Dengan begitu, peran orangtua besar sekali untuk menanamkan minat baca pada anak. Hal itu pun disampaikan oleh pegiat literasi sekaligus pendiri dan CEO Yayasan Taman Bacaan Pelangi, Nila Tanzil. Menurutnya sejak kecil, anak perlu dikenalkan dengan buku bacaan.
Ia pun memberi tips kepada orangtua untuk memberi edukasi kepada anak tentang pentingnya membaca. Menurut Nila, ketika mengajarkan anak membaca perlu adanya jam khusus di rumah untuk membaca.
"Jamnya harus selalu sama, misalnya sore hari atau sebelum tidur jadi mulai buat kebiasaan dulu. Jadi anak selalu melihat orangtuanya suka membaca, dia (si anak) juga akan terbiasa," ujarnya kepada media saat ditemui dalam acara CSR Program Parkson Centro Educare 'Tingkatkan Literasi dan Minat Baca Pada Anak di Nusa Tenggara Timur' baru-baru ini.
Selain itu, Nila mengatakan bahwa ketika anak baru diajarkan membaca, durasi waktunya juga harus disesuaikan. Menurutnya tak perlu terlalu lama yang penting rutin.
"Awal-awal belum terbiasa, bisa dimulai 15 menit dulu. Kalau sudah kebiasa, konsentrasi full, bisa lebih panjang sampai setengah jam," lanjutnya.
Hal yang tak kalah penting adalah cara mengajarkan anak mengajarkan anak membaca. Orangtua harus membacakan buku cerita dengan ekspresif dan intonasi yang sesuai dengan bacaan. Dengan begitu anak akan tertarik.
"Kalau bacanya datar aja, anak juga akan bosan dan nggak tertarik. Yang penting orangtua ekspresif. Orangtua harus bermain imajinasi untuk membangun karakter pada tokoh dibuku cerita," terang Nila.