Brilio.net - Babak akhir dari pandemi Covid-19 hingga kini masih belum bisa diprediksi. Meski saat ini vaksin sudah mulai diberikan secara bertahap, masyarakat tidak boleh lengah dan harus tetap menjaga satu sama lain.
Bukan tanpa sebab, hal ini tidak lain demi mencegah lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia. Mematuhi protokol kesehatan, seperti rajin mencuci tangan, memakai masker, dan menghindari kerumunan wajib dilakukan setiap orang.
BACA JUGA :
Program PEN sektor infrastruktur serap 1,2 juta tenaga kerja
Namun, selain mencegah kenaikan kasus Covid-19, kini ada hal lain yang juga harus diperhatikan, yaitu efek Long Covid pada penyintas. Istilah ini berlaku bagi mereka yang berhasil pulih dari Covid-19 tetapi masih mengalami efek infeksi yang bertahan lama. Biasanya, mereka yang mengalami efek jangka panjang Covid masih merasakan adanya gejala Covid-19 yang bertahan lama dalam tubuh.
Hasil penelitian dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia menyebutkan, setelah empat pekan sejak merasakan gejala Covid-19 sampai dinyatakan negatif, masih timbul gejala sisa yang disebut Long Covid. Pasien Covid-19 perlu mewaspadai hal ini walau gejala Long Covid bisa diatasi secara medis.
Jangka waktu Long Covid bertahan di dalam tubuh juga beragam. Dokter Yahya Sp P, spesialis paru yang juga Kabag Pembinaan Fungsi RS Bhayangkara R Said Sukanto memaparkan, 53,7% pasien merasakan gejala Long Covid selama satu bulan, 43,6% selama 1-6 bulan, dan 2,7% lebih dari 6 bulan.
BACA JUGA :
Viral video nenek buat data Covid-19 selama setahun, tuai pujian
"Gejala Long Covid dimulai dari pelemahan fisik secara umum, sesak napas, nyeri sendi, nyeri otot, batuk, diare, kehilangan penciuman, dan pengecapan," terang dokter Yahya yang berpangkat komisaris besar polisi itu dalam Dialog Produktif bertema Long Covid, Kenali dan Waspadai yang adakan KPCPEN dan ditayangkan di akun YouTube FMB9ID_IKP pada Kamis (3/6).
foto: YouTube/ FMB9ID_IKP
Ia juga menambahkan, secara demografi pasien laki-laki lebih rentan terkena efek Long Covid. Salah satu alasannya karena gaya hidup merokok.
"Biasanya juga pasien Covid-19 bergejala berat atau mungkin yang berhasil sembuh setelah dibantu ventilator memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menderita Long Covid ini," terangnya.
Selain itu, dokter Yahya menekankan salah satu faktor penting dari gejala Long Covid juga dipicu kondisi psikologis pasien. Menurutnya, gampang cemas dan depresi juga merupakan faktor yang membuat seseorang terkena Long Covid. Untuk itu, saat perawatan maupun saat isolasi mandiri, apabila pasien merasakan gejala-gejala Long Covid setelah dinyatakan sembuh, diharapkan pasien terus berkonsultasi kepada dokter.
foto: YouTube/ FMB9ID_IKP
Dalam kesempatan yang sama, Prof Dr drh I Gusti Ngurah Kade Mahardika, ahli virologi Universitas Udayana menjelaskan lebih lanjut bagaimana Long Covid bisa terjadi dalam tubuh pasien.
"Semua jaringan tubuh manusia bisa terinfeksi virus Covid-19 ini. Jadi Long Covid ini membuat pasien berisiko kerusakan jaringan tubuh dalam jangka panjang hingga menyebabkan gangguan respon imun dan gangguan saraf. Karena itu mohon jangan lagi menganggap remeh penyakit Covid-19 ini, paparnya.
Cahyandaru Kuncorojati seorang penyintas Covid-19 menceritakan, selain mengganggu kesehatan fisik, penyakit ini juga benar-benar menyerang secara psikologis seperti yang disebutkan dokter Yahya.
"Waktu saya dirawat bersama istri dan dua anak saya yang masih kecil, saya memikirkan anak saya. Saya bertekad untuk segera sembuh agar anak saya yang masih usia dua tahun dan satu lagi tujuh bulan bisa segera saya pantau juga kesembuhannya," pungkas Cahyandaru.
foto: YouTube/ FMB9ID_IKP
Setelah dinyatakan negatif, Cahyandaru mengalami gejala Long Covid berupa kehilangan penciuman dan pengecapan. Meski berangsur-angsur kembali, indra penciuman Cahyandaru tidak bisa kembali setajam seperti dulu.
Untuk mengatasi permasalahan ini, dokter Yahya menjelaskan perlu adanya usaha membangkitkan kembali sensitivitas indra penciuman.
"Untuk pasien yang kehilangan kemampuan penciuman dan pengecapan memang perlu dibangkitkan lagi sensitivitasnya seperti mencium bau-bau yang sangat menyengat seperti minyak kayu putih dan parfum yang sangat harum. Ini perlu dilatih setiap hari agar pulih secepatnya," saran dokter Yahya.
foto: YouTube/ FMB9ID_IKP
Selain memberi penjelasan mengenai Long Covid, para narasumber dalam acara ini juga memaparkan manfaat yang diberikan vaksin Covid-19.
"Vaksin ini utamanya adalah untuk menurunkan gejala berat dan risiko kematian akibat terjangkit Covid-19. Artinya semua yang sudah divaksinasi masih berisiko terinfeksi, hanya saja jumlah virus yang menginfeksi jauh lebih sedikit daripada orang yang belum divaksinasi, terang Prof I Gusti Ngurah Kade Mahardika.
Dokter Yahya menambahkan, beberapa kasus orang yang sudah divaksinasi dosis lengkap namun tetap bisa tertular Covid-19, biasanya hanya disertai gejala sangat ringan dan masa rawat yang singkat.
Selaku penyintas, Cahyandaru mengingatkan masyarakat untuk tetap menjaga protokol kesehatan meski sudah mendapat vaksin. Ia juga mengungkapkan, vaksin bisa menghindarkan seseorang dari penyakit berat akibat Covid-19.