Brilio.net - Penanggulangan pandemi Covid-19 tidak hanya seputar membatasi aktivitas di tempat umum saja, tapi juga mencegah informasi palsu maupun kesalahan informasi tentang covid, khusunya tengan vaksin Covid-19.
Tak bisa dipungkiri masifnya penggunaan platform digital seperti Facebook, Twitter, YouTube, Instagram, atau TikTok membuat penyebaran informasi tentang Covid-19 semakin beragam. Sayangnya informasi yang tersebar tidak semuanya menyampaikan fakta, bahkan cenderung membuat takut publik.
BACA JUGA :
Dilengkapi tombol 'download', video YouTube kini bisa diunduh
Adanya hal tersebut membuat YouTube mengeluarkan kebijakan tegas dengan memblokir semua konten yang berbau antivaksin, terutama hal tidak benar tentang vaksin Covid-19.
foto: Pexels.com
BACA JUGA :
YouTube rilis fitur terjemahkan komentar, bisa artikan 100 bahasa
Kebijakan ini dikeluarkan oleh YouTube pada Rbau (29/9) lewat blog resmi mereka.
"Hari ini (Rabu, 29 September 2021) kami memperluas kebijakan misinformasi medis kami di YouTube dengan pedoman baru tentang vaksin yang saat ini diberikan yang disetujui dan dikonfirmasi aman dan efektif oleh otoritas kesehatan setempat dan WHO," kata mereka dalam blog dikutip Jumat (1/10).
Brilio.net mengutip dari Reuters, Jumat (1/10), konten yang tidak diizinkan YouTube seperti klaim bahwa vaksin flu menyebabkan infertilitas. Selain itu YouTube juga melarang konten yang menyebut suntikan MMR yang melindungi campak, gondok, dan rubella dapat menyebabkan autisme.
foto: Pexels.com
Juru bicara YouTube juga melarang saluran yang terkait beberapa aktivis anti-vaksin terkemuka seperti Robert F. Kennedy Jr. dan Joseph Mercola.
Langkah YouTube yang juga didukung oleh Facebook dan Twitter ini dikritik karena kebijakan mereka dianggap tak cukup untuk menghentikan penyebaran informasi kesehatan palsu di situs mereka.
Sikap tegas YouTube dengan memblokir konten antivaksin rupanya menuai reaksi keras di seluruh dunia. Mengutip dari Reuters, Selasa (28/9), sebuah saluran berbahasa Jerman yang didukung negara Rusia RT dihapus dari YouTube, karena pihaknya mengatakan saluran tersebut telah melanggar kebijakan misinformasi Covid-19.
foto: Pexels.com
Pada keesokan harinya, Rusia menyebut langkah itu sebagai "agresi informasi yang belum pernah terjadi sebelumnya," dan pihak mereka mengancam akan memblokir YouTube.
YouTube baru-baru ini menghapus konten hoaks seputar vaksin Covid-19 yang mencapai 130 ribu konten. Konten yang dihapus merujuk pada panduan Covid-19 yang dikeluarkan WHO serta berkonsultasi dengan pakar kesehatan.