Brilio.net - Negara Indonesia pernah di jajah oleh bangsa Portugis, Jepang dan bangsa Belanda selama 350 tahun. Kala itu masyarakat benar-benar terpuruk, bahkan dipekerjakan secara paksa dan tidak diberikan upah. Untuk merebut kemerdekaan Indonesia kembali, banyak orang rela mempertaruhkan nyawanya untuk melawan para penjajah.
Hingga akhirnya Indonesia dinyatakan merdeka oleh Presiden Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945. Kemerdekaan negara juga tidak lepas dari jasa orang-orang terdahulu yang telah menyumbangkan ide, gagasan, atau bahkan terjun langung mengusir para penjajah dengan cara berperang. Wajar bila orang-orang yang berjasa itu diberi gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah.
Namun tidak semua pahlawan merupakan orang-orang yang meninggal dalam perang saja, tetapi orang-orang yang memperjuangkan hak asasi dan melawan penindasan juga termasuk sebagai pahlawan. Kemudian sosok yang dianggap heroik tidak hanya pria saja, kaum wanita pun juga ada yang mendapatkan gelar pahlawan.
BACA JUGA :
20 Fakta AR Baswedan, kakek Anies Baswedan jadi Pahlawan Nasional
Penasaran kan siapa saja sosok wanita yang paling berpengaruh di Indonesia? Bahkan berkat tindakan beraninya tersebut, mereka mendapatkan gelar Pahlawan Nasional dan mampu memberikan perubahan dalam hidup masyarakat Indonesia dan dunia.
1. Nyi Ageng Serang.
BACA JUGA :
20 Tokoh penerima gelar pahlawan nasional di era Presiden Jokowi
foto:istimewa
Pahlawan wanita yang pertama ini lahir di Desa Serang, dekat Purwodadi pada tahun 1762. Ia merupakan salah satu anak dari Pangeran penguasa Serang. Meski Nyi Ageng terlahir dari keluarga yang berada, namun ikut tergerak untuk mengusih para penjajah di daerah Kulonprogo kala itu.
Selain itu Nyi Ageng Serang pernah ikut berperang membantu putranya dalam perang Jawa. Bahkan peran Nyi Ageng dalam perang sangatlah besar, yaitu mengatur strategi dan taktik supaya kelompoknya menang dalam berperang. Salah satu taktik yang paling dianggap paling cemerlang adalah mengelabuhi musuh dengan menyamar menjadi semak menggunakan daun lambu.
2. Dewi Sartika.
foto: wikipedia.com
Pada zaman dahulu wanita hanya dianggap sebagai 'kanca wingking', atau teman belakang yang hanya bisa bekerja di dapur saja. Setelah ada emansipasi wanita, kini tidak hanya kaum pria saja yang bisa bersekolah, namun kaum wanita juga bisa. Dewi Sartika merupakan salah satu sosok yang hampir sama dengan RA Kartini, mereka berdua pernah memperjuangkan emansipasi.
Namun keduanya mewarisi bentuk emansipasi wanita dengan cara yang berbeda. Dewi Sartika lebih menanamkan nilai-nilai bahwa kaum wanita juga bisa bersekolah sama seperti pria, dan meninggalkan jejak berupa sekolah-sekolah yang semakin berkembang di era sekarang ini.
3. Cut Nyak Dhien.
foto: wikipedia.com
Salah satu wanita tangguh ini lahir pada pada tahun 1848 di Aceh, Sumatera Utara. Semasa hidupnya ia pernah menikah dua kali, pertama dengan Teuku Umar dan yang kedua dengan Ibrahim Lamnga. Meskipun begitu, ternyata pada semasa hidupnya ia dinobatkan sebagai seorang pahlawan oleh pemerintah karena Cut Nyak Dien memiliki nyali besar bahkan ikut berperang melawan penjajah Belanda bersama suaminya.
4. Fatmawati.
foto: pahlawanindonesia.com
Fatmawati merupakan istri ketiga President Soekarno Hatta. Perannya juga tak kalah penting dengan pahlawan lainnya, ia adalah sosok wanita dibalik bendera sang saka merah putih. Ketika sedang menjahit bendera Indonesia pertama yang berukuran 2 x 3 meter Fatmawati memiliki nama asli yaitu Fatimah itu sedang dalam keadaan sedang hamil tua.
Meskipun ia dalam keadaan lemah dan rapuh, namun ia tetap memiliki semangat yang besar untuk menyelesaikan jahitan bendera Merah Putih. Bahkan Fatmawati pernah menyatakan bahwa saat menjahit bendera tersebut ia sempat meneteskan air mata karena terharu.
5. Kartini.
foto: instagram/@seruni_bodjawati
Raden Ajeng Kartini atau yang dikenal sebagai RA Kartini ini merupakan sosok wanita yang berani memperjuangkan emansipasi wanita pada kala itu. Perannya juga tidak kalah penting dengan Dewi Sartika, karena pada dasarnya mereka ingin semua wanita bisa memperjuangkan hak asasinya untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan setara dengan kaum pria. Namun bedanya RA Kartini meninggalkan warisan dalam bentuk buku yang membahas tentang emansipasi wanita yang berjudul 'Habis Gelap, Terbitlah Terang'.
6. Keumalahayati (Malahayati).
foto: instagram/@seruni_bodjawati
Tahun 2017 Presiden Joko Widodo menetapkan beberapa nama Pahlawan Nasional baru. Salah satunya yaitu Keumalahayati atau yang dikenal sebagai Malahayati. Wanita berdarah aceh ini lahir pada tahun 1550, semasa hidupnya Malahayati sangat berperan besar dalam memperjuangkan kemerdekaan negara Indonesia dari para penjajah.
Ia pernah membentuk sebuah pasukan yang diberi nama Armada Janda, Malahayati membentuk pasukan tersebut untuk mengumpulkan para janda yang ditinggal mati oleh suami-suaminya saat berperang melawan portugis. Tak hanya itu saja, pada saat pasukan Belanda pertama yang dipimpin Cornelis De Houtman itu ingin menembus batas pertahanan negara Indonesia di Aceh, Malahayati dengan berani menghadapi sendiri Cornelis De Houtman.
7. Maria Walanda Maramis.
foto: istimewa
Maria Walanda Maramis ini dahulu memiliki masa kecil yang sama dengan orang-orang pada umumnya. Namun kehidupannya berubah setelah dipersunting Josef Frederik Calusung Walanda, seorang guru yang mengajar bahasa Belanda. Setelah menikah dengan laki-laki tersebut, Maria juga diajarkan bahasa Belanda oleh sang suami.
Kemudian ia memiliki sebuah ide untuk mengubah pola pikir masyarakat di daerahnya tentang wanita yang harus tunduk pada peraturan adat Minahasa yang dianggap mempersempit ruang gerak wanita untuk lebih maju. Terdorong oleh hal itu akhirnya Maria Walanda Maramis mendirikan sebuah organisasi perempuan yang diberi nama Percintaan Ibu kepada Anak Temurunnya, atau yang disingkat dengan PIKAT.
8. Martha Christhina Tiahahu.
foto: istimewa
Salah satu pahlawan wanita ini juga tak kalah luar bisa dengan para pahlawan lainnya. Sejak remaja berumur 17 tahun, ia sudah mau ikut berperang bersama Paulus Tiahahu melawan penjajah Belanda. Bahkan setelah kematian ayahnya, Martha Christina Tiahahu tidak larut dalam kesedihan. Ia berhasil bangkit kembali dan ikut memberontak dan berperang melawan Belanda.
Sayangnya Martha malah ikut tertangkap bersama 39 pemberontak lainnya, dibawa ke tanah Jawa dan akan dipekerjakan. Namun ia tetap melakukan pemberontakan kepada Belanda dengan menolak untuk makan dan minum. Hal itu dilakukannya secaa berulang kali, hingga pada akhirnya keadaan Martha semakin buruk, dan dinyatakan meninggal di atas dek kapal Belanda.
9. Cut Nyak Meutia.
foto: istimewa
Kisah heroik Cut Nyak Meutia juga hampir mirip dengan Cut Nyak Dhien yang berani berjuang melawan para penjajah bersama suaminnya Teuku Tjik Tunong. Namun dalam salah satu pertempuran suami Cut Nyak Dhien ditangkap Belanda, bahkan sampai dijatuhi hukuman mati, dan dinyatakan gugur.
Sebelum ia meninggal suaminya pernah menitipkan sebuah pesan pada salah satu sahabat dekatnya yang bernama Pang Nagroe untuk menjaga dan mau merawat anak-anaknya. Setelah itu Cut Nyak Meutia menikah dengan Pang Nagroe. Kemudian Cut Nyak Meutia melanjutkan peperangan melawan Belanda, hingga pada akhirnya ia harus gugur akibat tembakan.
10. Rasuna Said.
foto: instagram/@seruni_bodjawati
Selain RA Kartini dan Dewi Sartika, Rasuna Said juga dikenal sebagai pahlawan wanita yang ingin mengangkat tinggi emansipasi wanita. Meski pernah menjadi murid wanita satu-satunya di pesantren, ia tak pernah merasa minder dan semakin gencar agar semua wanita di Indonesia bisa mendapatkan pendidikan yang layak, sehingga wanita bisa setara dengan kaum pria.
Selain ingin semua wanita tidak hanya bisa maju dalam dunia pendidikan saja, namun Rasuna Said juga ingin kalau wanita Indonesia juga bisa ikut berpolitik juga. Oleh karena itu ia bergabung dalam sebuah organisasi wanita yang bernama Sarekat Rakyat. Saking memiliki nyali yang cukup berani untuk menyampaikan pendapatnya, ia pernah dijatuhi hukuman oleh Belanda, karena telah melanggar aturan (Speek Delict).
11. Siti Walidah.
foto: wikipedia.com
Siti Walidah atau yang dikenal sebagai Nyai Ahmad Dahlan itu merupakan istri dari pendiri dari Muhammadiyah, yaitu KH Ahmad Dahlan. Siti memiliki keinginan untuk memberantas kebodohan dan diskriminasi bersama suaminya. Mereka berdua terinspirasi dari salah satu surat yang ada di dalam Alquran yaitu An-Nahl ayat 93, pada intinya suami dan istri akan ditanyai tentang apa saja perbuatan dan perilaku yang sudah mereka lakukan di dunia.
Jadi Siti Walidah dan K.H Ahmad Dahlan ingin memperjuangkan hak asasi manusia terutama bagi kaum wanita yang ingin maju dan terbebas dari kebodohan serta diskriminasi. Sehingga pria dan wanita nantinya akan setara, oleh karena itu Siti dan suaminya mendirikan sebuah organisasi yang dinamai Aisyiyah.
12. Siti Hartinah.
foto: wikipedia.com
Istri dari mantan Presiden Soeharto, Siti Hartinah atau yang sering dipanggil dengan nama Ibu Tin itu juga termasuk dalam kategori pahlawan wanita yang paling berpengaruh di Indonesia. Salah satu gagasannya yang sangat berpengaruh yaitu memberantas poligami bagi pejabat Indonesia. Siti Hartinah juga turut serta memberi masukan dan ide dalam pembangunan tempat wisata yang dinamai dengan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), terletak di DKI Jakarta.
mgg/vaulika rinjani