Brilio.net - Seorang pelajar di SMPN 2 Gresik, Aeshnina Azzahra Aqilani menjadi salah satu pembicara dalam acara Plastic Health Summit 2021 beberapa waktu lalu. Pidatonya di Amsterdam tersebut telah memukau para peserta.
Pelajar yang biasa dipanggil Nina ini mewakili ECOTON, sebuah organisasi konservasi lingkungan yang didirikan oleh ayahnya sebagai usaha memulihkan lingkungan sungai yang tercemar di wilayah Gresik dan Surabaya, Jawa Timur.
BACA JUGA :
Lantunkan ayat Alquran saat terbang, pilot ini tuai sanjung puji
Nina pernah dijuluki sebagai Greta Thornburg versi Indonesia atas segala upayanya untuk memulihkan lingkungan. Mau tahu siapa sosok Nina asal Gresik ini? Simak ulasan tentang 5 fakta Aeshnina Azzahra yang dirangkum brilio.net pada Senin (25/10).
1. Salah satu narasumber termuda Plastic Health Summit 2021 di Amsterdam.
BACA JUGA :
Kisah pemilik kedai kopi di Semarang bawa bekal makan, bikin salut
foto: Instagram.com/@plasticsoupfoundation
Plastic Health Summit merupakan acara yang menghadirkan para ilmuan, tokoh, organisasi, dan berbagai pemangku kepentingan untuk turut bergabung dalam mengatasi bahaya plastik yang merusak lingkungan dan kesehatan.
Hal ini menjadi agenda khusu untuk mengatasi kehadiran mikroplastik dan bahan kimia lain di lingkungan karena memengaruhi kesehatan manusia.
Nina berbicara dalam sesi Next Generation yang menampilkan kisah-kisah anak muda yang menciptakan harapan dan mengejar perubahan yang nyata meskipun besarnya masalah. Dalam pidatonya, dia menceritakan pengalamannya ketika melihat realita tentang sampah plastik yang terus menerus mencemari sungai di desanya.
Hingga kandungan air di sungai juga telah terkontaminasi mikroplastik. Selain itu, Nina juga menuntut hak anak atas lingkungan yang sehat dan bersih untuk masa depan mereka.
2. Pernah Mengirim Surat ke Dubes Jerman, Kanada, Australia dan Amerika Serikat.
foto: Instagram.com/@aeshnina
Pada awal tahun 2020, Nina menulis surat dan mengumpulkan tanda tangan untuk sebuah petisi agar negara-negara maju tidak mengirim sampah-sampah mereka ke Indonesia. Sebuah desa yang tidak jauh dari tempat tinggalnya di Gresik menjadi salah satu wilayah yang menerima kiriman sampah dari luar negeri.
Hal tersebut mengakibatkan tercemarnya sungai-sungai dan lingkungan tempat dia tinggal. Surat tersebut kemudian menjadi bentuk protesnya atas kiriman sampah yang terus mencemari lingkungan. Beberapa dubes seperti Jerman dan Australia menanggapi surat itu dengan baik. Dubes Jerman mengundang Nina untuk membahas persoalan tersebut dan berjanji untuk memperketat regulasi impor sampah mereka.
Karena keberaniannya tersebut, banyak media internasional mulai meliput dan tertarik dengan aksi yang selama ini Nina lakukan.
3. Masih berumur 14 tahun.
Sejak kecil, Nina seringkali dilibatkan dalam agenda atau aksi lingkungan yang dilakukan bersama orang tuanya. Dan ketika pidato di Belanda pada Kamis (21/10) lalu, Nina baru berusia 14 tahun.
Nina mendapatkan banyak dukungan dan simpati karena pidatonya yang memukau tersebut. Nina membangun kepedulian publik perihal polusi plastik di Sungai Indonesia
4. Kampanye di media sosial.
foto: Instagram.com/@aeshnina
Bersama dengan kawan-kawan sebayanya, Nina mulai melakukan kampanye. Mulai dari membangun komunitas lingkungan di sekolahnya hingga meminta sekolah untuk membuat regulasi tentang penggunaan plastik.
Namun Nina juga mengembangkan kampanye plastik ini melalui media sosial dengan membangun sebuah akun @info.mistik yang dia inisiasi sendiri. Akun tersebut berisi tentang informasi-informasi seputar mikroplastik serta menjadi usahanya untuk mengajak orang-orang untuk memulai gaya hidup minim plastik.
5. Akan diundang pada Konferensi Perubahan Iklim PBB November mendatang.
Setelah pidatonya yang menarik perhatian di Plastic Health Summit, Amsterdam, Nina juga akan diundang sebagai pembicara di konferensi perubahan iklim Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada November mendatang di Glasgow, Inggris.
Konferensi perubahan iklim PBB atau yang biasa disebut COP26 ini merupakan pertemuan perwakilan antar negara untuk mengembangkan langkah-langkah dan kebijakan perlindungan iklim internasional.
COP26 menjadi agenda penting dalam mengatasi bahaya perubahan iklim yang semakin masif.
Reporter: Annatiqo Laduniyah