Brilio.net -
Belakangan ini nama Risa Santoso tengah jadi perbincangan hangat publik. Di usianya yang baru 27 tahun, perempuan asal Surabaya ini sudah menyandang status sebagai rektor di Institut Teknologi dan Bisnis Asia (ITB Asia) Malang, Jawa Timur. Risa resmi menjalankan tugasnya sebagai rektor setelah dilantik pada 2 November 2019.
BACA JUGA :
5 Fakta Afridza Munandar, pembalap Indonesia yang crash di Sepang
Pencapaiannya tersebut membuat Risa digadang-gadang sebagai rektor termuda di Indonesia. Pengangkatan Risa sebagai rektor di usia 27 tahun pun membuat publik takjub. Namanya pun langsung jadi pembahasan hangat di berbagai linimasa media sosial.
Selain prestasinya sebagai rektor di usia muda, paras cantik Risa Santoso juga menjadi hal lain yang mencuri perhatian. Mendadak jadi sosok yang mulai dikenal banyak orang, kehidupan pribadi Risa Santoso pun mulai mengundang rasa penasaran. Mulai dari riwayat pendidikan hingga kehidupan asmaranya.
Nah, buat kamu yang juga penasaran, intip yuk lima fakta Risa Santoso yang merupakan rektor berusia 27 tahun seperti dilansir brilio.net dari berbagai sumber, Kamis (7/11).
BACA JUGA :
Gandung, sosok yang bikin heboh ajak bebek-kambing jalan santai
1. Lulusan kampus ternama dunia.
foto: Instagram/@santosorisa
Risa menghabiskan waktunya untuk menempuh pendidikan di luar negeri. Risa lulus S1 dari University of California, Barkeley Jurusan Ekonomi. Kemudian ia melanjutkan jenjang S2 melalui beasiswa Layanan Beasiswa dan Pendanaan Riset Indonesia (LPDP) di Harvard of University. Pada jenjang S2, Risa berkonsentrasi di ilmu pendidikan yang kemudian menjadi bekal mengelola perguruan tinggi.
2. Pernah bekerja di Kantor Staf Kepresidenan.
foto: Instagram/@santosorisa
Usai menyelesaikan pendidikan S2-nya di Harvard of University, Risa melanjutkan kariernya dengan bekerja sebagai staf di Kantor Staf Kepresidenan dalam rentang waktu 2015-2017. Di bawah kepemimpinan Luhut Binsar Pandjaitan yang saat itu menjabat sebagai Kepala Kantor Staf Kepresidenan, Risa bekerja di bawah Deputi Isu-Isu Strategis Ekonomi.
3. Aktif mengikuti beragam pelatihan kerja.
foto: Instagram/@santosorisa
Sebelum memutuskan kembali ke Indonesia, Risa Santoso juga sudah memiliki banyak pengalaman di bidang pekerjaan. Semasa kuliah, Risa aktif mengikuti beragam pelatihan kerja.
Risa tercatat pernah mengikuti program menjadi tutor ekonomi, matematika dan statistik di Diablo Valley College. Risa juga pernah menjadi anak magang di Perguruan Tinggi Asia, Malang yang dipimpinnya selama tiga bulan.
4. Sempat menjabat sebagai direktur pengembangan.
foto: Instagram/@michaelsugijanto
Sebelum menduduki jabatan sebagai rektor, Risa Santoso sempat menjabat Direktur Pengembangan di kampus yang sama. Lewat jabatan tersebut, Risa menginisiasi akselerasi kerja sama dengan Swiss dalam pengembangan startup lewat program AETP (Asia Entrepreneurship Training Program), Asia Hackaton dan program magang ke luar negeri).
Meskipun baru berusia 27 tahun, namun terpilihnya Risa sebagai rektor mendapat sambutan hangat dan dukungan dari mahasiswa dan dosen. Risa bahkan mengungkapkan jika dukungan tersebut sudah berdatangan saat dirinya masih menjadi calon.
"Malah awal masih menjadi calon, banyak mahasiswa yang bilang 'Sudah ibu saja yang jadi rektor'. Padahal belum diumumkan," kata Risa seperti dikutip dari merdeka.com.
5. Ada faktor Luhut Pandjaitan.
foto: Instagram/@michaelsugijanto
Nama Luhut Binsar Pandjaitan memiliki faktor dalam karier Risa Santoso. Kedatangan Luhut ke Amerika saat dirinya masih mengenyam pendidikan S2 membuat Risa terpanggil untuk mengabdikan diri di negeri sendiri. Menurut Risa, para alumni-alumni di luar negeri saat itu seolah dipanggil untuk ikut membangun negeri.
"Karena Pak Luhut datang ke Amerika, waktu saya masih di Harvad. Kan banyak memanggil alumni-alumni, 'jangan ke luar negeri tapi balik ke Indonesia untuk membantu'. Waktu 2015, banyak kayak gitu, karena banyak alumni yang akhirnya stay di luar negeri, bagaimana caranya biar balik ke Indonesia," kisahnya seperti dikutip dari merdeka.com.
Saat itu, Risa berkenalan dan berbincang dengan salah satu Deputy di KSP yang memberikan informasi dan memintanya mengajukan aplikasi. Akhirnya ia pun diterima dan menjadi staf di Kantor Staf Kepresidenan selama 1,5 tahun.