Brilio.net - Kamu yang sedang demam film Ada Apa Dengan Cinta 2, pasti tahu penulis puisinya, kan? Atau kamu memang fans garis keras Aan Mansyur jauh sebelum AADC 2? Nah, apa saja sih, yang kamu tahu tentang penyair kelahiran Bone, Sulawesi Selatan ini?
BACA JUGA: Kenalkan, Aan Mansyur penulis puisi romantis Rangga AADC 2
BACA JUGA :
Penasaran nama lengkap Rangga? Ini jawaban spontan Nicholas Saputra
Ada satu rahasia yang perlu kamu tahu sebagai fans pria berkacamata satu ini. Ternyata, Aan dikenal si pikun sejak masih bocah. Pernah suatu kali dia bangun pagi langsung mandi dan ganti seragam sekolah. Tiba-tiba saja keluarganya menertawakannya, ternyata hari Minggu saat itu.
Ada cerita lucu lain dengan kepikunannya ini. "Setiap hari sewaktu SD, saya selalu disuruh berdiri di depan kelas, bukan karena pintar, tapi karena selalu bawa buku yang salah. Karena saya selalu lupa," ujarnya saat mengisi acara ulang tahun Kampus Fiksi Emas ke-3 sebuah penerbit besar di Jogja beberapa waktu lalu.
Maka dari itu, Aan mulai memiliki buku catatan pemberian sang kakek. Buku tersebut bersampulkan model Anna Maria Sofyana, yang merupakan istri aktor kondang Roy Marten. Sang kakek pun menyuruhnya membuat kamus sendiri di buku catatan tersebut. Kebiasaan ini berlanjut sampai sekarang. Pasalnya, dalam kehidupan sehari-hari, kepikunan Aan terbilang parah.
"Kalau ada orang kenalan nama disebut, pasti beberapa menit kemudian saya lupa, sampai sekarang. Jadi, cara saya mengingat peristiwa, orang, atau apa pun adalah menandai benda-benda di sekitar yang belum ada referensinya di kepala saya," terangnya.
Bukan hanya berbagi kisah pribadinya terkait kepikunan, Aan juga membuka alasan dirinya menjadi penyair seperti sekarang.
Aan menceritakan bahwa puisi adalah salah satu media berkomunikasi dengan ibunya. Dia dan sang ibu memang jarang sekali mengobrol, ibunya tinggal di Balikpapan, Kalimantan Timur sedangkan Aan di Makassar, Sulawesi Selatan. Selain itu, semasa kecil dia juga hanya bisa berbicara dengan neneknya ketimbang anggota keluarga yang lain. Itulah yang 'memaksanya' menulis sebagai media berkomunikasi.
Selanjutnya tentang puisi, dia menyampaikan bahwa semasa muda, sang ibu pernah dua kali pacaran dengan pria penyuka puisi. Di satu sisi, dia merasa ada banyak rahasia yang tampaknya takut diceritakan sang ibu. Maka dari itu, Aan memilih puisi. Hampir semua puisi-puisinya yang beredar, ibu Aan-lah yang pertama kali membaca.
"Jadi ibu saya jarang sekali tiba-tiba telepon 'An, gimana kabarnya?', beliau tidak bisa berbasa-basi begitu. Kalau saya dua sampai tiga minggu tidak memberi kabar, ibu saya justru bilang 'Kamu sudah berhenti menulis puisi?'. Itu artinya, 'Kamu tidak rindu atau kangen?'," lanjut pustakawan di Kata Kerja ini.
Ketika tidak menulis puisi baru, maka Aan akan mengirimkan puisi lama atau akan membacakan puisi di telepon untuk sang bunda.
Aiihh... romantis ya. Kamu juga mau seperti Aan atau punya media tersendiri untuk berkomunikasi dengan orang terkasih?