Brilio.net - Di kawasan Gelanggang Remaja Sario, Manado, terdapat tempat bagi calon atlet catur latihan. Tempat itu biasa dikenal dengan nama Rumah Catur. Meski hanya terbilang sederhana, tempat ini merupakan lokasi latihan para pecatur Sulawesi Utara.
Hans Pusung, salah satu atlet catur yang menyandang Master Nasional pada tahun 2002. Pada penyelenggaraan PON Riau 2013 serta PON Bandung tahun 2016, ia mewakili Sulawesi Utara.
BACA JUGA :
10 Kelakuan atlet saat pertandingan ini absurd & nggak patut dicontoh
Pemilik Rumah Catur tersebut adalah Adi Palit. Meski ia bukan atlet sebagaimana Hans Pusung, namun Adi penggemar catur. Di Rumah Catur nya, para pelajar SMP, pejabat daerah, hingga Master Nasional betah berlama-lama.
Pendirian Rumah Catur juga didasari keprihatinan Adi pada kondisi minimnya lokasi bermain olahraga adu strategi ini. Adi Palit sendiri bukanlah pengurus PERCASI Sulut. Ia adalah mantan wartawan media nasional yang peduli dunia catur Sulawesi Utara.
BACA JUGA :
Bayu Pangisthu, atlet bulu tangkis yang senyumnya bikin cewek meleleh
Suasana Rumah Catur
"Saya hanya hobi saja. Sejak lima tahun lalu saya padukan rumah catur dengan rumah makan. Awalnya buka di kawasan Tikala di rumah makan Bebek Langowan, namun lantaran sering kebanjiran makanya saya pindah disini," ujar dia.
Sama seperti di lokasi lama, Rumah Catur di tempat yang akrab dengan sebutan kawasan Gedung KONI ini juga berkolaborasi dengan aneka kuliner. Beragam minuman dan makanan seperti kopi panas, gorengan pisang goroho, hingga ikan woku belanga tersedia di sini. Hal ini tentu saja membuat para pemain semakin betah berlama-lama memindahkan bidak-bidak catur.
Rumah Catur buka 24 jam setiap harinya. Memang, bangunannya tidak dilengkapi pintu dan jendela penutup. Sengaja dibiarkan terbuka agar pengunjung bebas bermain sampai puas.
"Tidak pernah ditutup tempat ini. Memang kalau operasional rumah makan dimulai pada jam 8 pagi, namun kita tidak pernah tutup. Makanya ada yang bermain sampai pukul 3 dini hari, malahan ada yang dua hari baru pulang rumah. Biasanya orang dewasa yang begitu. Kalau pelajar tetap punya batasan waktu," lanjut Adi.
Setiap hari, rumah catur ini selalu ramai pengunjung. Puluhan meja yang disediakan selalu penuh dengan pehobi catur. Tempat yang kosong biasanya tak akan lama dan selalu terisi. Beragam aksi pemain terekam di lokasi ini. Ada yang serius beradu strategi bermain, ada yang saling "mengejek" apalagi jika lawannya kalah. Hanya saja, akhir permainan selalu berbuah senyum dan jabat tangan.
Dengan adanya Rumah Catur, Adi berharap lebih banyak pecatur-pecatur handal yang lahir dari Sulawesi Utara. Demi mewujudkan hal tersebut, ia berharap perhatian pemerintah terhadap pembinaan dan perkembangan olahraga catur. "Harus banyak turnamen yang diselenggerakan di sini," pungkasnya.