Brilio.net - Empat tahun lalu, tepatnya 13 September 2013, Yanto Sumantri (35) bersama 10 orang rekannya meresmikan pembentukan grup Facebook bernama Info Cegatan Jogja (ICJ). Peresmian digelar sederhana saja sambil berbincang santai tentang tujuan grup yang baru dibentuk itu.
Banyak yang dibicarakan. Namun, akhirnya topik bahasan para penggagas ICJ pada waktu itu adalah mengerucut pada persoalan pungutan liar di jalanan. Namun seiring berjalan waktu, ICJ tak sekadar jalanan, melainkan juga solidaritas, saling bahu membahu menolong yang membutuhkan, hingga info tentang donor darah.
BACA JUGA :
5 Fakta bukti mantan bintang porno Sunny Leone ternyata berhati mulia
Kita lihat saja unggahan-unggahan di grup Facebook ICJ. Misalnya peristiwa kebakaran, usulan peningkatan pelayanan publik, info tilangan kendaraan bermotor, permintaan bantuan golongan darah, permintaan bantuan karena kehabisan bensin atau kebocoran ban kendaraan, dan aneka informasi lainnya.
Namun jangan dikira umpan yang masuk grup ini selalu adem ayem. Unggahan semisal dugaan pelaku penipuan atau penyalahgunaan identitas yang berpotensi membangkitkan konflik juga banyak menyulut komen-komen yang bernada negatif. Dinamika di grup ICJ bergerak sangat cepat.
Beberapa waktu lalu, brilio.net berbincang dengan Yanto Sumantri atau yang akrab disapa Antok. Kami diterima di kediamannya Panggungharjo, Sewon, Bantul pada Selasa (12/9). Dari tepi jalan Nasional III (Ring Road Selatan), rumahnya masuk gang ke arah utara sekitar 10 meter. Area depan dan samping rumah masih beralas tanah. Ada banyak pepohonan di depan rumah yang seperti jadi pagar.
BACA JUGA :
Jambu Dalhari, tanaman pekarangan bantu ekonomi warga
Di ICJ, Antok bisa dibilang sebagai salah satu foundernya. Berikut petikan wawancara lengkapnya:
Bagaimana sih pertama kali ICJ berdiri?
ICJ tepat tanggal 13 September 2017 ini kita berusia 4 tahun. Ketika ICJ berdiri ada 10 orang yang awalnya saling kenal di sosmed (media sosial,red). Kita ketemu ngobrol-ngobrol sepakat untuk membentuk ini. Simpelnya kita butuh wadah membahas hal-hal kecil yang dianggap tabu dibahas di publik.
Sebenarnya tujuan utama ICJ ke mana? Apakah bisnis, sosial atau apa?
Tujuannya kita butuh tempat kumpul sekadar sharing masalah kita aja. Tujuannya sebenarnya edukasi. Kalau bisnis tidak. Di ICJ kita membatasi komersil tidak boleh masuk.
Sampai sekarang member ICJ ada berapa?
Kalau member kita agak kesulitan menghitung. Kalau kayak kartu aggota kita tidak buat. Tapi berdasarkan akun yang bergabung hari ini sudah hampir 700 ribu, tepatnya 695 ribu.
Antar anggota sering ketemu darat nggak?
Sebagian kita memang adakan semacam kegiatan untuk bisa silaturahmi, lumayan banyak yang datang ada sekitar 1%. Kalau lihat interaksi di grup keaktifannya lumayan tinggi. Ada sekitar 30% setiap hari aktif, jadi sekitar hampir 250 ribu per hari yang aktif.
Kalau ketemu langsung ngapain aja? Apa yang dibahas?
Kalau ketemu langsung ngalir aja. Yang pasti ngobrol. Awalnya ngilangin penasaran. Si itu siapa sih sering komen-komenan sama yang itu, sering baca statusnya. Akhirnya kan ketemu. Kalau pengembangannya kita lihat situasi dan kebutuhan saat itu.
ICJ juga kan sering mengadakan kegiatan sosial, yang inisiatif siapa?
Inisiatif dari member sendiri. Kalau dari saya dan tim admin sebenarnya cuma memfasilitasi. Kalau memungkinkan dan sesuai, kita membuatkan wadahnya.
Kehadiran ICJ menginspirasi info cegatan lain, bagaimana pandangan Anda?
Itu memang sebagian dari member kita. Itu hasil dari ngobrol-ngobrol dengan kita. Mas saya kayaknya cocok dengan konsepnya ICJ ini kalau saya bikin yang sama di tempat saya gimana mas? Oke monggo. Jadi memang kita ada komunikasi dengan mereka. Semacam membuat jaringan untuk mereka sendiri di sana supaya saling bisa berinteraksi di sosmed. Kita membatasi, bukan interaksinya, tapi areanya supaya kalau ada masalah dia akan mendapatkan solusi di tempat itu juga. Jadi misal di Jawa Tengah ada berapa kabupaten, Jawa Timur juga seperti itu. Kalau di jogja cukup satu sudah bisa mengcover.
Sekarang admin ICJ ada berapa?
Admin di ICJ kita pasang copot, nggak saklek kayak pegawai. Sifatnya sukarela, sekarang ada 10 orang. Tugasnya membantu moderasi. Kalau ada postingan pelanggaran kita hapus. Kalau sampai yang berat kita keluarkan dari grup.
Admin mendapat pendapatan nggak?
Kalau pendapatan finansial nggak ada, kita sifatnya sukarela. Tapi kita dapat relasi, pelajaran, wawasan. Kalau ada urusan apa, ada member yang membantu. Sifatnya lebih solidaritas.
ICJ punya dana operasional nggak?
Kalau aktivitas sosial semua dari member. Mereka mencari sendiri, patungan sendiri. Kalau dana grup (kas) itu tidak ada. Kita hampir tidak membutuhkan dana, butuhnya kerelaan waktu dan pemikiran teman-teman. Toh kita pakainya Facebook, gratis. Paling butuh dana buat beli kuota internet itu masing-masing. Kalau dana operasional kayak manajemen kita nggak ada.
foto: salah satu member ICJ/brilio.net
Di sela-sela wawancara di halaman rumah yang hijau, sesekali kendaraan melintas di depan rumah Antok. Perbincangan terpaksa harus berhenti dan dilanjutkan saat raungan suara knalpot mereda. Suara kami tenggelam jika harus beradu dengan kendaraan.
Siang itu Antok sedang tidak ada aktivitas kerja. Sehari-hari, ia menjadi teknisi smartphone di Klinik HP Jalan Letjen Suprapto, Yogjakarta. Selain menangani problem gadget, ia sering mengambil peluang sambilan untuk menghasilkan tambahan pemasukan. Apa saja yang dia bisa, akan dikerjakannya. Antok jarang memilih-milih pekerjaan.
Selain ICJ, Antok juga mengelola beberapa grup Facebook lain. Semuanya juga bersifat sosial. Baginya, hal itu menjadi aktivitas pengisi waktu yang nggak harus menghasilkan uang. Di rumahnya ia memelihara kucing anggora betina yang lucu.
Apa obsesi Anda untuk ICJ ke depan?
Saya nggak muluk-muluk. ICJ kita lihat bertahannya sampai kapan. Masyarakat butuh ICJ atau ICJ butuh masyarakat. Nanti kita lihat gitu aja kan. Kita dan teman-teman dari awal nggak muluk-muluk. Kita punya perkumpulan, komunitas, atau apapun pasti ada masa jenuhnya. Suatu saat ICJ akan dilupakan akan ditinggalkan orang, itu pasti. Cuma kita punya pemikiran selama masalah masih ada maka ICJ masih akan ada walaupun dalam bentuk-bentuk yang lain.
Kalau untuk diri Anda sendiri bagaimana?
Saya nggak terlalu punya obsesi sih. Yang penting ngalir aja, kebutuhan sehari-hari lancar. Ini bukan untuk ICJ bukan untuk pribadi juga, tapi umum aja. Memang saatnya kita harus berubah. Nggak hanya tiap hari protes ke pemerintah. Perubahan harus dari semua, jangan hanya pengen yang di atas berubah tapi kita yang di bawah nggak mau berubah. Yang kita alami kan sebenarnya seperti itu. Kita sibuk menyalahkan sebuah sistem tapi sebenarnya kita sendiri menciptakan celah itu.
Informasi hoax belakangan marak di Facebook, apa cara ICJ untuk menangkalnya?
Facebook memang bisa dibilang salah satu tempat penyebaran hoax. Setiap pengurus sebuah grup atau channel kan punya kebijakan masing-masing. ICJ juga punya aturan sendiri. Salah satunya melarang melampirkan link dengan alasan apapun. Kecuali memang sebuah keharusan, misalnya formulir mendaftar sesuatu atau sebuah akun. Semua informasi wajib ditulis tangan. Dia mau copy paste monggo tapi harus bisa mempertanggungjawabkannya. Jadi kalau ada tulisan yang nggak bener kita berhak hapus. Kalau kita pantau ada unsur kesengajaan kita bisa blokir akunnya dari grup ICJ. Saya melarang sebuah link. Jadi kita tidak memberikan sebuah keleluasaan untuk mereka yang bilang 'saya cuma tahu dari sebelah', kalau orang Jawa bilang 'informasi berasal dari jarene'. Itu nggak boleh. Kalau anda tahu silakan tulis sendiri.
Kalau Mas Antok memandang hoax bagaimana?
Kalau boleh saya tarik kesimpulan, tapi ini versi saya sendiri ya, semua itu berujung pada ekonomi. Jadi hoax itu kan buat mendongkrak kunjungan ke sebuah situs atau mengejar jumlah follower. Ini nanti akan digunakan untuk urusan komersil. Bisa nanti akun itu untuk disewakan atau untuk promosi sebuah produk. Intinya mereka mengejar komersil, menurut saya seperti itu. Jadi semua masalah di Indonesia muaranya jatuhnya di ekonomi, belum jauh-jauh dari urusan itu. Jadi kalau ada yang bilang ekonomi Indonesia belum stabil, itu memang benar menurut saya. Ketika ekonomi tidak menjadi masalah lagi maka akan muncul permasalahan yang baru, mungkin ideologi atau apa. Tapi untuk sekarang menurut saya masalahnya masih di ekonomi saja.
ICJ menyita banyak waktu dan tidak mendapatkan penghasilan, apa yang membuat Anda betah mengelolanya?
Kalau menyita secara keseluruhan tidak. Saya kan hanya mengonsep ini kemudian dibantu oleh teman-teman. Saya dan teman-teman berbagi waktu, saya di sela-sela pekerjaan. ICJ ini kita bentuk seperti sebuah sistem walaupun total kita kerjakan secara manual. Kalau dibilang menyita waktu ya tidak. Cuma kadang-kadang kita harus menyediakan waktu lebih karena kita terlibat di dalamnya, mau nggak mau kalau ada masalah ya kita harus turun. Porsinya sudah kita atur. Kita punya kordinator di masing-masing wilayah. Ketika terjadi masalah di wilayah tertentu biasanya sudah ada kordinatornya.
Pernah ada pengalaman lucu di ICJ?
Dari yang lucu sampai serius ada, mungkin karena pemahamannya aja yang belum sampai. Ada yang merasa modusnya kebaca terus dia malu, itu ada. Wah gagal nih, mungkin dia bikin status di mana, ngomporin di sana sini membuat semacam grup tandingan, membuat serangan-serangan. Tapi kita yakin itu cuma karena dia ingin melampiaskan kekesalannya. Bukan karena hal yang serius.
Biasanya satu postingan bisa menimbulkan bully. Menurut Anda bagaimana?
Definisi bully itu sendiri luas. Kenapa seseorang dibully? Itu kan sebuah reaksi, karena ada aksinya. Ketika orang menyampaikan sebuah masalah yang menurut dia udah di posisi bener tapi menurut pandangan orang lain, ini lho kamu punya kesalahan di sini, jadi ini sudah salahmu sendiri. Jadi yang begitu akan cenderung menimbulkan bully. Sebelum kita merasa dibully kita introspeksi dulu lah, hal yang simpel misalnya tadi saya kehilangan apa di temapt mana, setelah dicek tadi ketinggalan di situ. Ya, salah sendiri kenapa ditinggal di situ, kan kewajiban anda untuk menjaga barang-barang anda. Bully itu sebuah reaksi saja. Mereka kan melihatnya dari sudut pandang yang berbeda, tidak seperti si orang yang mengalami. Dia (yang dibully) nggak merasa kesalahannya di mana. Kadang kan orang ketika di posisi yang lemah yang dirugikan merasa berhak mendapat sesuatu pemakluman, pengen peluang yang lebih daripada orang. Sering tanpa disadari kita merasa seperti itu. Seperti kita dalam sebuah antrean dan hari itu kita merasa kurang sehat, kita merasa berhak didahulukan tapi kan orang nggak tahu kalau dia kurang sehat. Orang tahunya antre ya antre.
Apa harapan Anda untuk ICJ ke depan?
Kalau untuk ke depan nggak ada ya. Seperti ini aja bisa jalan. Kalau untuk harapan khusus nggak ada, ya bisa dibilang kita jadi media yang netral. Ketika ada keluhan masyarakat misalnya disampaikan, itu mendapatkan respon lah (dari pihak berwenang). Juga masyaraklat bisa lebih bijak lah dalam bersosmed.
Dalam sehari ada berapa banyak feed yang masuk di gup?
Traffic per hari kita tak pernah hitung, biasanya perbulan. Kalau interaksi per bulan ada ratusan ribu bahkan pernah menyentuh jutaan di bulan tertentu. Kalau jumlah post nggak ngitung tapi kalau kita amati ada ratusan. Misalnya ada satu post, ketika tidak mendapat tanggapan maka akan tertimpa dengan postingan yang lain. Kalau yang request bergabung rata-rata per hari mencapai 500-1000 orang, kadang juga lebih. Per minggu rata-rata 6000-10.000.
Jadi sebenarnya apa saja yang bisa diposting di ICJ?
Di ICJ kita bisa posting apa saja. Cuma dari awal konsepnya keluhan layanan publik, tentang pungli. Cuma pengembanganya gimana kita bisa mengurangi tindakan pungli itu dengan cara yang cerdas lah, kira-kira begitu.
Pernah nggak nama ICJ dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi/kelompok?
Sering terjadi ada yang mengatasnamakan ICJ bahkan mengatasnamakan admin. Ini karena masyarakat tidak semuanya mengerti ya, ketika ada seseorang yang aktif di ICJ mungkin dianggap pengurusnya. Tapi dia cuma berasumsi 'mungkin', tidak tahu pengurus yang sebenarnya siapa saja. Nah itu ada yang memanfaatkan untuk kepentingan pribadi.
Apa tindakan ICJ kepada para oknum nakal?
Ada beberapa yang kita laporkan ke polisi. Yang pasti kita blacklist keanggotaan terus kita beri sanksi sosial. Kalau yang ada hubungan ke kriminal kita laporkan. Yang menangkap dari teman-teman sendiri baru kita bawa ke polisi.