Brilio.net - Oktober 2019 menjadi momen kebangkitan bagi Arief Hanungtyas. Pada bulan ini, seniman asal Jogja tersebut kembali menggelar pameran usai enam tahun 'tertidur'. Arief memperlihatkan lukisan-lukisan tersebut di Artotel Yogyakarta sejak tanggal 10 Oktober 2019 hingga 24 November 2019.
Pameran seni tunggal bertajuk 'Resurgence' ini terasa spesial baginya. Sebab, butuh waktu waktu enam tahun bagi pria lulusan seni rupa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini untuk kembali bangkit dan mengadakan pameran lagi. Arief terakhir kali memamerkan karyanya pada tahun 2013 yang diberi judul 'Imaji Hiu Dalam Lukisan'.
Arief mengungkapkan kalau lukisannya yang dipamerkan di 'Resurgence' ini gabungan dari yang sudah pernah dipamerkan dan belum. Beberapa di antaranya adalah karya baru yang bahkan belum pernah muncul di pameran Jogja manapun. Baginya, tema Resurgence diambil dari kata Bahasa Inggris yang berarti kebangkitan. Kata itu lah yang tepat menggambarkan kondisinya saat ini.
BACA JUGA :
7 Festival tahunan di Yogyakarta ini sayang untuk dilewatkan
foto: brilio.net/muhammad bimo aprilianto
Karya-karya yang dipamerkan kebanyakan berbicara soal ingatan yang dimilikinya dari masa kecil. Beberapa ingatan tentang momen yang terjadi di masa kini juga jadi inspirasi baginya untuk menciptakan beberapa karya. Meskipun tampak sepele, Arief mengaku mulai menghargai ingatan atau kenangan sejak menyadari dirinya seorang yang pelupa.
"Ternyata saya orangnya pelupa, hal bersifat detail saya lupa. Dari situ saya menghargai ingat akan sesuatu. Saya mulai menghargai yang namanya ingatan. Kemudian bagaimana ingatan itu saya lukiskan ke dalam view," ujar Arief ketika ditemui brilio.net beberapa waktu lalu.
Disinggung soal unsur-unsur yang ada di dalam lukisannya itu, Arief sangat memperhatikan pemilihan warna. Diakuinya, warna-warna yang ia goreskan di atas kanvas memang terpilih secara spontan. Namun pemilihan itu tak lepas dari bagaimana kondisi psikologis saat melukis.
"Pemilihan warna kalau boleh jujur, spontan. Sebenarnya kondisi psikologis berpengaruh terhadap pemilihan warna. Misalnya kalau sedang marah, ya warna yang akan dipilih kebanyakan cerah. Beda lagi kalau lagi galau atau sedih, warna-warna yang dipilih juga pasti lebih kalem," katanya.
BACA JUGA :
Uma Yum Cha, sensasi makam dimsum restoran bergaya kaki lima
foto: brilio.net/muhammad bimo aprilianto
Pada pameran tunggal kali ini, Arief Hanungtyas ingin menggambarkan ingatan dan emosi ke dalam sebuah lukisan. Ia juga ingin merasakan kembali dan menambahkan sentuhan jarinya ke dalam karya dan ingin melihat seberapa besar distorsi yang terjadi dalam mengingat kenangan atau momen tersebut.
Ada setidaknya 23 karya yang akan dipamerkan Arief Hanungtyas di Artspace Artotel Jogja. Karya tersebut dihasilkannya dalam kurun waktu 2016 sampai 2019. Baginya membuat sebuah karya lukisan tidak hanya gambar saja. Perlu perencanaan matang untuk melakukannya.
"Bikin karya ada planning, kapan dirilis, ukurannya berapa, fit nggak dengan tema yang dipamerkan, ukurannya juga dan lain-lain," imbuhnya.