Brilio.net - Masih ingat kisah pemuda bertato dari Yogyakarta yang menolong kakek ke kampung halamannya di Medan? Pria berhati mulia itu Arie Gunawan (36), warga jalan Lowanu Yogyakarta.
Ditemui brilio.net di kediamannya jalan Lowanu, RT 61 RW 16 Kelurahan Sorosutan, Yogyakarta, Arie menceritakan, pada Selasa (30/1) dirinya mengantarkan istrinya belanja di Pasar Beringharjo. Arie tak sengaja menjumpai seorang kakek yang duduk di sekitar pasar.
BACA JUGA :
Selain Adly Fairuz, 5 seleb ini juga kunjungi penggemar yang sakit
"Saya ketemu bapaknya sendiri, saya kasih sesuatu buat makan. Setelah saya kasih sesuatu, saya mau tinggal pergi tapi bapaknya nangis," jelas sosok yang juga ketua RT 61 Sorosutan itu.
Melihat kakek itu menangis, Arie menanyai sebab sang kakek menangis. Kakek itu pun bercerita kalau ditipu orang, diajak kerja seseorang tapi malah ditelantarkan. Kakek yang memperkenalkan diri bernama Sajan (74) itu mengutarakan keinginannya pulang ke Medan.
Saat itu juga Arie meyakinkan kakek Sajan untuk memulangkan ke Medan. Arie yang juga anggota group komunitas Info Cegatan Jogja (ICJ) ini langsung berkoordinasi dengan anggota lain. Ia pun mendapat donasi dari salah seorang anggota ICJ berupa tiket dan uang saku untuk pergi ke Medan. "Ada yang japri, 'om ini ada tiket ke Medan', oke saya ambil," jelas Arie.
BACA JUGA :
7 Momen kerja sama ini menyentuh banget, jadi inspirasimu nih
Proses membawa kakek Sajan ke Medan pun tidak mudah. Pasalnya saat dijumpai kakek ini hanya membawa satu tas, jaket, topi dan membawa tongkat. "Bapaknya tidak punya identitas. Untuk pembelian tiket pun saya harus koordinasi dengan Polsek setempat," jelas Arie. Dengan dibantu anggota ICJ bernama Haryanto, Arie mendapatkan surat jalan dari Polsek Umbulharjo, Yogyakarta untuk mengurus tiket penerbangan.
Setelah proses pemberangkatan diurus, kakek Sajan dan Arie berangkat ke Medan menggunakan pesawat pada Rabu (31/1) pukul 16.40 WIB. Keduanya tiba di Medan pukul 19.40 WIB.
Sebelum memulangkan ke Medan, Arie dan anggota ICJ membelikan pakaian baru untuk kakek Sajan. Tidak lupa Arie dan anggota ICJ mengganti tongkat kakek Sajan yang awalnya dari paralon, dibelikan tongkat baru yang lebih layak.
Setelah sampai di Medan, Arie berkoordinasi dengan polisi bandara. Arie dan polisi bandara lalu berkoordinasi dengan Polsek Firdaus, Medan, untuk menemukan keluarga kakek Sajan.
Kakek Sajan ternyata memiliki tujuh orang anak. Sayangnya pihak keluarga enggan menerima kakek Sajan kembali. Pasalnya cerita yang disampaikan kakek Sajan berkebalikan dengan keterangan keluarga.
"Ternyata bapak ini meninggalkan keluarganya sudah 40 tahun yang lalu," jelas Arie. Setelah terus melakukan koordinasi, akhirnya ada salah seorang anak Sajan yang berasal dari Binjai, Medan, mau menerima kakek ini.
Setelah kakek Sajan berkumpul bersama keluarga, Arie pun kembali ke Yogyakarta pada Kamis (1/2) pukul 07.00 WIB. Setelah itu Arie mengaku tidak tidak berhubungan lagi dengan kakek Sajan dan keluarga. "Lost contact saya. Pihak keluarga pun minta contact saya, nggak saya kasih. Ceritanya cukup disini saja," jelas Arie.
Sebelum menolong kakek sajan, Arie dan anggota ICJ lain pernah menolong orang lainnya. Seperti ibu yang ingin menjual ginjal atau perempuan yang tak bisa pulang ke tempat asalnya. Namun Arie mengaku Medan ialah tempat paling jauh yang ia datangi selama membaktikan diri sebagai anggota ICJ.
Selama dua tahun aktif sebagai anggota ICJ, Arie dan member ICJ lain mengaku tidak pernah membuka rekening untuk minta bantuan. Setiap orang yang ingin membantu langsung mengontak anggota ICJ untuk menyalurkan bantuannya. Kegiatan yang dilakukan Arie dan Anggota ICJ merupakan kegiatan sosial tanpa imbalan.
"(Dianggap) Pencitraan lah, golek kondang, silakan. Tapi saya real nyata. Saya itu cuma nyari apa to? Senyumnya aja," jawab Arie ketika ditanya perihal niatnya menolong kakek Sajan.
Nah semoga dapat menjadi inspirasi untuk semua orang ya. Seperti pesan Arie: "Sosial itu bergerak dari hati ke otak".