Brilio.net - Kecelakaan lalu lintas yang dialaminya saat masih bekerja sebagai driver, membuat Eko harus rela kehilangan dua kakinya untuk diamputasi. Semangatnya untuk tetap meneruskan hidup membuat dirinya memutar otak untuk tetap bisa bertahan.
Keterbatasan fisik tak membuat pria yang tinggal di Desa Destan RT03, Kelurahan Mulyodadi, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta ini putus akal. Ia mulai mencoba peruntungannya menjadi atlet difabel profesional. Sebagai atlet pendatang baru, ia harus berjuang mengalahkan dominasi dari pemain lama yang telah memiliki track record tinggi.
BACA JUGA :
Indonesia juara umum ASEAN Para Games 2017, sukses pecahkan 36 rekor!
Hal itu membuat kariernya sebagai atlet mengalami pasang surut. Prestasi terbaik yang pernah diraih ialah saat menyabet juara tiga cabang tenis meja pada gelaran Pekan Olahraga Cabang Kabupaten (PORCAKAB) Bantul. Setelah itu, Eko yang menggeluti tiga cabang olahraga seperti voli duduk, tenis lapangan, dan tenis meja ini tak dapat banyak kesempatan tampil di pertandingan bergengsi.
Atlet difabel Bantul saat berlatih/foto: brilio.net/muhammad bimo aprilianto
BACA JUGA :
Tak melihat, anak muda ini sangat lihai bermain skateboard, keren
Tak mau berlarut-larut terpuruk dengan kekalahannya, pria yang kini berusia 46 tahun ini lebih memilih fokus pada pekerjaannya sebagai perajin miniatur pesawat. Pekerjaan ini sebenarnya telah digeluti Eko sejak aktif jadi atlet. Di sela-sela latihan, dia membuat kerajinan suvenir itu.
Dari tangan terampilnya ia bisa menghasilkan 50 miniatur dalam sehari. "Ini dibuat dari bahan wiber," jelas pria bernama lengkap Eko Supriyo Raharjo ini kepada brilio.net,Selasa (30/1).
Miniatur pesawat tersebut banyak dipesan sebagai suvenir. "Paling jauh sudah dijual sampai ke Papua," ungkapnya.
Replika pesawat setengah jadi/foto: brilio.net/muhammad bimo aprilianto
Eko sering membuat miniatur tipe pesawat tempur. Dalam bentuk sudah jadi dan dipacking, satu buah replika ini dibanderol dengan harga Rp 15.000. Ia mengaku dari penghasilan pekerjaannya ini memang tidak seberapa. "Ya, cukup tidak mencukupi ya harus dicukupin mas," ungkapnya sambil tertawa.
Namun dari penghasilannya tersebut saat ini ia bisa membuka bisnis ternak ayam yang dibangun di belakang rumahnya. Peternakan ayamnya tersebut sudah lumayan berkembang. Eko membangunnya bersama tetangga yang sama-sama pengguna kursi roda.
Lewat hasil dari bekerja sebagai perajin dan beternak ayam, ia bisa menghidupi keluarganya. Di Bantul, Eko hidup bersama istrinya, Sukarti (49) beserta ibu mertuanya.
Eko saat beraktivitas dengan istrinya/foto: brilio.net/muhammad bimo aprilianto
Namun Eko tak menutup kemungkinan untuk kembali menggeluti dunia olahraga lagi. Setelah tak dipanggil untuk mewakili Indonesia pada gelaran Para Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang. Ia masih berharap bisa tampil pada gelaran Pekan Olahraga Nasional 2020 di Papua.
Eko berencana untuk menggeluti cabang olahraga yang berbeda dari sebelumnya dia telateni. "Aku mulai latihan olahraga lempar cakram. Ya mudah-mudahan (saya terpilih). Kan tahun 2020 besok mau ada event (PON) di Papua itu," kata Eko dengan harapan ia bisa mengikuti event olahraga berskala nasional tersebut.