Brilio.net - Ajip (Ayip) Rosidi sekarang sedang menjadi bahan perbincangan di media nasional. Keinginannya untuk menikahi kawan lamanya dan artis terkenal Nani Wijaya, menjadi topik yang banyak diulas. Walaupun momen pernikahan adalah momen yang biasa bagi para selebritis, namun istimewa pernikahan ini adalah keduanya sudah menginjak kepala 7.
Selain teman lama dari mendiang suami Nani Wijaya, Ajip sendiri merupakan tokoh tersohor dalam bidang sastra Indonesia. Sama terkenalnya dengan Nani Wijaya yang menggeluti bidang akting ini. Bisa dibayangkan bagaimana kemampuan sastra Ajip Rosidi meluluhkan hati Nani Wijaya.
BACA JUGA :
Sastrawan Gerson Poyk berpulang, abadi karya-karyamu
Bagaimana ya perjalanan karier seorang Ajip Rosidi sebagai sastrawan terkemuka, sebelum melamar Nani Wijaya? Berikut brilio.net kumpulkan dari berbagai sumber perjalanan karir Ajip Rosidi yang luar biasa, Selasa (18/4).
1. Sejak kecil sudah gemar menulis.
BACA JUGA :
8 Puisi cinta karya sastrawan Tanah Air ini bakal buatmu klepek-klepek
foto: Wikipedia
Bakat Ajip Rosidi dalam bidang sastra dan kepenulisan sudah muncul sejak ia berumur 12 tahun. Tulisannya sudah dimuat dalam ruang anak-anak di harian Indonesia Raya.
2. Tidak mempunyai ijazah.
foto: Bukalapak
Prestasi menulisnya tidak didapat dari bangku sekolah. Pasalnya dia tidak memiliki ijazah SMA karena dia tidak ingin ikut ujian lantaran mendengar soal ujiannya bocor. Ajip Rosidi juga tidak pernah kuliah. Dengan tidak adanya ijazah, Ajip Rosidi ingin membuktikan bahwa dia bisa hidup tanpa ijazah.
3. Berproses di organisasi.
foto: merdeka
Pada umurnya yang baru 16 tahun sudah menjadi Badan Musyawarat Kebudayaan Nasional. Kemudian tahun 1956 menjadi anggota Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda. Tahun 1972-1981 menjadi ketua Dewan Kesenian Jakarta, dewan yang dibentuk atas prakasa Ajip. Tahun 1973-1979 sebagai ketua Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI). Tahun 1993 Ajip mendirikan Yayasan Kebudayaan Rancage, sebuah yayasan yang mengapresiasi karya-karya sastra daerah dalam bahasa Sunda, Jawa, dan Bali.
4. Menjadi redaktur, pendiri dan pimpinan usaha-usaha penerbitan.
foto: AllBusinesso-slution
Ketika masih SMP dan SMA, Ajip sudah menjadi redaktur dan pemimpin majalah Suluh Pelajar. Tahun 1955-1956 Ajip juga menjadi redaktur Balai Pustaka. Tahun 1965-1967 Ajip menjadi pemimpin redaksi Majalah Sunda, Budaya Jaya pada tahun 1968-1979, dan Cupumanik sejak tahun 2005.
Ajip Rosidi mulai mendirikan usaha penerbitan tahun 1962 dengan nama penerbit Kwari. Setelah itu tahun 1964-1969 mendirikan dan memimpin Penerbit Tjupumanik. Tak hanya itu, tahun 1971 mendirikan dan juga memimpin penerbit Pustaka Jaya. Pada 1981 dia mendirikan penerbitan lagi dengan nama Girimukti Pustaka. Penerbit Kiblat Buku Utama di Bandung menjadi menjadi penerbitan yang ia dirikan pada 2000.
5. Menjadi dosen dalam dan luar negeri.
foto: Sentrablog
Tahun 1967 Ajip Rosidi diangkat sebagai dosen luar biasa pada Fakultas Sastra Universitas Padjajaran. Tahun 1981, Ajip diangkat sebagai Visisting Professor pada Osaka Gaikokugo Daigaku, di Jepang. Dia mengajar di sana sampai tahun 2003 dan diangkat menjadi Guru Besar di beberapa Perguruan Tinggi di Jepang.
6. Kerap dianugerahi penghargaan.
foto: sundanesecorner
Karena dedikasinya yang luar biasa dan total kepada kesustraan dan kebudayaan, Ajip beberapa kali diganjar penghargaan, yaitu Hadiah Sastra Nasional pada 1957 untuk kumpulan puisinya, pada 1960 mendapat Hadiah Sastra Nasional untuk buku kumpulan cerpennya, pada 1974 dianugerahi Cultural Award dari Australia, mendapat Hadiah Seni pada 1993, menerima penghargaan sebagai salah satu dari 10 putra Sunda Terbaik pada 1994, pada 1999 mendapat dua penghargaan Order of the Sacred Treasure dan Gold Rays with Neck Ribbon dari Jepang, pada 2003 menerima penghargaan Mastera dari Brunei, dan pada 2004 menerima Teeuw Award dari Belanda.
7. Menciptakan ratusan karya tulisan.
foto: Bukalapak
Buku yang telah tercipta berkat olah tangan dan pengalamannya mencapai lebih 110 buku. Buku Otobigrafi "Hidup Tanpa Ijazah" dan kumpulan surat-suratnya dari Jepang menjadi buku yang paling fenomenal yang pernah dia bikin.
Sangat luar biasa bukan perjalanan karier Ajip Rosidi?
(mgg/Farid Nur Hidayat)