Brilio.net - Pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang merupakan pertemuan para kepala negara anggota Group of Twenty bakal digelar di Hamburg, Jerman awal Juli mendatang.
Nah sebelum acara tersebut digelar, sejak 16-22 Juni 2017 dilangsungkan G(irls)20 Summit di Munich, Jerman. G(irls)20 adalah social enterprise yang berbasis di Kanada. Tahun ini merupakan pertemuan ke-8 sejak pertama dilaksanakan pada 2010 silam.
Tujuan G(irls)20 Summit adalah untuk memupuk generasi baru pemimpin wanita melalui pendidikan, pelatihan kewirausahaan, kepemimpinan, dan pengalaman global dengan satu tujuan utama yakni meningkatkan partisipasi angkatan kerja perempuan di seluruh dunia.
BACA JUGA :
Musa Izzanardi, remaja autis 14 tahun yang diterima di MIPA ITB
foto: G(irls)20
Yang cukup menarik, para peserta G(irls)20 Summit merupakan perempuan-perempuan muda berusia antara 18-23 tahun yang diseleksi dari seluruh anggota G20 ditambah perwakilan dari Uni Eropa, Uni Afrika, Pakistan, dan zona Timur Tengah dan Afrika Utara (Middle East and North Africa/MENA). Tahun ini, ada 24 peserta G(irls)20.
Awalnya ada 1.400 kandidat perwakilan. Namun setelah melalui proses seleksi akhirnya dipilih 24 perempuan muda yang akan mewakili negara masing-masing.
Tahun ini Indonesia akan diwakili Nariswari Khairanisa Nurjaman, mahasiswa tingkat akhir Universitas Indonesia jurusan Hubungan Internasional.
BACA JUGA :
Dulu gelandangan di jalan, nasib orang tua ini berubah usai didandani
Nariswari Khairanisa Nurjaman (foto: brilio.net/yani andryansjah)
Cewek kelahiran 1 Maret 1995, yang biasa disapa Naris ini baru saja merampungkan skripsi. Saat ini ia menjabat Sekretaris Jenderal Asosiasi Mahasiswa Indonesia untuk Studi Internasional (ISAFIS) dan Wakil Sekretaris Jenderal Komponen di Indonesia Model United Nations (IMUN).
Pada 2015, dia dianugerahi Delegasi Terbaik Majelis Umum pada sesi ke-29 dari European International Model United Nations. Jadi soal mewakili Indonesia di ajang internasional bukan hal baru bagi cewek hitam manis ini.
Naris pertama kali terjun di ajang internasional pada 2014 silam saat mewakili Indonesia di UN Women World Congres Global Group Partnership Young Women di Korea Selatan. Lalu pada 2015 ia ikut International Student Festival in Trondheim (festival pelajar tertua sedunia) di Norwegia. Selama tiga tahun terakhir ia kerap berpartisipasi pada simulasi sidang PBB (European International Model United Nations) di Den Haag, Belanda.
Menyuarakan kaum difabel (brilio.net/yani andryansjah)
Naris akan menyuarakan diskriminasi yang dialami kaum difabel pada pertemuan G(irls)20.
Saya melihat salah satu kelompok yang sering mendapat diskriminasi adalah kaum difabel. Saya mencoba propose untuk memberdayakan kaum difabel. Saya mengajukan program untuk kaum difabel yang terpinggirkan. Saya akan berusaha menyampaikan pesan kepada pemimpin dunia, ujar Naris saat wawancara khusus dengan brilio.net belum lama ini.
Bungsu dari tiga bersaudara ini juga akan menawarkan perspektif dari negara berkembang seperti Indonesia yang merupakan salah satu negara dengan perekonomian terbesar.
foto: G(irls)20
Kita bisa inside potensi Indonesia. Saya melihat sejauh ini Indonesia punya potensi di UKM. Kita akan sodorkan hal itu karena G20 itu sendiri di dalamnya ada ekonomi politik, dan sosial, kata Naris.
Naris memang punya perhatian khusus kepada kaum perempuan di Indonesia yang selama ini dibenturkan persoalan beban ganda (double burden). Ketika perempuan ingin berusaha, ada tuntutan keluarga.
Perempuan sering terjebak dalam pilihan antara karier atau keluarga. Kemudian banyak hal yang merugikan perempuan. Sementara untuk kaum difabel bahkan mendapat triple burden (tiga beban), beban keluarga, beban profesional dan beban disabilitasnya.
foto: G(irls) 20
Selama ini masih banyak anggapan perempuan itu hanya urusannya dapur, kasur, dan sumur. Ini yang menghambat perempuan, ujar cewek yang gemar yoga, dance, olahraga, dan renang ini.
Semoga sukses deh menyuarakan kepedulian pada kaum difabel.