Brilio.net - Akhir-akhir ini nama Ratna Sarumpaet sedang banyak diperbincangkan karena beberapa kasus hoax yang ia lakukan. Berawal dari postingan foto wajahnya yang bengkak, ia mengaku bahwa menjadi korban kekerasan dan pengeroyokan di kawasan Bandara Hussein Sastra Negara, Bandung 21 September 2018.
Postingan itu sontak memicu berbagai respons dari netizen dan beberapa tokoh masyarakat di Indonesia. Beberapa ada yang bersimpati dengan keadaan Ratna Sarumpaet, namun ada juga yang menjadikan itu bahan bercandaan. Pasalnya, kabar kekerasan Ratna Sarumpaet ini sejak awal memang diduga sebagai isu settingan yang dibuat sendiri oleh Ratna Sarumpaet. Hingga pada akhirnya, pada Rabu 3 Oktober 2018 ia mengakui bahwa itu hanyalah berita bohong yang ia buat sendiri. Ia mengaku bahwa ia khilaf untuk mengabarkan suatu kebohongan itu.
BACA JUGA :
Ratna Sarumpaet mundur dari Timses Prabowo, ini komentar sedih Gibran
Ratna Sarumpaet adalah seorang aktivis perempuan yang sering berkoar-koar dan mengkritisi kebijakan pemerintahan Joko Widodo. Kritikan yang pedas dan kontroversional sering menjadi sorotan publik. Saat ini dia tergabung dalam tim kampanye pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02. Dan atas kasus hoax ini, Ratna Sarumpaet meminta maaf kepada segenap tim kampanye dan pasangan calon nomor urut 02 itu. Bahkan, Ratna juga mengundurkan diri dari tim kampanye.
Selain menjadi kritikus, wanita berusia 70 tahun ini ternyata memiliki kelebihan lain dibidang seni dan penulisan. Dilansir dari berbagai sumber, Kamis (4/10), berikut ini ulasan singkat rekam jejak Ratna Sarumpaet dari muda hingga saat ini.
1. Penulis naskah teater.
BACA JUGA :
Sebut lokasi Bandung, Ridwan Kamil minta Ratna Sarumpaet lakukan ini
foto: instagram/@rsarumpaet
Sejak saat muda, jiwa aktivis sudah ada dalam diri Ratna Sarumpaet. Ia menjadi penulis naskah teater, pemain, sekaligus director dengan mengusung tema hak asasi manusia (HAM) khususnya penolakan terhadap kekerasan pada perempuan. Hingga saat ini sudah ada sembilan karya naskah drama yang dibuat Ratna Sarumpaet, dan salah satu yang paling terkenal adalah naskah Marsinah Menggugat pada tahun 1997 memasuki era reformasi.
2. Sutradara film.
foto: instagram/@rsarumpaet
Tak hanya teater, Ratna Sarumpaet juga menjadi seniman di bidang film. Film karya Ratna Sarumpaet ini memang tak jauh dari seputar HAM dan perempuan. Beberapa karya filmnya yaitu Sebuah Percakapan (1985),Lulu (1989), Balada Orang-Orang Tercinta (1990), Rumah Untuk Mama- (1991) dan film layar lebar Jamila dan Sang Presiden (2009).
3. Ketua DKJ.
foto: instagram/@rsarumpaet
Keahlian Ratna Sarumpaet di bidang seni memang harus diakui. Ia pernah menjabat sebagai ketua DKJ (Dewan Kesenian Jakarta) tahun 2003-2006. DKJ adalah sebuah lembaga yang mendukung kegiatan dan pengembangan kehidupan kesenian dan dibentuk masyarakat seniman di wilayah Provinsi DKI Jakarta.
4. Meraih berbagai penghargaan.
foto: instagram/@rsarumpaet
Tidak hanya berkarya di bidang seni, Ratna Sarumpaet juga akktif dalam gerakan sosial masyarakat. Gerakan yang ia buat mendapatkan apresiasi yang tinggi hingga menerima penghargaan atas pencapaiannya. Diantara penghargaan yang ia terima adalah: Female Human Rights special Award dari The Asian Foundation For Human Rights di Tokyo (1998), Tsunami Award-(Ratna Sarumpaet Crisis Center) (2005), NETPAC Award-Asiatica Film Mediale Roma, Film Jamila dan Sang Presiden (2009), Youth Prize-Vesoul International Film Festival Prancis, Film Jamila dan Sang Presiden (2010), dan Public Prize-Vesoul International Film Festival Prancis, Film Jamila dan Sang Presiden (2010).
5. Penulis novel.
foto: instagram/@rsarumpaet
Ratna Sarumpaet menerbitkan sebuah novel dengan judul Malkuku, Korban Cintaku di Taman Ismail Marzuki pada 10 Desember 2010 bertepatan dengan hari HAM sedunia. Buku ini mengisahkan tentang toleransi, pentingnya menghormati sesama dan saling menjaga negara Indonesia. Meski novel ini sebuah karya fiksi, Ratna serius dalam pengerjaannya hingga ia melakukan riset mengenai konflik yang terjadi di Maluku.
Reporter: mgg/renno hadi