Brilio.net - Jika disebut namanya, mungkin hanya beberapa kalangan yang mengetahui sosok pria yang ramah dan murah senyum ini. Namun jika disebut Ironman, Transformer, Startrek dan Indiana Jones, pastilah banyak yang mengetahui film-film box office tersebut.
Namun, tahukah kamu jika salah satu orang Indonesia terlibat dalam pembuatannya? Dialah Andre Surya, pendiri ESDA (Enspire School of Digital Art) yang berperan dalam pembuatan visual effect untuk film-film tersebut.
BACA JUGA :
5 Gaya Faza Meonk sang kreator Si Juki saat jalan-jalan di alam
foto:instagram/esda_kelapagading
Pria kelahiran Jakarta 1984 ini mengaku, sebelum menjadi orang yang berkecimpung di dunia visual effect perfilman, ia adalah pecandu game semenjak SD. Berawal dari belajar modding game ketika duduk di bangku SMP, akhirnya ia mendalami dunia 3D bermodal "google search" secara autodidak, hingga akhirnya tertarik pada software-software 3D.
BACA JUGA :
5 Potret dua animator Indonesia di balik sukses Avengers: Infinity War
Pada awalnya, orangtuanya tidak mendukung apa yang ia geluti karena nilai pelajaran di sekolahnya naik turun saat SMP. Bahkan, orangtuanya sempat dipanggil pihak sekolah
Di sisi lain, sosok yang hobi menggambar itu juga merasakan putus asa ketika karya-karyanya kurang diapresiasi. Dia menganggap tidak ada perkembangan yang berarti dalam berkarya. Setelah "down" selama satu minggu, andre muda pun bangkit kembali dan membuktikan kekuatan tekadnya.
Perlahan tapi pasti, ia menghasilkan prestasi dari karya-karyanya hingga akhirnya berhasil meyakinkan kedua orangtuanya yang semula meragukan dirinya. Di kelas 3 ini dia memutuskan untuk menekuni visual effect.
Tidak seperti kakak dan orangtuanya yang usahanya bergerak di bidang finance dan wiraswasta, si bungsu dari tiga bersaudara ini memilih dunia 3D Visual Effect. Andre mulai mengirim karya misalnya background 3D ke DeviantArt (website khusus karya grafis) dan ke media, seperti Elemental Magazine.
Dia pun mulai memetik hasil atas kerja kerasnya. Andre berkali-kali menang di berbagai kejuaraan di luar negeri, seperti di Amerika Serikat, dan Eropa. Dia juga mendapat nominasi Artist of The Month di Taiwan tahun 2001. Di Majalah Elemental Magazine, ia menduduki peringkat 2 dari 100 karya yang telah diseleksi dari 2.000 lebih pengirim.
Dengan prestasi-prestasi tersebut ia memberanikan diri mengajukan lamaran sebagai Animator 3D visual effect di Lucastfilm, sebuah perusahaan yang berpusat di Amerika Serikat yang bergerak di produksi film. Dari sinilah karya-karyanya dapat dinikmati secara luas lewat film-film tersebut. Selain itu ia juga ikut menorehkan kemampuan seni 3D-nya di game "Starwars: Force Unleashed" yang hadir di Playstation 3 dan film animasi "Rango".
Setelah berkarya lewat film-film besar, tidak membuatnya berpuas diri. Ia pun mendirikan ESDA, sebuah sekolah design 3D yang melatih anak-anak dari umur 8 tahun tanpa ada batas usia maksimal.
Dengan prestasi dan pengalamannya itu, ia terpilih menjadi pembawa obor Asian Games 2018. Andre menjadi sumber inspirasi bagi generasi muda agar terus berkarya tanpa kenal lelah.
foto: brilio.net
Ketika ditemui brilio.net pada rangkaian pra acara Torch Relay Asian Games 2018 (18/07), pria yang menjadikan Yoshitaka Amano panutan ini mengatakan, untuk meraih kesuksesan dibutuhkan usaha yang tak kenal henti. "Dont believe in shortcut. Banyak anak-anak jaman now yang pengen segalanya instan," tandasnya.
(mgg/hendra noor)