Brilio.net - Menjadi seorang perempuan yang merantau di wilayah orang lain jelas mempunyai kesulitannya tersendiri. Tidak selalu mudah untuk menaklukkan setiap tantangan dan cobaan yang ada. Namun begitu, merantau bisa memberi pengalaman berharga dan menghadirkan kesuksesan hasil dari kerja keras.
Hal inilah kiranya yang dirasakan oleh Aulia Putri Meidina, seorang wanita yang meninggalkan kampungnya di Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat untuk mengadu nasib di Kota Pelajar, Yogyakarta. Meskipun kini sukses bekerja sekaligus berkuliah di UGM sebagai penerima LPDP, kisah perjalanan hidup Aulia tidaklah mulus-mulus saja.
BACA JUGA :
9 Cara mendapatkan uang tambahan untuk mahasiswa, biar nggak minta orang tua lagi
Perjalanan Aulia merantau dimulai ketika ia mendapat kabar diterima di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta pada 2016 lalu. Selama berkuliah, Aulia tidak ingin membebani orang tuanya dengan biaya kuliah yang notabene jelas cukup besar.
Oleh karena itu, melalui usahanya, ia berhasil mendapatkan beasiswa penuh selama studinya di UIN Sunan Kalijaga tersebut. Selain itu, Aulia juga berusaha menghidupi dirinya dengan bekerja mengajar di berbagai tempat bimbingan belajar hingga menawarkan jasa belajar privat. "Dulu awalnya uni mencari uang dengan banyak mengajar di lembaga-lembaga orang lain hingga dari rumah ke rumah," tuturnya.
Karena perjuangan tak kenal lelah selama kurang lebih 4 tahun, usaha Aulia ini banyak yang berbuah yang manis. Tidak hanya lulus dengan predikat cumlaude, ia juga berhasil menerima beasiswa LPDP dari pemerintah sehingga dapat melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Gadjah Mada saat ini. "Awalnya sebenarnya pengin melanjutkan studi ke luar negeri, tapi setelah berdiskusi juga dengan orang tua, akhirnya di dalam negeri saja, tuturnya.
BACA JUGA :
10 Potret bukti hidup anak kos itu keras, bikin ngelus dada
Sebelum seleksi beasiswa LPDP itu berlangsung, Aulia berupaya menginisiasi kursus bahasa Inggris gratis berbasis online sebagai bentuk rasa syukurnya atas nilai TOEFL yang meluluskan dirinya pada beasiswa LPDP. Awalnya bekerja seorang diri, ia tidak menyangka bahwa minat dan antusias orang yang begitu tinggi membuat kursus ini dalam prosesnya semakin berkembang.
Suasana salah satu kelas pembelajaran bahasa Inggris di masa pandemi Covid-19/foto: brilio.net/Ardho Aflyandri
"Terus berlanjut pula mengadakan kelas belajar speaking pemula, sekalian juga ngebuat akun @a.class.byaulia itu di Instagram buat jadi semacam media perantara. Nah, dari TOEFL sampai kelas speaking kecil-kecilan itu, dihandle sendirilah semuanya" kata Aulia.
Setelah berjalan beberapa batch, antusias orang yang ingin join itu semakin banyak. Sehingga, membutuhkan jasa orang lain karena nggak bisa diurus sendiri. Nah, disitu akhirnya mengadakan kelas berbayar namun dengan harga yang sangat terjangkau, jadi memudahkan siapapun buat mau join, ungkapnya.
Kelas bahasa Inggris, lanjut dia, kemudian dialihkan ke akun baru di @wetalkenglish.id, sedangkan yang @a.class.byaulia jadi untuk menyebarkan informasi literasi digital bagi orang tua dan anak-anak. Sampai sekarang berjalan lancar, bahkan udah banyak diajak kolaborasi sama universitas dan komunitas terkait," jelasnya panjang lebar sambil sedikit tertawa.
Kelas kursus yang diinisiasi Aulia ini nyatanya memang banyak memberi akses pada orang-orang yang masih awam dengan bahasa Inggris untuk belajar dengan mudah, murah, dan nyaman. Banyak peserta kelas pun menyatakan reaksi positif mereka terhadap kursus ini, baik dari segi pembelajaran
"Enak banget kelasnya. Selain fleksibel dan lingkungannya menyenangkan, tutornya juga interaktif jadi peserta kelasnya nggak bengong-bengong aja gitu, kata salah satu peserta, Sarah.
Sarah mencontohkan, dalam kelas speaking buat pemula, topik yang dibawa ketika latihan itu emang bener-bener relate sama kehidupan. Begitupun untuk latihan soal, juga dibimbing dengan penjelasan mudah dimengerti.
Peserta lainnya, Husni, mengaku terbantu sekali dengan adanya kelas ini. Tipe kelasnya bisa diambil menyesuaikan level masing-masing, jadi nggak merasa minder deh sama yang lebih hebat, sebut dia.