Brilio.net - Hingga saat ini masih terus dilakukan pencarian Emmeril Kahn Mumtadz di Sungai Aare, Kota Bern, Swiss. Kabar hanyutnya putra sulung Ridwan Kamil ini turut menyita perhatian publik. Doa baik para warganet agar pria yang akrab disapa Eril itu lekas ditemukan.
Baru-baru ini di Twitter, teman lama Eril semasa sekolah menengah atas (SMA) membagikan cerita lamanya. Melalui akun Twitter-nya @Septiannrs98, ia bercerita mengenai kenangannya bersama Eril semasa kelas X. Saat itu pemilik akun Twitter @Septiannrs98 mengaku baru pertama kali berinteraksi dengan anak Ridwan Kamil tersebut.
BACA JUGA :
Potret ketegaran Ridwan Kamil dipeluk Hendrich, saksi hilangnya Eril
foto: Twitter/@Septiannrs98
BACA JUGA :
Pencarian berlanjut, Ridwan Kamil: Semoga Allah mudahkan ikhtiar ini
Dilansir brilio.net dari akun Twitter @Septiannrs98, Rabu (1/6) mengungkap Eril sebagai sosok yang punya rasa tanggung jawab tinggi. Ia cerita pernah bertukar sepatu dengan Eril. Eril menghampirinya sewaktu sore hari menjelang pulang sekolah. Eril bermaksud meminjam sepatu Septian untuk dipakai kegiatan kaderisasi.
Sampai akhirnya Septian bingung sebab rumah dia jauh dan tidak mungkin menunggu sampai acara kaderisasi selesai karena keburu gelap. Namun, dia tetap menunggu Eril di depan perpustakaan dengan sepatu penggantinya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, dia harus segera pulang. Namun, di sisi lain dia tidak mungkin meminta sepatunya ke Eril yang masih kaderisasi. Dia juga tidak tahu di mana ruang Eril kaderisasi. Septian dengan berat hati memakai sepatu Eril yang terasa aneh baginya kala itu.
Septian sendiri bukan tipe orang yang biasa memakai barang orang lain, apalagi milik anak Pak Ridwan Kamil. Sepanjang perjalanan pulang dia berusaha membiasakan diri mengenakan sepatu Eril. Septian awalnya berpikir jika sepatu tersebut akan ditukar kembali keesokan hari.
"Sepanjang jalan saya membiasakan diri dengan sepatu itu, ya... rasanya aneh ya, memakai sepatu yang tidak biasanya. Saya pikir, sudahlah, besok juga kembali lagi. Saya memberi kabar kalau saya tidak lagi menunggu, karena mau tidak mau harus pulang. Eril pun tidak membalas," kisahnya.
Dia lantas memberi kabar kepada Eril apabila dirinya sudah pulang tidak menunggu di sekolah lagi. Eril baru membalas pesannya sore itu pada pukul 8 malam setelah satu jam Septian sampai rumah. Eril meminta dia untuk bertukar sepatu kembali. Namun, Eril tetap meminta sepatu dia balik pada hari itu juga. Septian pun jadi khawatir karena Eril hanya membawa sepeda.