Brilio.net - Susur sungai yang menjadi bagian dari kegiatan pramuka menjadi malapetaka bagi siswa-siswi SMPN 1 Turi, Sleman, Yogyakarta. Kegiatan yang dilaksanakan pada Jumat (21/2) di Sungai Sempor tersebut membuat 249 siswa hanyut terbawa arus. Akibatnya, 10 menjadi korban jiwa karena tenggelam.
Kejadian nahas tersebut menjadi duka mendalam bagi seluruh masyarakat Yogyakarta. Tim relawan langsung dikerahkan ke lokasi kejadian untuk menyelamatkan para siswa. Sebelum tim relawan datang, ada seorang warga yang lebih dulu berupaya melakukan penyelamatan bagi puluhan siswa.
BACA JUGA :
Ini ancaman hukuman yang menanti tersangka susur Sungai Sempor
Dia adalah Sudarwanto alias Kodir, warga Donokerto, Turi, Sleman, Yogyakarta. Tak pernah terbayangkan olehnya jika rutinitasnya untuk pergi memancing berubah menjadi adegan penyelamatan yang menegangkan. Pria berusia 37 tahun tersebut berhasil menyelamatkan 30 nyawa siswa SMPN 1 Turi.
Awalnya, Kodir dan adiknya yang bernama, Tri Nugroho Santoso berniat untuk pergi memancing di Sungai Sempor yang berjarak 300 meter dari rumahnya. Sesampainya di sana, ia justru mendengar suara teriakan minta tolong.
"Saya itungannya dah terlambat, mau mancing dengar anak teriak dan nangis langsung lari ke selatan sekitar jam 3 sore," kata Kodir di rumahnya seperti dikutip brilio.net dari liputan6.com, Selasa (25/2).
BACA JUGA :
Kepsek SMPN 1 Turi: Saya nggak tahu ada kegiatan susur sungai
Kodir mengaku tidak berpikir panjang langsung turun ke sungai untuk membantu. Ia satu-satunya warga yang turun ke sungai untuk membantu langsung.
"Saya tahu medannya sih jadi ya tahu mana yang dalam dan tidak. Saya berenang untuk menyelamatkan anak-anak itu," katanya.
foto: liputan6.com
Ia tidak menyangka telah menjadi penyelamat 30 nyawa siswa SMPN 1 Turi dari sungai dengan tebing setinggi 5 meter. Walaupun arusnya deras, ia tidak takut untuk berenang menyelamatkan anak-anak yang terbawa arus sungai.
"Nggak jadi mancing. Kan nolong saja ke atas hingga setengah 6. Mulai jam 3 lebih," katanya.
Ia melihat jumlah anak yang hanyut begitu banyak, sehingga ia naik ke sungai bagian atas untuk menolong siswa lainnya. Tidak lama kemudian, ada warga yang ikut membantu anak-anak dari dalam sungai.
"Saya ada banyak titik, lima titik. Berpindah-pindah. Saya dari bawah, naik naik naik. Yang sebelah selatan sudah lemas semua. Yang utara masih kuat, pegangan batu di tengah sungai," katanya.
Ia mulai mengevakuasi anak-anak itu dari bendungan jaraknya sekitar 500-an meter. Ia kemudian menyelamatkan anak SMPN 1 Turi itu satu per satu.
"Menolong ada yang dibopong, ada yang digendong. Berenang bawa satu diajak ke pinggir sungai," kata Kodir penyelamat 30 nyawa siswa SMPN 1 Turi itu.
Sudarwanto mengatakan usai mendengar teriakan minta tolong dari anak-anak SMPN 1 Turi, Sleman ia langsung ke lokasi dan melihat anak-anak menangis, berteriak, juga panik. Ia tidak menghitung pasti yang jelas lebih dari 25 anak langsung ia selamatkan dari banjir itu.
"Saya langsung lari untuk menyelamatkan. Posisi saya ada di kanan sungai. Di batas perkebunan. Banyak yang syok dengan kejadian itu," katanya.
Karena tergesa-gesa ia pun tidak takut menyelamatkan anak-anak SMPN 1 Turi itu. Selain tahu medan di sungai Sempor ia pun bisa berenang untuk menyelamatkan anak-anak.
"Menyelamatkan 25-30 anak. Pakai tangan kosong," katanya.
Karena dinding sungai yang tinggi warga yang mengetahui ada anak hanyut memberikan tangga. Tangga itu untuk anak yang sudah diselamatkannya dapat naik ke bibir sungai.
"Pakai tangga, terakhir setelah siswa yang ditolong dari dalam sungai. Tangga untuk jalan siswa yang ditolong," katanya.
Saat menolong siswa yang hanyut ia masih ingat suasana panik dan kelam itu. Namun, yang diingatnya adalah melihat tidak ada lagi siswa yang tersisa untuk diselamatkan.
"'Tolong pak tolong pak', sambil nangis. Siswa dan siswi itu semua nangis," katanya.
Kodir mengaku tidak memiliki perasaan apa pun usai menolong 30 siswa SMPN 1 Turi itu. Baginya, sudah sewajarnya antara sesama manusia untuk saling tolong-menolong.
"Orang minta tolong saya refleks karena kewajiban manusia saling tolong-menolong. Itu kewajiban," katanya.
Ia pun tidak mengharapkan imbalan karena sudah menolong anak-anak itu. Namun, ia mensyukuri semua yang telah berjalan hingga saat ini.
"Saya tidak ada niatan nanti dapat sesuatu dari menolong ini. Tidak ada," katanya.
Namun ungkapan terima kasih sudah datang kepadanya secara langsung, baik dari pejabat maupun tokoh setempat.
"Ada dari Bu Wakil Bupati Sleman tadi ke sini. Bilang terima kasih. Sama kasih bingkisan. Tapi tidak tahu bingkisan apa," katanya.
Sudarwanto mengatakan membantu orang hanyut di Sungai Sempor yang sudah dikenalnya merupakan hal biasa. Baginya, sungai itu sudah dikenalnya sejak kecil dan merasa dekat dengan sungai itu.
"Tidak takut. Sudah terbiasa. Sejak kecil main di sungai dengan lebar sungai 4-5 meter dan kedalaman 1-2 meter," katanya.
Ia mengaku ada dua hal yang dirasakan usai membantu menyelamatkan anak-anak itu. Sedih dan senang menjadi jawabannya.
"Senang bisa menyelamatkan orang dan susah melihat siswa yang tak terselamatkan," dia menandaskan.