Brilio.net - Kamu pasti sering mendengar kisah miliuner dunia yang punya harta melimpah. Hartanya yang nggak habis tujuh turunan itu bikin bertanya-tanya, bagaimana ya cara mendapatkannya? Nggak jarang orang berpikir kalau sudah bekerja keras tiap hari, melakukan inovasi, pengorbanan investasi tapi nggak bisa kaya raya juga seperti mereka.
Tapi tak banyak yang tahu, para miliuner itu punya masa di mana hidupnya melarat. Kekayaannya kini adalah hasil dari kerja keras mereka yang dilakukan di masa lampau. Memang kebanyakan orang bakal langsung melihat ke hasilnya, sementara proses tak dihiraukan. Ternyata para miliuner itu juga pernah mengalami kesulitan hingga harus bekerja di usia remaja bahkan menjadi gelandangan.
BACA JUGA :
Ada wajah baru di daftar orang terkaya Indonesia, siapa dia?
Memang dibutuhkan usaha dan kerja keras untuk mewujudkan mimpi menjadi kenyataan. Terkadang seseorang harus merasakan pahit dan getirnya hidup, sebelum menemui titik kesuksesan.
Nah, berikut ini deretan kisah lawas para miliuner dunia sebelum kaya raya, seperti brilio.net lansir dari merdeka.com pada Rabu (30/10).
1. David Steward
BACA JUGA :
Kisah inspiratif tukang sayur jadi miliuner, hartanya Rp 14 T
foto: merdeka.com
Pendiri perusahaan World Wide Technology Inc, salah satu perusahaan besar seantero Afrika dan Amerika, David Steward, punya banyak pengalaman sebelum sesukses saat ini. World Wide Technology merupakan perusahaan di sektor IT yang punya banyak klien seperti Eastman Kodak, Ford, Bell Atlantic, Boeing hingga pemerintah Amerika Serikat sendiri.
Steward adalah anak dari pengepul sampah alias pemulung. Untuk menambah penghasilan, orangtuanya juga bekerja sebagai mekanik dan petugas kebersihan. Steward juga keturunan kulit hitam dan menjadi ras minoritas di Amerika Serikat.
Ia juga terpisah dari tujuh saudara kandungnya hingga mengalami kasus rasisme. Namun hal itu tidak membuatnya jatuh. Steward kemudian kuliah hingga menjadi sarjana di Central Missouri State University. Selepas itu, Steward bekerja sebagai account executive di Federal Express.
Setelah lama bekerja di sana, Steward mendapat kesempatan untuk bekerja di perusahaan konsultan bisnis layanan transportasi khusus pengaudit tarif. Karena perekonomian saat itu sedang sulit, Steward memutuskan mendirikan World Wide Technology.
Dirinya yang pandai mengambil peluang akhirnya bisa mengembangkan bisnis karena dapat menawarkan layanan yang dibutuhkan pasar. Di perusahaannya, Steward berhasil mempekerjakan 3 ribuan lebih karyawan dan meraup pendapatan hingga USD 7,4 miliar atau setara dengan Rp 100 triliun per tahun.
2. Jack Ma
foto: merdeka.com
Mantan pendiri Alibaba, Jack Ma, punya banyak pengalaman sebelum bisa mendirikan perusahaan e-commerce tersebut. Kesuksesannya berawal di usia 12 tahun. Saat itu ia belajar bahasa Inggris sendiri. Kemudian pada 1988, Jack Ma berhasil masuk Hangzhou Teachers Institute. Jack Ma juga tak pandai dalam matematika.
Jack Ma lalu mencari kerja dan pernah ditolak untuk sejumlah pekerjaan, termasuk posisi manajer di Kentucky Fried Chicken, tepat setelah ia lulus. Lantas, akhirnya ia menjadi seorang guru Bahasa Inggris dengan bayaran sangat kecil, hanya sekitar USD 1-USD 15 atau Rp 14 ribu sampai Rp 200 ribu per bulan di sebuah universitas setempat. Pada 1995, Jack Ma pergi ke Seattle, Amerika Serikat (AS) untuk bekerja sebagai penerjemah.
Pada kunjungan pertamanya ke AS, temannya mengenalkannya dengan internet. Kepada Jack Ma, temannya itu mengatakan bahwa semuanya bisa ditemukan di internet.
Saat kembali ke Tiongkok, ia meluncurkan sebuah layanan direktori bisnis online bernama China Pages. Kemudian pada 1999 Jack Ma mengumpulkan 18 orang di apartemennya di Hangzhou untuk menyampaikan visinya membuat sebuah perusahaan e-commerce baru bernama Alibaba. Dari situ, Jack Ma dan teman-temannya berhasil mengumpulkan dana USD 60.000 atau Rp 841 juta untuk memulai Alibaba.
Jack Ma sengaja memilih nama Alibaba karena ia ingin menciptakan sebuah perusahaan global dari awal. Dia memilih nama Alibaba karena mudah dieja dan karena orang di mana pun tahu bahwa kata itu adalah perintah 'Open Sesame' untuk membuka pintu harta karun.
3. Thomas Peterffy
foto: merdeka.com
Thomas mulai bekerja di umur 12 tahun sebagai surveyor lahan di suatu daerah di Hungaria. Dia bertugas membawa peralatan pengukur, makanan, minuman untuk para surveyor.
"Saya ingat berusaha untuk membawa peralatan beras di lapangan di bawah terik bulan Agustus. Saya mencoba untuk menyembunyikan air mata saya. Mereka tak seharusnya mempekerjakan saya di bawah 14 tahun. Saya tidur di gudang jerami," kisahnya.
Namun, dari pekerjaan itu dia merasa mendapatkan pelajaran dan pengalaman berharga hingga membentuknya kini. "Pengalaman itu membawa saya bekerja teknik sipil. Saat saya kembali ke Amerika di umur 21 tahun, saya akhirnya bekerja sebagai programmer komputer," katanya.
Thomas kini adalah seorang miliarder dengan kekayaan USD 11,1 miliar dan merupakan pendiri sekaligus CEO dari perusahaan Interactive Brokers Group. Kini, menurut Forbes, Thomas menjadi orang terkaya ke-31 di dunia, dengan kekayaan mencapai USD 16.8 miliar atau Rp 155,7 triliun.
4. John Paul DeJoria
foto: merdeka.com
Bukan hal mudah untuk menggapai kesuksesan. Seperti yang dialami pengusaha perawatan rambut John Paul DeJoria. Ia terlahir dari keluarga miskin dan sudah harus bekerja di usia 9 tahun. Ini menjadi satu-satunya cara dia untuk menghidupi keluarga. DeJoria kecil menjual koran dan kartu natal dari rumah ke rumah.
Namun demikian, usaha DeJoria ternyata tak cukup menghidupi keluarganya. Jalan keluar lainnya, dia harus dikirim ke rumah asuh untuk hidup di sana.
Ketika remaja, DeJoria terjebak dalam kehidupan geng jalanan di Los Angeles. Pada usia 22 tahun, dia menjadi gelandangan atau tunawisma untuk pertama kalinya.
DeJoria tidak menyerah begitu saja, dia akhirnya bekerja sebagai petugas kebersihan dan sales perusahaan asuransi untuk sementara waktu. Namun tidak bertahan lama, DeJoria akhirnya mendapat kesempatan bekerja di sebuah perusahaan produksi rambut yaitu Redken.
Saat bekerja di Redken, DeJoria mendapat motivasi untuk membuat perusahaan rambut sendiri. Tidak mau mengenang masa kepahitan, DeJoria bersama temannya mendirikan perusahaan produk rambut yaitu Patron Spirits. Perusahaan terus berkembang hingga akhirnya DeJoria membuat produk tequila terkenal.
Kekayaan bersih DeJoria kini mencapai USD 3,1 miliar atau setara dengan Rp 43 triliun.